Rusia Kewalahan di Sini Kalah di Sana, Dapatkah Beijing Mengambil Pelajaran Darinya?

Shen Zhou

Kekuatan Pasukan Rusia di Ukraina sudah mulai melemah, serangan balasan Ukraina di wilayah selatan yakni Kherson, telah berhasil menggiring penempatan pasukan Rusia. 

Baru-baru ini, militer Rusia menggerakkan bantuan ke selatan, mendadak pasukan Ukraina mengobarkan serangan gencar di timur laut, dan telah memutus jalur pasokan logistik utama bagi pasukan Rusia. Kedua belah pihak dengan cepat saling serang silih berganti dan berubah posisi, nyaris membuat semua pihak tercengang.

 Perubahan mendadak pada situasi perang di Ukraina, hampir tidak ditanggapi oleh Kemenhan AS, pada 8 September lalu justru diterbitkan sebuah naskah pers yang layak dicermati berjudul “RRT Seharusnya Mengambil Pelajaran Dari Kegagalan Rusia di Ukraina” (China May Draw Lessons From Russian Failures in Ukraine). Artikel menyebutkan, Xi Jinping telah membuat sebuah jadwal bagi pasukannya, untuk mempersiapkan kemampuan menguasai Taiwan sebelum 2027. 

Wakil Menhan AS Colin Kahl menyebutkan, ketika Partai Komunis Tiongkok (PKT) mengambil tindakan memojokkan mungkin akan semakin waspada; “Saya tidak beranggapan PKT akan memposisikan dirinya seperti Rusia hari ini”; risiko bagi Beijing dalam menciptakan situasi ketegangan militer yang lebih luas, akan dibayar mahal dalam hal politik maupun ekonomi; PKT mungkin akan mengambil pelajaran dari pengalaman Rusia menginvasi Ukraina dalam enam bulan terakhir.

 Militer AS memberikan dukungan penuh bagi Ukraina, sekaligus juga terus mengawasi PKT dengan ketat. Kemampuan militer Ukraina dalam mengubah situasi perang, tak terlepas dari dukungan militer AS, dan AS juga memanfaatkan kekalahan militer Rusia dalam perang kali ini untuk memperingatkan PKT, menggertak PKT agar tidak gegabah mengambil risiko militer di Selat Taiwan.

Pasukan Ukraina Usir Tentara Rusia Di Timur Laut

Pada 11 September, pasukan Ukraina terus membalas serangan di wilayah timur laut, dan menyatakan hingga 18 September ini, telah merebut kembali lebih dari 8.000 km persegi wilayahnya. Pasukan Ukraina gencar menyerang, memutus jalur pasokan logistik pasukan Rusia yang menghubungkan kawasan Izyum, pasukan Rusia disini terjebak dalam posisi yang sangat sulit.

Pada 10 September, tentara Ukraina terus melancarkan serangan balik yang kuat di timur laut, memutus jalur komunikasi untuk tentara Rusia (area biru). (ISW)

 Serangan balasan pasukan Ukraina yang tiba-tiba, seharusnya di luar dugaan Pusat Komando Rusia. Pihak Ukraina dengan cepat menerobos garis pertahanan Rusia, menandakan tentara Rusia yang ditempatkan disini sangat rapuh; sistem intelijen Rusia lagi-lagi dipecundangi, karena sama sekali tidak tahu menahu akan serangan balasan Ukraina. Selain masalah penempatan garis pertahanan, semangat tempur pasukan Rusia juga relatif rendah, begitu kontak senjata dengan Ukraina langsung menarik mundur pasukan.

 Militer Rusia menyatakan sedang mengorganisir serangan balasan, tapi menurut informasi yang diungkap oleh blogger militer, tentara yang sedang kembali ke garis depan, adalah pasukan yang meninggalkan garis pertahanan dan melarikan diri, Pusat Komando Rusia hanya memberi perintah tegas agar mereka kembali ke garis depan, untuk berperang melawan Ukraina.

Dalam sekejap terjadi banyak perubahan di medan perang, pasukan Rusia relatif diam, menandakan Rusia memang terjebak dalam posisi pasif. Terlepas dari kokoh tidaknya posisi pasukan Ukraina, penempatan pasukan Rusia sudah dikacaukan, mampukah Rusia dalam waktu singkat membalas serangan dan menang, akan menjadi suatu ujian untuk mempertimbangkan kekuatan militer Rusia.

Pasukan Rusia yang seharusnya memiliki kekuatan lebih besar, justru tidak mampu membendung serangan Ukraina, diperkirakan bukan karena pasukan Ukraina mendadak berubah menjadi begitu kuat, melainkan karena pasukan Rusia jauh lebih lemah daripada yang dibayangkan oleh masyarakat. Pusat Komando Rusia yang lemah dalam hal penempatan dan antisipasi, perwira dan serdadu Rusia di garis terdepan besar kemungkinan sudah jenuh bertarung, ini adalah pantangan besar dalam kemiliteran.

Strategi Pasukan Ukraina Mumpuni, Pasukan Rusia Terjebak Pasif

Pasukan Rusia berjatuhan banyak korban, setelah Ukraina merebut kembali wilayah terbatas di timur laut, Rusia sudah tidak mampu lagi menyusun serangan gencar berskala besar, belum lagi harus menghadapi serangan pasukan Ukraina di wilayah Kherson di selatan, secara keseluruhan pasukan Rusia telah mulai mengambil posisi bertahan.

Menurut penuturan, pasukan Rusia dikerahkan dari timur ke selatan, untuk membantu wilayah Kherson, pasukan Rusia di wilayah ini yang sudah tidak ada ruang untuk mundur tengah menghadapi tekanan yang semakin besar, setelah pasukan Ukraina memutus jembatan maka Sungai Dnipro telah menghambat pasokan logistik dan bala bantuan Rusia.

Pada 10 September, setelah tentara Ukraina memutus jalur komunikasi pasokan Rusia di timur laut, tentara Rusia di daerah Izyum berada dalam posisi yang tidak menguntungkan dan mungkin menghadapi tiga pihak. Lingkaran adalah area baku tembak yang intens antara kedua belah pihak. (ISW)

Untuk merebut posisi proaktif, pasukan Ukraina kemudian bergerak cepat dan berkumpul di timur laut, dan dalam satu gebrakan berhasil mendobrak garis pertahanan Rusia. 

Di balik serangan ini seharusnya tidak terlepas dari dukungan intelijen dan perencanaan dari pihak militer AS dan NATO, kendaraan lapis baja dan senjata jarak jauh dari berbagai negara juga telah memainkan peran penting. Sebaliknya, pihak intelijen Rusia kehilangan fungsi, bertahan disini kalah disana, sehingga terjebak dalam posisi sangat pasif.

Wilayah di timur laut yang mulai balas diserang oleh pasukan Ukraina adalah sisi timur Sungai Oskil, tentara Ukraina terus mendesak hingga pesisir timur Sungai Oskil, berhadapan dengan pasukan Rusia di pesisir barat sungai. 

Pasukan Rusia yang bertahan tidak ingin berperang tanpa pilihan untuk mundur, mayoritas memilih melarikan diri. Setelah Ukraina menguasai wilayah tersebut, sisi timur Sungai Oskil menjadi parit pertahanan. Pihak militer Ukraina menyatakan, sedang mengarah ke selatan, mendorong ke timur, dan juga akan mendorong ke perbatasan di utara.

 Apakah pasukan Rusia masih memiliki kekuatan yang cukup melawan, dalam beberapa hari ke depan ini akan segera diketahui.

 Kekuatan Pasukan Rusia Sulit Pertahankan Perang Pada Dua Garis Pertempuran

Pada 25 Agustus lalu, Kemenhan AS membenarkan bahwa korban dari pihak Rusia sebanyak 70.000-80.000 orang, kekuatan perang telah menyusut serius. Sekarang, keberhasilan serangan balasan Ukraina di timur laut membuktikan, untuk mempertahankan wilayah timur dan selatan bersamaan akan sangat sulit bagi pasukan Rusia, kekuatan pasukan sekarang dikhawatirkan tidak mampu mempertahankan peperangan di dua garis pertempuran secara bersamaan.

Serangan balik tentara Ukraina di timur laut berlanjut ke sungai Oskil, tentara Rusia kesulitan menyeberangi sungai dan hanya bisa mengerahkan kembali pasukannya untuk melakukan serangan balik dari utara dan selatan. (Google Maps, Kartografi Epoch Times)

Militer Rusia tengah merekrut serdadu secara besar-besaran, tapi paling cepat baru akan rampung pada akhir tahun, pasukan Ukraina memanfaatkan peluang ini, untuk melancarkan serangan sengit sebelum musim dingin tiba. Pihak Ukraina sangat mungkin telah mengerahkan pasukan cadangan, karena serangan balasan mereka di timur laut begitu gencar sehingga tak terbendung oleh lawan.

Kekuatan pasukan Rusia kurang memadai, hanya bisa membagikan kekuatan bertahan secara merata di wilayah sedemikian luas yang telah dikuasai. Pasukan Ukraina sebaliknya dapat dimobilisasi sewaktu-waktu, dan kembali berkumpul, melakukan serangan balasan dengan memilih pertahanan Rusia yang paling rapuh. Dan ketika pasukan Rusia kalah dengan cepat di timur laut, dan tidak bisa mengantisipasi, menandakan pasukan Rusia tidak cukup untuk menyusun pertahanan yang mendalam, pasukan cadangan yang berada di wilayah Ukraina mungkin sangat terbatas, bahkan tidak ada pasukan cadangan lagi.

Pasukan Ukraina dapat terus leluasa lalu lalang di wilayah selatan, timur, dan timur laut, lalu melakukan serangan mendadak di bagian tertentu, membuat pasukan Rusia tidak bisa mengantisipasinya; jika pasukan Rusia mengumpulkan pasukan berat, pasukan Ukraina akan menghindari berhadapan langsung dengan ujung tombaknya, dan beralih menyerang garis pertahanan Rusia lainnya yang lemah.

 Jika Rusia tidak segera menambah pasukan, perang pada dua garis pertempuran akan sangat menguras tenaga; tapi pasukan yang bertugas di dalam wilayah Rusia juga tidak mungkin dikerahkan seluruhnya, hal itu sama dengan akan mempertaruhkan segalanya; perekrutan pasukan baru dan pelatihan belum selesai, diperkirakan Rusia akan sangat sulit bertahan melewati hari-hari sebelum tibanya musim dingin.

10 September Peta situasi strategis di Ukraina. Tentara Rusia harus berperang di front timur dan selatan dan berada dalam kesulitan. ( ISW)

 Yang dialami Rusia di medan pertempuran di Ukraina, pasti telah diamati oleh PKT, Kemenhan AS juga dengan sengaja mengungkapnya, dan terus menerus melontarkan peringatan bagi PKT.

 PKT Mungkin Akan Hadapi Berperang Pada Empat Sisi

Jika Beijing menempuh risiko menyerang Taiwan, dengan mengesampingkan dampak politik dan ekonomi, aksi militernya mau tidak mau harus menghadapi empat garis pertempuran, yaitu Selat Taiwan, Laut Tiongkok Selatan, Laut Timur, dan perbatasan India-RRT.

 1. Selat Taiwan

Untuk menguasai Taiwan, PKT akan menjadikan Selat Taiwan sebagai ajang perang utama, bisa atau tidak mendarat dengan sukses di wilayah utara Taiwan bakal menjadi kuncinya, kekuatan utama RRT akan ditempatkan disini.

 AL RRT akan sulit menguasai laut di sekitar Selat Taiwan, sangat mungkin akan terblokir di dalam rantai pulau pertama, walaupun dapat terbebas dari rantai pulau pertama, logistik mereka juga akan terputus, terlebih lagi akan sulit lolos dari serangan udara dan kapal selam AS.

AU RRT harus dapat menguasai wilayah udara Selat Taiwan, tapi dalam menghadapi pasukan gabungan Jepang, Taiwan, dan AS, dikhawatirkan akan dimusnahkan seluruhnya dalam perang atrisi. 

Pesawat tempur dari pangkalan militer Guam dan kapal induk AS, akan memaksa AU RRT membagi pasukannya di garis perang utara dan selatan Selat Taiwan; jika Filipina membuka pangkalan militernya bagi AS, maka Beijing akan makin sulit menghadapinya, pada saat itu yang diperebutkan tidak hanya penguasaan udara di Selat Taiwan saja, juga akan meliputi penguasaan udara di Provinsi Fujian dan wilayah udara di provinsi sekitarnya.

Cukup melakukan gangguan dan menghalangi satelit Beidou, roket RRT tidak akan dapat menyerang. Hanya berperang di garis pertama Selat Taiwan saja, RRT akan mengalami kekalahan.

2. Laut Timur dan Laut Kuning

Apabila AL RRT berlayar dari Laut Timur, agar AU mereka dapat menghadang jet tempur AS dari pangkalan militer Jepang, Laut Timur dengan segera akan menjadi ajang pertempuran kedua. Jika rudal RRT berupaya menyerang pangkalan militer AS di Jepang, pakta keamanan AS-Jepang akan langsung diinisiasi, maka Laut Timur akan langsung menjadi ajang pertempuran.

Armada kapal perang RRT bakal tidak mampu menembus rantai pulau pertama, AU RRT mau tidak mau harus mengantisipasi serangan balasan pesawat tempur AS dan Jepang dari Laut Timur, AU pasukan komunis tidak mampu untuk sekaligus menguasai wilayah udara di Selat Taiwan dan Laut Timur. Dan Armada Laut Timur, Shanghai Jiangnan Shipyard, pangkalan Armada Laut Utara, berikut pangkalan militer pesisir pantai lainnya akan mengalami serangan berskala besar.

Pesawat tempur yang mengudara dari pangkalan militer AS di Korea Selatan, juga mungkin akan menyerang dari Laut Kuning, langsung menghantam Beijing, juga akan menyerang pangkalan Armada Laut Utara RRT dan Dalian Shipyard, juga mungkin akan menyerang Shenyang Aircraft Corporation, jet tempur J-16 dan J-11 milik RRT akan sulit ditambahkan.

3. Laut Tiongkok Selatan

Kapal perang amfibi AS yakni USS Tripoli (LHA-7) sedang berada di Laut Tiongkok Selatan. Hal ini seharusnya memperlihatkan rencana perang AS yang sebenarnya, jika Beijing mengobarkan perang di Selat Taiwan, maka armada kapal amfibi AS akan menyerang kepulauan yang diduduki RRT di Laut Tiongkok Selatan, dan membuka garis perang ketiga.

Kapal perang milik Jepang, Australia, dan negara NATO akan melakukan aksi bersama militer AS di Laut Tiongkok Selatan. Kapal induk Inggris, kapal selam Prancis, berikut kapal fregat Jerman dan Kanada susul menyusul akan tiba di sana.

Pesawat perang milik Australia dan negara NATO mungkin akan bekerjasama dengan AU Amerika, dan lepas landas dari Australia, untuk melakukan serangan udara terhadap kepulauan militer RRT; juga akan memberikan perlindungan bagi pesawat bomber AS yang melakukan serangan udara terhadap pangkalan militer RRT di Laut Tiongkok Selatan; setelah itu, mungkin akan ikut serta dalam serangan udara terhadap pangkalan militer RRT lainnya di pesisir. Armada Laut Tiongkok Selatan milik RRT akan dihancurkan dengan serangan udara, akan sulit dihadapi oleh AU di zona perang selatan, jika sebagian ditarik kembali di ajang perang Selat Taiwan, maka akan semakin sulit lagi sikonnya.

 4. Perbatasan RRT-India

Jika Beijing mengobarkan perang di Selat Taiwan, pasukan India mungkin akan memanfaatkan peluang itu untuk menguasai lebih banyak wilayah sengketa di perbatasan India-RRT, jika PKT tidak mau mengalah, kedua pihak akan terlibat bentrokan senjata, maka bantuan AS pun akan segera berdatangan, bisakah pasukan RRT melepaskan diri?

 Bomber B-2 milik AS yang diterbangkan dari Australia, mungkin akan memilih memasuki wilayah India, lalu dari Tibet memasuki wilayah barat RRT, dan membombardir pangkalan pasukan roket RRT. Rudal anti udara jenis S-400 dan S-300 yang diimpor Beijing dari Rusia seharusnya ditempatkan di pesisir pantai dan wilayah Beijing, mayoritas wilayah barat diperkirakan kosong, dan radar anti udara mungkin bahkan tidak mampu mendeteksi pesawat bomber B-2.

 Kesimpulan

Pada awal invasi Rusia terhadap Ukraina, mereka sempat terlalu percaya diri dengan melakukan perang terbuka pada banyak garis pertempuran, sekarang hanya dua garis pertempuran pun sulit dipertahankan oleh Putin.

 Jika Beijing memulai perang, kemungkinan mau tidak mau harus menghadapi empat garis pertempuran serta banyak musuh sekaligus, dan setiap musuhnya jauh lebih kuat daripada pasukan Ukraina, sementara pasukan AD RRT yang paling besar dan diandalkan justru tidak dapat difungsikan. Suatu peperangan yang pasti akan menelan kekalahan, masihkah pemimpin PKT akan mempertaruhkannya? (sud)