Giorgio Vasari: Seniman Terlupakan yang Merekam Renaisans

JAMES BARESEL

Mereka yang tertarik dengan seni Renaisans akan segera mengenal nama Giorgio Vasari, seorang arsitek, seniman, dan sejarawan seni Florentine. Kompilasinya di tahun 1568, berjudul “Kehidupan Pelukis, Pematung, dan Arsitek Paling Unggul”, adalah sumber tertulis paling penting untuk sejarah artistik periode itu. Banyak seniman terkemuka Italia abad ke-16 berada di antara teman dan kenalannya. Termasuk dalam lingkaran pertemanannya banyak yang mengenal pendahulu mereka pada abad ke-15.

Giorgio Vasari telah dikenal dengan menciptakan ide Renaissans. Dia bahkan memprakarsai istilah “Renaissans” (kelahiran kembali), yang dapat digambarkan sebagai pemulihan klasisisme ketat yang ditentukan oleh dua karakteristik: penerimaan estetika Yunani dan Romawi kuno serta keyakinan bahwa cita- cita ini harus menjadi titik acuan dasar seni.

Portrait of Giorgio Vasari, circa 1571–74, by Jacopo Zucchi. Oil on wood. Uffizi, Florence, Italy. (Public Domain)

Giorgio menulis bahwa Giotto, seniman Italia abad ke-14, meluncurkan seni “kelahiran kembali”. Karya Giotto menginspirasi inovasi dalam seni yang menjadi gaya Renaisans seabad kemudian. Jules Michelet, seorang sejarawan Prancis abad ke-19, kemudian memperluas istilah tersebut untuk memasukkan lukisan, patung, dan arsitektur yang dibuat di Italia selama periode yang mencakup “quattrocento” (1400– 1500) dan “cinquecento” (1500–1600).

Artikulasi Giorgio tentang prinsip-prinsip klasik dalam buku “Kehidupan”-nya juga menjadikannya sebagai ahli teori seniman terkemuka — dan pengaruhnya tidak terbatas pada aliran klasik yang ketat. Banyak seniman Renaisans sebenarnya adalah “semi- klasik”. 

Seniman awal periode itu memadukan aspek klasikis dan estetika abad pertengahan. Yang lain menggunakan elemen klasisisme sebagai alat untuk mendapatkan realisme superlatif dan halus yang terlihat selama periode akhir Renaisans Tinggi. Seniman terus bekerja dalam tradisi ini lama setelah Renaisans berakhir. Kaum semi-klasik ini sering mengandalkan Giorgio sebagai sumber teori yang penting.

Meskipun pencapaiannya seperti itu, signifikansi Giorgio Vasari sebagai seorang seniman sebagian besar diabaikan. Padahal secara profesi, dia adalah seorang pelukis. Karya-karyanya mencapai keunggulan yang sedikit kurang jenius.

Giorgio Vasari sang Pelukis

Kedalaman keterampilan artistik Giorgio dapat dilihat dengan membandingkan karya lukisannya, “Kristus Membawa Salib” (sekitar tahun 1555–1564), dengan komposisi peristiwa yang sama oleh Titian, seniman Italia abad ke-16 yang terkenal sebagai pelukis Venesia terbesar.

“Christ Carrying the Cross,” circa 1555–64, by Giorgio Vasari. Oil on panel. Spencer Museum of Art, Kentucky. (Public Domain)

Karya Titian mengomunikasikan rasa tragedi dan ketegangan fisik yang tidak ada pada karya Giorgio Vasari; Wajah Kristus memiliki intensitas emosional yang tidak dapat ditandingi oleh Giorgio. Namun, apabila dilakukan pemeriksaan lebih dekat, akan mengungkapkan bahwa lukisan Giorgio lebih unggul dalam satu hal, yaitu detail anatomi. Kontur lengan Kristus sangat indah, dengan otot dan pembuluh darah yang terlihat melalui kulit. Helaian rambut, buku-buku jari, dan lipatan pakaian juga digambarkan dengan presisi yang sama.

Lukisan “Kristus Memikul Salib” adalah salah satu karya terbaik Giorgio Vasari. Sedang Titian termasuk di antara para jenius artistik terbesar sepanjang masa. Bagi Giorgio, untuk melukis beberapa karya dengan beberapa fitur, lebih unggul dari seniman seperti Titian membutuhkan kemampuan yang langka.

Bayangan Para Raksasa

Kalau begitu, mengapa seorang pria yang begitu terkenal seperti Giorgio Vasari begitu dilupakan sebagai seorang seniman? Sebagian, ironisnya, karena alasan yang sama dia menjadi terkenal. Tidak ada periode sejarah lain yang melihat begitu banyak raksasa artistik seperti pertengahan abad ke-15 hingga pertengahan abad ke-17. Menjadi dekat dengan jantung kehidupan artistik di abad ke-16 memungkinkan Giorgio untuk menyusun catatan sejarah yang sangat penting. Tapi itu juga berarti melukis di bawah bayang-bayang orang- orang yang hidupnya dia catat. Hanya di era seperti itu seorang pria dengan kemampuan Giorgio gagal masuk peringkat di antara seniman yang lebih terkenal pada zamannya.

“Christ Carrying the Cross,” circa 1506–07, by Titian. Oil on canvas. Scuola Grande di San Rocco, Venice, Italy. (Public Domain)

Ironi lebih lanjut adalah, buku “Kehidupan” karya Giorgio sebenarnya merusak reputasinya sebagai seorang seniman. 

Biografi yang lebih pendek sering kali menunjukkan kepentingan artis yang kurang atau kurangnya informasi. Otobiografi Giorgio Vasari adalah salah satu yang terpendek. Seorang humas akan menggunakan kompilasi untuk meningkatkan reputasinya. Sedangkan Giorgio dengan rendah hati menampilkan dirinya.

Faktor terakhir adalah bahwa sejarah paling baik mengingat seniman yang membuat terobosan baru. Ini bisa berarti mengembangkan teknik yang me- mungkinkan keindahan yang lebih besar atau realisme yang lebih besar. Ini bisa berarti inovasi gaya. Giorgio memiliki bakat yang cukup langka untuk menciptakan karya kelas satu dengan teknik dan gaya yang ada. Prestasinya dengan ahli mempraktikkan pelajaran yang didapat dari para genius seperti Leonardo da Vinci, Michelangelo, dan Raphael.

Namun, keterampilan itu cukup untuk melam- paui sebagian besar karya yang dilukis sebelum akhir abad ke-15. Pelukis sebelumnya seperti Giotto dan Fra Angelico, Masaccio, dan Jan van Eyck tidak dapat mengambil manfaat dari pelajaran yang sama. 

Oleh karena itu, karya-karya mereka mau tidak mau kurang berkembang. Tetapi masing-masing dari mereka telah membawa lukisan ke ketinggian yang belum pernah dicapai sebelumnya. Meskipun memiliki keterampilan yang cukup besar, Giorgio tidak melakukannya. Perbedaannya terletak pada kreativitas luar biasa versus kejeniusan kreatif, dan kemampuan teknis yang hebat versus kecemerlangan inovatif.

Penggemar seni berhak memberikan penghargaan tertinggi mereka untuk para jenius kreatif dan inovatif brilian. Fakta bahwa seniman dapat mencapai keunggulan tanpa naik ke kehebatan superlatif terlalu mudah diabaikan. Giorgio termasuk di antara mereka

yang mencapai “keunggulan yang lebih rendah.” 

Dilihat dari dirinya sendiri, body of artwork-nya adalah pencapaian yang luar biasa. Nilai karya itu—dan besarnya kontribusi total Giorgio Vasari bagi dunia seni rupa—layak untuk diakui lebih luas. (iwy)

James Baresel adalah penulis lepas yang telah berkontribusi pada berbagai majalah seperti Fine Art Connoisseur, Military History, Claremont Review of Books, dan New Eastern Europe.