Ditemukan di 16 Provinsi, 152 Kasus Anak Alami Gagal Ginjal Akut Misterius

ETIndonesia- Sebanyak 152 anak ditemukan terkena gangguan ginjal misterius di 16 Provinsi. Hal demikian berdasarkan data yang dihimpun oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) per Jumat (14/10/2022) yang dikutip laporan dari sejumlah media.

Provinsi yang dimaksud adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Banten, Bali, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Aceh, Sumatera Barat, Jambi Kepulauan Riau, Papua Barat, Papua, dan Nusa Tenggara Timur.

Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI, dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) mengatakan awalnya pihaknya menduga terkait dengan COVID-19, merupakan suatu MIS-C (peradangan di organ dalam). Selanjutnya, kata dia, setelah di-tata laksana dengan MIS-C, ternyata hasilnya berbeda dengan MIS-C sebelumnya. Hingga kini, penyebab dari ginjal akut misterius tersebut masih belum konklusif.

Ia juga meminta masyarakat agar tetap tenang dan tidak mempercaya isu simpang siur tentang kasus tersebut.

“Kita harapkan masyarakat tetap tenang dan tidak panik, tetap waspada, pahami betul tentang bagaimana cara mengenali apakah urinnya cukup atau tidak,” ujar dr. Piprim Yanuarso.

Dikutip dari situs sehatnegeriku.kemkes.go.id, Juru Bicara Kementerian Dr. M Syahril mengatakan telah meminta fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap merebaknya gagal ginjal pada anak dengan aktif melaporkan setiap kasus yang mengarah pada gagal ginjal akut pada anak.

Sebagai bentuk kewaspadaan dini, Kemenkes meminta masyarakat terutama orang tua yang memiliki anak usia 0-18 tahun untuk aktif melakukan pemantauan umum dan gejala yang mengarah kepada gagal ginjal akut seperti penurunan volume urine yang dikeluarkan, demam selama 14 hari, gejala ISPA, dan gejala infeksi saluran cerna.

“Gagal ginjal akut pada anak ini memiliki gejala yang khas yakni penurunan volume urin secara tiba-tiba. Bila anak mengalami gejala tersebut, sebaiknya segera dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut,” imbaunya. (Kemenkes RI/CNN Indonesia)