Elon Musk Membubarkan Dewan Direksi dan Membebastugaskan Lee Fei-Fei dari Direktur Independen Twitter

Epoch Times

Pada Senin (31/11), Elon Musk membubarkan Dewan Direksi Twitter, termasuk seorang direktur etnis Tionghoa asal daratan Tiongkok Lee Fei-Fei. Lee pernah dicurigai akan membuat Twitter menjadi “merah”.

Usai Musk mengakuisisi Twitter seharga USD. 44 miliar pekan lalu, ia segera membubarkan keempat orang eksekutif senior termasuk CEO, chief financial officer, chief legal officer, dan penasihat umum. Bloomberg News melaporkan pekan lalu bahwa Elon Musk akan menjadi kepala eksekutif Twitter, dan dia baru-baru ini mengubah pengenalan Twitter menjadi “Chief Twit”.

Menurut laporan yang disampaikan Elon Musk kepada Securities and Exchange Commission (SEC) pada hari Senin, ada total 9 direktur yang dibebaskan dari jabatan mereka, termasuk Lee Fei-Fei, seorang akademisi dari Chinese-American National Academy of Engineering.

Menurut laporan tersebut, Twitter memiliki 7.000 orang karyawan pada akhir tahun 2021. The Washington Post melaporkan pada hari Senin bahwa selama akhir pekan lalu tim yang dibentuk oleh Musk telah mendiskusikan dan menyelesaikan urusan yang berkaitan dengan rencana PHK. Seluruh rencana dipimpin oleh Alex Spiro, seorang pengacara terkenal yang dekat dengan Elon Musk. Putaran pertama akan memberhentikan hampir 2.000 orang karyawan yang merupakan 25% dari total tenaga kerja Twitter.

Setelah Lee Fei-Fei bergabung dengan media sosial “Twitter” pada bulan Mei 2020, ia diangkat sebagai direktur independen dewan direksi, tetapi hubungan dekatnya dengan pihak Tiongkok telah menarik perhatian dari dunia luar, dan beberapa netizen khawatir bahwa Twitter akan menjadi “merah”.

Saat itu, blogger bernama “Caijing lengyan” di platform YouTube yang terblokir baru mendapat pembebasan. Pemblokiran sangat mungkin terkait dengan penggalian yang dalam tentang latar belakang Lee Fei-Fei yang “merah”. Sehingga akun milik “Caijing lengyan”, “Lengshan shiping” dan lainnya diblokir oleh Twitter. Bahkan “Caijing lengyan 2.0” pun tidak luput.

Ada netizen yang mengaku akun utama dan cadangannya di Twitter diblokir hanya karena dirinya mengirim pesan yang berbunyi : Lee Fei-Fei sudah tiba, saatnya saya segera pergi. “Tampaknya dunia kita sudah kehilangan kebebasan, Jika Amerika Serikat belum juga sadar, Habislah manusia !”

Pada saat itu, Aktivis pro-demokrasi Zhou Fengsuo mengkritik Twitter lewat wawancara di Radio Free Asia karena mengabaikan nilai-nilai kebebasan dan demokrasi. Dia berpendapat bahwa baik Twitter dan Lee Fei-Fei perlu memberikan penjelasan terhadap hal ini.

Komentator Wang Longmeng yang tinggal di Perancis juga percaya bahwa Twitter dalam waktu cepat menjadi “merah” setelah kedatangan Lee Fei-Fei, “Akun di Twitter langsung diblokir karena kritikan dan paparan yang tidak sesuai dengan selera mereka. Ini adalah karakteristik Beijing. Kekhawatiran kami ternyata datang lebih awal. Kedatangan Lee Fei-Fei mempercepat terjadinya ‘Beijingisasi’ ” Dia mendesak perusahaan Internet Barat dan pemerintah untuk membentuk mekanisme demi mencegah infiltrasi PKT.

“Caijing lengyan” meluncurkan petisi di situs Gedung Putih untuk menyelidiki kasus Twitter seenaknya memblokir akun orang yang menyampaikan pesan-pesan yang mengkritik PKT. (Twitter)

Lee Fei-Fei berimigrasi ke Amerika Serikat di usia 16 tahun bersama orang tuanya. Dia pernah mengajar di Universitas Stanford sejak tahun 2009, dan menjadi kepala ilmuwan Google Cloud AI pada tahun 2016.

Pada 13 Desember 2017, dalam pidatonya pada “Google China Developers Conference”, Lee Fei-Fei mengumumkan bahwa Google AI China Center didirikan di Beijing dan dirinya menjabat sebagai direktur pusat tersebut. Selain itu, ia mengumumkan bahwa dirinya dan asistennya Li Jia akan kembali ke Tiongkok dan bekerja di sana. Ia bahkan mengatakan bahwa dirinya “tidak pernah melupakan niat awal” untuk membantu Tiongkok mengembangkan kecerdasan buatan.

Segera setelah Google AI China Center didirikan, ia menjalin hubungan kerja sama dengan Institut Penelitian AI Universitas Tsinghua. Padahal proyek penelitian kecerdasan buatan di Universitas Tsinghua adalah proyek utama milik Komisi Militer Pusat Partai Komunis Tiongkok.

Lee Fei-Fei, di satu sisi memfasilitasi kerja sama antara Google dengan Universitas Tsinghua, yang membantu militer Tiongkok dalam penelitian dan pengembangan, tetapi di sisi lain ia mencegah Google bekerja sama dengan Kementerian Pertahanan AS.

Pada September 2017, eksekutif Google mendiskusikan cara mempublikasikan “Maven”, sebuah proyek pengembangkan drone militer bersama dengan Pentagon. Dalam email internal yang bocor, terungkap Lee berusaha untuk mencegah Google AI bekerja sama dengan militer AS Pada  Agustus 2018, Google menghentikan kerja sama dengan Kementerian Pertahanan AS.

Solomon Yue, Wakil Ketua Republican Overseas Affairs Organization, mentweet : “Semakin banyak saya membaca informasi tentang Dr. Fei-Fei Lee, kekhawatiran saya tentang pekerjaan AI-nya jadi semakin tinggi, terutama menyangkut kerjasamanya dengan United Front Work Department, Tiongkok dalam pengembangan Google AI Lab, yang terkait dengan Future Forum for Developers in Mobile Technology and Communications, sebuah organisasi yang didukung oleh pemerintah Beijing dan Asosiasi Sains dan Teknologi Tiongkok”.

Lee Fei-Fei juga anggota Komite Future Forum (Forum Ilmiah Masa Depan) Tiongkok. Forum tersebut telah menandatangani perjanjian kerjasama strategis dengan Pemerintah Distrik Chaoyang Beijing.

Pada  Januari 2018, Lee Fei-Fei dianugerahi “Penghargaan Sepuluh Tokoh Wanita Teratas” tahun 2017 oleh media resmi PKT. Penghargaan tersebut juga diberikan kepada Kepala Eksekutif Hongkong Carrie Lam dan seorang profesor asal Taiwan bernama Lu Li’an yang memilih bergabung dengan PKT. (sin)