Kolera di Malawi Membunuh 110 Orang Sejak Maret, di Suriah Mencatatkan 39 Kematian

oleh Reuters

Penyakit Kolera telah menyebar ke 22 dari 28 distrik di Malawi, menewaskan 110 orang dan menginfeksi 3.891 orang sejak Maret ketika kasus pertama dilaporkan, seperti yang diungkapkan kementerian kesehatan Malawi, Selasa 4 Oktober

Dilansir dari Reuters, kasus pertama dari infeksi yang melemahkan, menular terutama melalui makanan dan air yang terkontaminasi, dilaporkan pada  Maret lalu di distrik selatan Machinga.

Penyakit ini  menyebar dengan cepat ke wilayah lain di negara itu, meningkatkan kekhawatiran bahwa penyakit itu dapat memburuk pada awal musim hujan Malawi pada November dan Desember mendatang

Menteri Kesehatan Malawi Khumbize Chiponda mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa sebagian besar kematian terjadi karena orang yang terinfeksi datang terlambat untuk perawatan di fasilitas kesehatan.

“Faktor utama yang terkait dengan wabah kolera di masyarakat adalah kebersihan makanan yang buruk, kurangnya air bersih, dan cakupan dan penggunaan jamban yang rendah (BAB sembarangan),” kata Chiponda.

Kolera merebak  di Suriah 

Sementara itu, Kementerian kesehatan Suriah telah mencatat 39 kematian akibat kolera dan hampir 600 kasus dalam wabah yang menyebar di negara yang kini dilanda perang dan diperingatkan oleh PBB “berkembang secara mengkhawatirkan”.

“Di Suriah, lebih dari 10.000 kasus dugaan kolera telah dilaporkan hanya dalam enam minggu terakhir,” kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam sebuah pengarahan pada  Rabu 5 Oktober  yang dilansir al-monitor.com yang mengutip kantor berita AFP. 

Sebanyak 594 kasus telah dicatat di 11 dari 14 provinsi Suriah sejak akhir September, sebagaimana diungkapkan oleh kementerian kesehatan Suriah  Selasa 4 Oktober, setelah WHO memperingatkan situasinya “berkembang secara mengkhawatirkan di provinsi yang terkena dampak dan meluas ke daerah baru”.

Sebagian besar dari mereka yang meninggal dunia berada di provinsi utara Aleppo, dan masih belum jelas apakah yang meninggal dunia termasuk dalam penghitungan kasus secara keseluruhan.

Ini adalah wabah kolera besar pertama di Suriah dalam kurun waktu lebih dari satu dekade.

Penyakit  mematikan ini umumnya ditularkan dari makanan atau air yang terkontaminasi, dan menyebabkan diare dan muntah.

Ini dapat menyebar di daerah pemukiman yang tidak memiliki jaringan pembuangan air limbah atau air minum utama.

Penyakit ini muncul kembali secara besar-besaran sejak 2009 di Suriah, di mana hampir dua pertiga dari instalasi pengolahan air, setengah dari stasiun pompa dan sepertiga menara air telah rusak akibat lebih dari satu dekade perang, menurut PBB. .

Sumber wabah terbaru diyakini dari Sungai Efrat yang telah terkontaminasi oleh polusi limbah.

Berkurangnya aliran air karena kekeringan, kenaikan suhu dan bendungan yang dibangun oleh Turki telah memperparah masalah polusi.

Meskipun kontaminasi, lebih dari lima juta dari sekitar 18 juta orang Suriah bergantung pada sungai Efrat untuk air minum mereka, menurut PBB.

Wabah terbaru sangat mengkhawatirkan dengan kamp pengungsian yang penuh sesak dan hanya memiliki sedikit akses air bersih dan  sanitasi.

Kolera dapat membunuh dalam beberapa jam jika tidak diobati, menurut WHO, tetapi banyak dari mereka yang terinfeksi tidak akan memiliki gejala atau gejala ringan.

Ini dapat dengan mudah diobati dengan larutan rehidrasi oral, tetapi kasus yang lebih parah mungkin memerlukan cairan infus dan antibiotik, kata WHO.

Di seluruh dunia, penyakit ini mempengaruhi antara 1,3 juta jiwa dan empat juta orang setiap tahun, membunuh antara 21.000 dan 143.000 orang. (asr)