Mengapa Otoritas Tiongkok Mengomentari Insiden Kekerasan Wanita Tangshan Tetapi Mengabaikan Kasus Wanita ‘8 Anak’ Xuzhou?

Zhou Xiaohui

Pada Juni lalu situasi di  Tangshan, Hebei, Tiongkok sempat memanas.  Tak hanya  di dalam negeri, tetapi  juga sampai ke luar negeri. Kali ini bukan persoalan gempa besar, tetapi karena insiden sekelompok pria memukuli seorang wanita di sebuah restoran barbekyu. 

Insiden itu tak hanya menjadi daftar pencarian paling trending, tapi memicu  amarah publik. Bahkan, media resmi partai komunis Tiongkok (PKT) termasuk People’s Daily, Rule of Law Daily, China Women’s Daily, serta media sosial dan media pribadi telah meneruskan video dan komentar yang relevan atas kejadian tersebut. Banyak pula selebriti di industri film dan televisi yang berturut-turut mengecam para pemukul tersebut. Jelas, insiden pemukulan Tangshan menjadi berita terpopuler. Tak  hanya karena opini publik, tetapi juga karena otoritas PKT sengaja  menghebohkannya,  media resmi serta banyak selebriti turut ikut campur, kebanyakan mereka bertindak atas instruksi.

Salah satu alasan mengapa otoritas PKT menghebohkan insiden Tangshan adalah untuk mengalihkan perhatian semua orang dari insiden pembunuhan serentak di Beijing dan Shanghai. Alasan lainnya adalah mencari dukungan orang-orang dan memanfaatkan kasus tersebut untuk memulihkan sedikit kredibilitas pemerintah, mengurangi rasa benci dan kutukan orang-orang terhadap PKT. Apalagi setelah memanasnya kasus “Wanita delapan anak” Xuzhou dan lockdown ekstrem penanganan COVID-19. 

Hal yang perlu disebutkan adalah bahwa Tangshan dan Xuzhou dikenal sama-sama kota beradab di Tiongkok. Sungguh ironis, kota yang melukai wanita dengan sangat kejam justru dapat terpilih sebagai kota yang beradab.

Pada 11 Juni, sebuah video dari seorang pejabat wanita mengomentari insiden pemukulan Tangshan telah diposting di akun resmi WeChat dari Komisi Inspeksi Disiplin Pusat Partai Komunis Tiongkok. Bahkan memperjelas bahwa akibat insiden itu, para pelaku harus diberi hukuman berat, memberikan penjelasan kepada publik, satu lingkungan yang aman, serta mengatakan bahwa “untuk melindungi lingkungan yang aman, kita harus nol toleransi dan tidak kendur”. 

Insiden tersebut menjadi sorotan skala luas, seharusnya di luar dugaan para pria pemukul yang arogan. Mungkin, ketika mereka selalu memukul orang-orang dengan sewenang-wenang, mereka tak merasa bahwa kebrutalan mereka akan memiliki konsekuensi serius. Pasalnya, mereka memiliki backing serta “payung pelindung” yang mana dapat membantu  untuk menyelesaikan setiap permasalahan. Hal ini juga dapat terlihat dari video awal ancaman mereka. Dilihat dari informasi yang diungkapkan oleh netizen, setidaknya dua dari pemukul memiliki catatan pidana sebelumnya, tetapi mereka tidak dihukum berat. Tak hanya semata aparat kepolisian yang melindungi pelaku, tetapi juga pejabat pemerintah setempat. Apalagi, pemimpin tim keamanan publik yang terekspos termasuk di antara para pelaku. 

Netizens dengan tajam menunjukkan : “Ini bukan insiden pemukulan oleh triad. Ada banyak insiden terjadi di Tangshan,  banyak orang yang telah melaporkannya, tetapi tidak ditangani……… ”  

Netizen juga mengingatkan ; “Jika payung pelindung di belakang tidak ditarik keluar, maka selamanya kejahatan tidak bisa disapu bersih dan tuntas.” “Pasti ada harimau besar di belakang yang menyokong, pasti lobak harus dicabut dan mengeluarkan lumpur, Komisi Inspeksi Disiplin Pusat giliran Anda menyelidiki secara menyeluruh.” 

Netizen juga menuliskan : “Tangshan telah membusuk sampai ke akarnya.”

Tak diragukan lagi, suara media resmi dan Komisi Inspeksi Disiplin Pusat, dan instruksi Beijing untuk menghukum berat para pelaku, terutama penyerahan penyelidikan kasus ke Biro Keamanan Umum Langfang, telah membuat otoritas lokal Tangshan bergerak hingga menggunakan uang untuk menyelesaikan masalahnya. 

semakin bergejolak, cerita yang lebih teduh di balik penculikan dan perdagangan perempuan di Tiongkok terungkap. (Gambar komposit Epoch Times)

Bagaimanapun, para pejabat PKT demi untuk melindungi diri mereka sendiri, tidak akan membuat tipu daya kecil pada saat mereka disoroti oleh pandangan orang-orang, terutama mereka tidak berani untuk tidak mematuhi perintah Beijing. Selain itu, “payung pelindung” di belakang pria pemukul mungkin juga kewalahan saat ini, dan dia juga berpikir tentang cara memisahkan diri dari pria pemukul.

Mengenai bagaimana menghukum mereka dengan berat, apakah mereka dituduh memicu perkelahian dan memprovokasi masalah atau dengan sengaja melukai, mungkin otoritas PKT dapat mempertimbangkan bagaimana meredakan kemarahan publik sebagai pertimbangan utama.

Menurut hukum pidana terbaru PKT (dirilis pada 2020), kejahatan menimbulkan pertengkaran dan menimbulkan masalah dapat dihukum hingga lima tahun penjara. Barang siapa mengumpulkan orang lain untuk melakukan berkali-kali perbuatan yang disebutkan dalam ayat sebelumnya dan sangat mengganggu ketertiban sosial, diancam dengan pidana penjara, masa hukuman lima tahun hingga kurang dari sepuluh tahun dan dapat bersamaan didenda dengan uang. Barang siapa dengan sengaja menyakiti orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama tiga tahun, pidana kurungan atau pengawasan umum. Barang siapa dengan sengaja melukai orang lain dan menyebabkan luka berat, diancam dengan pidana penjara dengan masa hukuman diatas tiga tahun hingga kurang dari sepuluh tahun.

Selain itu, selama Dua Sidang tahun ini, dalam laporan Mahkamah Agung Partai Komunis Tiongkok menyebutkan bahwa kejahatan yang sangat membahayakan keamanan publik dan sangat mempengaruhi rasa aman masyarakat, dan kejahatan yang menantang garis bawah hukum dan etika, seperti melukai perempuan, anak-anak dan orang tua. Maka harus dihukum sesuai hukuman yang berlaku dan dijatuhi hukuman mati. 

Dilihat dari reaksi masyarakat, peristiwa pemukulan di Tangshan berdampak sangat buruk, sangat membahayakan keselamatan umum dan rasa aman masyarakat. Selain itu, membuat banyak orang merinding, serta sudah dianggap sebagai kekejaman terhadap perempuan dan melawan hukum dan etika. Karena itu, jika menurut laporan Mahkamah Agung, pelaku utama pemukulan tidak akan divonis ringan. Tentu saja, premisnya adalah apakah “payung pelindung” para pemukul Tangshan dapat menemukan beking yang lebih kuat, sehingga pihak berwenang Beijing dapat menunjukkan belas kasihan.

Dapat dikatakan bahwa jika pemukul Tangshan akhirnya dapat diberi hukuman berat, di satu sisi, gara-gara opini publik yang bergejolak, di sisi lain juga adalah otoritas PKT melakukannya sesuai dengan situasi, memanfaatkan insiden tersebut menghukum kekuatan hitam setempat demi menghibur hati rakyat. Jika tidak, meskipun opini publik menjadi membesar, jika tidak sesuai dengan kepentingan pribadi PKT, juga akan dibungkam di bawah tekanan  PKT. Contoh paling tipikal adalah Insiden “Wanita delapan anak” di Xuzhou.

Pada bulan Januari tahun ini, terungkap kasus “wanita delapan anak” yang diculik, diperdagangkan, dianiaya dan disekap di Xuzhou, Jiangsu. Seiring dengan banyak jalur penyelidikan yang mengungkapkan kebenaran, skandal yang lebih mengerikan telah muncul ke permukaan, dan ratusan juta netizen telah memperhatikan. 

Pada awal Februari, lembaga administrasi Fengxian dan kota Xuzhou mengeluarkan banyak pengumuman, tetapi mereka gagal memadamkan kemarahan publik karena saling kontradiksi dan kebohongan yang berulang. Pada pertengahan bulan Februari, Komite Partai Provinsi Jiangsu dan Pemerintah Provinsi membentuk tim investigasi untuk campur tangan dalam insiden tersebut dan mengeluarkan laporan investigasi akhir.

Namun, dilihat dari tindakan awal tim investigasi Jiangsu yang memblokir media, menutup mulut dan menyegel desa, mencegah warga sipil dan jurnalis untuk menyelidiki, dan bahkan mengerahkan sejumlah besar polisi untuk  menangkap dan menahan secara rahasia semua terkait “wanita delapan anak” dari desa ke desa.  Pastinya keterlibatan aparat dalam kasus tersebut,  bukan untuk menemukan kebenarannya dan membongkar kedok skandal Xuzhou. Dikarenakan, setelah kasus tersebut diungkap,   justru membuat orang-orang di Tiongkok lebih tak tertahankan lagi.  Karena membongkar betapa korupnya  di kalangan seluruh pejabat yang berlangsung  selama bertahun-tahun. Mereka tak melakukan apa-apa terhadap kejahatan penculikan yang melukai wanita secara kejam, menyibak tabir hitam para pejabat tinggi  di Provinsi Jiangsu.

Secara obyektif, dibandingkan dengan insiden Tangshan, apa yang terjadi pada “wanita delapan anak” di Xuzhou selama beberapa dekade, bahkan lebih tragis dan keterlaluan. Namun, setelah opini publik mendorongnya ke titik panas, sementara ratusan juta orang menonton, media resmi PKT, termasuk “Berita Wanita”, yang berbicara tentang para wanita yang dipukuli di Tangshan kali ini, akhirnya semuanya memilih bungkam. Komisi Inspeksi Disiplin Pusat juga tidak pernah bersuara. Alasannya adalah bahwa ada pejabat di baliknya dan sangat memalukan jika diungkapkan.

Setelah itu, tim investigasi Jiangsu merilis laporan yang masih ditutup-tutupi, dan menghukum serius beberapa pejabat tingkat rendah seakan-akan benar. Selanjutnya, berita tentang “wanita delapan anak” diblokir oleh pihak berwenang dan secara bertahap menghilang dari sorotan orang-orang. Apalagi setelah meletusnya perang Rusia-Ukraina, insiden “wanita delapan anak” berhembus seperti angin. Sejauh ini, orang-orang tak mengetahui identitas sebenarnya dari “wanita delapan anak”, apakah dia sehat, selamat atau tidak, tidak ada yang mengetahui ada berapa banyak wanita lainnya yang menderita seperti ini.

Hanya saja ada beberapa hal yang tidak bisa dilupakan oleh orang-orang yang memiliki hati nurani.  Insiden “wanita delapan anak” dan i pemukulan Tangshan sekali lagi merobek topeng yang disebut “Tiongkok makmur”, sekali lagi menyegarkan pemahaman dunia tentang PKT, membuat tingkat tinggi PKT kehilangan muka, juga membuat banyak orang-orang di Tiongkok dan orang-orang dalam sistem yang masih memiliki hati nurani, mengenali sistem  PKT dengan jelas. Di masa depan, ketika mereka harus mencampakkan PKT, mereka pastinya akan memilih untuk mencampakkannya tanpa keraguan sedikitpun. (Lin)