Kecanduan Pornografi dapat Membahayakan Pikiran dan Tubuh, Pola Otak dapat Berubah ke Arah Negatif

Wu Ruichang

Perkembangan pesat internet membuat penyebaran berbagai informasi mencapai ke seluruh dunia pada saat yang sama. Bersamaan itu pula, segala macam hal buruk juga tersebar luas, serta membahayakan pikiran dan tubuh. Pornografi internet adalah sebuah contoh yang menonjol. Penelitian menemukan bahwa bersentuhan dengan pornografi dalam jangka panjang dapat mengubah bentuk otak.

Sebuah laporan reset diterbitkan oleh para peneliti di Universitas Indiana, di Journal of Health Communication pada Februari 2021 menunjukkan bahwa 80 persen remaja di AS pernah berhubungan dengan pornografi, di antaranya banyak anak berusia 10 tahun sudah menonton film porno. Sedangkan kerusakan fisik dan psikologis yang ditimbulkan pornografi kepada masyarakat tidak disadari oleh banyak orang, dan bahkan jika mereka telah menyadarinya, juga sulit untuk mengubahnya.

Penyanyi Billie Eilish (21) pernah menyatakan pada “The Howard Stern Show” di Sirius XM pada 2021 bahwa dia mengenal pornografi pada usia 11 tahun, hal tersebut membuatnya dewasa sebelum waktunya. Selain itu dia juga menyatakan: “Film Porno itu adalah sejenis kehinaan, itu benar-benar merusak otak saya, ia membuat manusia merasa sangat frustrasi karena ada begitu banyak kekerasan (seksual) di dalamnya.”

Banyak penelitian sebelumnya pernah menemukan bahwa berhubungan dengan pornografi terlalu dini atau berlebihan, tidak hanya akan mengubah otak manusia dan hormon tubuh, pada saat yang sama juga rentan terhadap bahaya seperti penurunan konsentrasi, penurunan kontrol diri, kemunduran daya ingat, disfungsi seksual, pergaulan bebas, atau pubertas dini.

Pada 2014, dua psikolog Jerman, Max Planck dan Simone Kühn, melakukan sebuah eksperimen. Subjeknya adalah 64 pria dewasa sehat, mereka menghabiskan beberapa jam seminggu untuk bacaan pornografi, tontonan video atau gambar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu yang dihabiskan untuk menonton film porno berbanding terbalik dengan volume materi abu-abu di nukleus berekor otak.

Eksperimen pada 2014 dilakukan oleh Valerie Voon, seorang profesor psikiatri di University of Cambridge, mengenai efek yang ditimbulkan oleh pornografi pada otak. Timnya melakukan tomografi otak pada pria dan wanita muda yang terbiasa menonton pornografi. Ternyata orang yang biasa menonton film porno, area aktif otak mereka serupa dengan area aktif otak dari orang yang menggunakan narkoba. Sedangkan ketika kepada para pria itu diperlihatkan uang dan olahraga yang mengasyikkan (misalnya: olahraga ekstrem), ditemukan bahwa otak mereka ternyata tidak meresponnya dengan kuat.

Selain itu, penelitian menemukan bahwa mereka yang sering menonton konten pornografi memiliki tingkat perceraian jauh lebih tinggi daripada mereka yang tidak melakukannya. Dalam laporan 2017 oleh stasiun radio publik nasional Amerika (NPR), sosiolog Samuel Perry dari University of Oklahoma dan rekan-rekannya melakukan penelitian terhadap 2.000 pasangan Amerika, menemukan bahwa tingkat perceraian pria dan wanita menikah yang sering menonton pornografi adalah 11%, jauh lebih tinggi daripada tingkat perceraian yakni 6% dari pria dan wanita yang tidak menonton pornografi.

Perry menduga bahwa ini mungkin berasal dari fantasi tidak realistis mereka tentang isi pornografi, yang memengaruhi hubungan interpersonal, setelah menyebabkan hubungan tidak lancar lalu terus menonton, tetapi hal itu lebih lanjut memengaruhi hubungan interpersonal lagi, sehingga menciptakan sebuah lingkaran setan.

Sebuah studi 2015 tentang hubungan antara bersentuhan dengan pornografi internet dan kinerja akademik pada remaja laki-laki ditemukan bahwa pasca- hubungan berlebihan terhadap pornografi internet pada remaja dapat menyebabkan penurunan kinerja akademik dan masalah konsentrasi.

Jurnal “Kecanduan Seksual dan Gangguan Obsesif- Kompulsif” menerbitkan sebuah studi tentang “Pengaruh Pornografi Internet pada Remaja” pada 2012. Setelah penelitian, mereka menemukan bahwa semakin dini kontak terhadap pornografi, pusat emosional di otak berkembang lebih cepat daripada pusat kendali, dan menyimpulkan bahwa orang dengan kontak dini memiliki lebih banyak “taraf pemikiran dan keinginan dalam bidang seksual” daripada orang dengan kontak lebih lambat, sehingga mengakibatkan mereka mudah melakukan sejumlah hal yang di luar batas.

Ilmu Pengobatan Tradisional Tiongkok Telah Lama Mengenali Bahayanya Nafsu Birahi

ilmu Pengobatan Tradisional Tiongkok telah lama memperhatikan bahaya nafsu birahi pada tubuh manusia. Banyak buku kuno tentang perawatan kesehatan dengan jelas menunjukkan bahwa ketika seseorang terlalu banyak bersinggungan dengan pornografi, dapat menghabiskan saripati tubuh mereka sendiri, dan tubuh mereka akan rentan terhadap penuaan dini dan penyakit. Oleh karena itu, masyarakat disarankan untuk tidak terlalu banyak berhubungan dengan pornografi, lebih baik meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan perawatan kesehatan guna memperpanjang usia dan menjaga kebugaran jasmani.

Dalam “The Analects of Confucius: The Sixteenth of Ji Shi”, sang Guru Suci Konfusius di Tiongkok menyebutkan  bahwa  lelaki  sejati memiliki tiga pantangan. Pada masa remaja, ia perlu berpantang dari nafsu birahi, karena nafsu birahi tidak baik untuk perkembangan jasmaninya, dan akan berdampak serius pada kesehatan fisik dan mentalnya. Pada masa muda dikarenakan penuh energi unsur Yang, ia harus berpantang pada nafsu berebut, baru dapat berpijak di masyarakat. Pada masa tua, semangat dan energinya menurun, maka harus berpantang nafsu serakah, hindari diri jatuh ke dalamnya agar tidak membuat tubuh semakin terpuruk.

Sun Simiao, seorang ilmuwan medis besar pada zaman Dinasti Tang, menyebutkan dalam kitab “Qian Jin  Yao  Fang.  Yang  Xing Xu” bahwa para bangsawan dan keluarga kaya di masa lalu sering mengumbar nafsu, mendengarkan musik vokal cabul di pagi hari dan minum alkohol, menonton tubuh bugil di malam hari dan seks yang berlebihan, dan lain sebagainya maka menyebabkan Qi (dibaca: chi, energi vital) dari saripati darah tidak mencukupi, sehingga tidak dapat dialirkan ke dalam organ-dalam, itu sebabnya muncul fenomena penuaan dini dan umur pendek.

Dalam Four Essentials of Health Maintenance “Yang Sheng Si Yao”, ilmuwan medis dari zaman Dinasti Ming, Wan Quan juga menyatakan bahwa seseorang yang sering menghambur-hamburkan Qi dari sari-pati darah, cenderung mati muda. Itu sebabnya ia menyarankan untuk “menjauhi erotisme, dan memutus hasrat pikiran”, serta dengan lagu dan tarian yang bagus untuk menyelaraskan suasana hati, biji-bijian dan daging untuk melengkapi nutrisi beserta herbal yang baik untuk mengisi kembali tubuh guna menambal bagian-bagian tubuh yang sebelumnya telah berkurang.

Zhang Jiebin, seorang ilmuwan medis besar di akhir Dinasti Ming, juga menganggap saripati darah manusia sangat penting, dalam kitab “Lei Jing” ia menyebutkan bahwa saripati darah dalam tubuh pria dan wanita adalah kunci dari kesehatan tubuh. Karena saripati dari darah adalah Qi dari unsur Yang manusia, jika mengumbar nafsu sehingga menyebabkan saripati tubuh sendiri terkuras habis terlalu dini atau terlalu berlebihan, maka mengakibatkan Qi dari unsur Yang tidak mencukupi, maka gejala ringannya adalah lesu tidak bersemangat, sedangkan gejala beratnya akan mengundang elemen  negatif dan buruk, cenderung membuat jiwa raga diri sendiri muncul fenomena penuaan dini.

Kecanduan Video Pendek Juga dapat Mengubah Otak Manusia

Troy Smith, seorang ilmuwan di Universitas Trinidad dan Tobago, menyatakan dalam sebuah wawancara dengan PsyPost pada awal Mei 2022 bahwa TikTok adalah video pendek yang paling mudah membuat kawula muda kecanduan, sangat mudah menimbulkan ketergantungan dan kemungkinan berdampak negatif pada kehidupan sehari-hari.

Sebuah laporan riset pada 2021 tentang apakah TikTok mempengaruhi otak manusia. Melakukan penelitian pada sejumlah mahasiswa dan menemukan bahwa orang yang menggunakan perangkat lunak itu dalam jangka waktu lama, memiliki area adiktif yang sangat aktif di dalam otak, dan beberapa area pada otak secara bertahap sedang berubah, juga menemukan bahwa orang yang memiliki daya kontrol diri rendah akan semakin ketagihan dengan video pendek TikTok. (lin)