Kematian di Kalangan Elit PKT Meningkat Saat Gelombang COVID-19 Menghantam Daratan Tiongkok

Eva Fu

Dimulai dengan demam tinggi, gejala COVID-19, yang segera mengarah pada hasil tes positif. Yang Lianghua, mantan reporter senior untuk corong resmi rezim partai komunis Tiongkok, People’s Daily, dan pemimpin redaksi edisi internasional surat kabar tersebut, kemudian harus menunggu di ruang gawat darurat untuk mendapatkan tempat tidur di rumah sakit top Beijing yang sudah penuh sesak.

Dengan intervensi dari eksekutif senior media pemerintah dan direktur rumah sakit, Yang akhirnya dirawat di unit perawatan intensif, di mana dia meninggal dunia beberapa jam kemudian. Penyebab kematiannya adalah infeksi paru-paru akibat bakteri.

Yang adalah salah satu dari daftar panjang tokoh-tokoh terkemuka yang terkait dengan Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang meninggal di tengah lonjakan Omicron yang menyapu daratan Tiongkok, setelah rezim tersebut tiba-tiba melonggarkan pembatasan COVID-19 yang kejam selama bertahun-tahun yang menutup paksa bisnis, melumpuhkan ekonomi Tiongkok, dan menjadikannya tantangan bagi penduduk Tiongkok untuk mempertahankan kehidupan dasar mereka.

Namun demikian, perubahan arah secara tiba-tiba  dilakukan tanpa penyediaan sumber daya dan kebijakan untuk membantu penduduk menangani ledakan gelombang kasus infeksi. 

Sistem kesehatan negara itu tak siap. Ketika virus menyebar ke seluruh rumah tangga, kekacauan  meletus di rumah sakit dan krematorium.  Bahkan para elit Tiongkok, yang dikenal karena  hak istimewa yang mereka nikmati, belum kebal dari cambukan.

Rincian kematian Yang dibagikan di media sosial Tiongkok, oleh seorang pengguna yang mengutip seseorang yang dekat dengan Yang. Epoch Times tak dapat memverifikasi informasi tersebut secara independen, meskipun rinciannya selaras dengan banyak laporan tentang perjuangan pasien, baik COVID maupun non-COVID, untuk mendapatkan perawatan medis yang telah membanjiri internet daratan Tiongkok selama dua minggu terakhir.

Selain Yang, mereka yang telah meninggal dunia selama beberapa minggu terakhir termasuk Zhou Zhichun, mantan wakil pemimpin redaksi dan wakil presiden untuk China Youth Daily milik negara; politisi Zhi Zhihong, yang pernah mengetuai Komite Provinsi Jiangxi dari Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Tiongkok; Aktris Opera Peking berusia 39 tahun, Chu Lanlan; ekonom Marxis Hu Jun; mantan wakil direktur Komisi Olahraga Nasional Liu Ji; perancang maskot Olimpiade Beijing 2008, Wu Guanying; serta puluhan profesor terkemuka di dua lembaga akademik paling bergengsi di Tiongkok, Universitas Peking dan Universitas Tsinghua.

Banyak lagi ahli kesehatan terkemuka juga meninggal dunia, termasuk Nan Dengkun, yang dikreditkan sebagai perintis industri rehabilitasi medis Tiongkok, dan ilmuwan farmasi terkemuka Wei Shuli.

Biografi 4 Cendekiawan dan Selebriti

Professor Wu Guanying, yang meninggal dunia pada 20 Desember di usia 67 tahun, adalah seorang profesor dari Departemen Seni & Desain Informasi di Akademi Seni dan Desain Universitas Tsinghua.  Dia terkenal sebagai salah satu perancang maskot Olimpiade Musim Panas Beijing 2008. Ia juga berpartisipasi dalam desain banyak set perangko dan koin emas dan perak dari 12 hewan zodiak Tiongkok, dan merupakan perancang perangko seri ucapan Tahun Baru.

Chen Jingliang, lahir pada  April 1946, bergabung dengan PKT pada tahun 1979, demikian menurut The Paper. Dia mulai sebagai penerjemah di China Film Group Corporation pada tahun 1970 dan merupakan mantan sekretaris PKT dari China Film Art Research Center dari tahun 1994 hingga 2006 ketika Chen pensiun. Dia adalah anggota Komite Sensor Film Tiongkok, yang diawasi oleh Administrasi Radio dan Televisi Nasional Tiongkok. Chen meninggal pada 19 Desember pada usia 76 tahun.

Fang Xuehui lahir pada Desember 1933 di Indonesia. Dia bekerja untuk kantor berita corong PKT Xinhua News Agency di Jakarta pada tahun 1950-an dan menetap di Tiongkok pada tahun 1966. Dia adalah seorang editor Cankaoxiaoxi (“Referensi Berita”), yang diterbitkan oleh Kantor Berita Xinhua, yang menerjemahkan dan menerbitkan kembali artikel-artikel oleh kantor berita asing. Dulunya hanya tersedia untuk kader PKT dan keluarga mereka.

Chu Lanlan lahir pada tahun 1983 dan meninggal dunia pada 18 Desember di usia 39 tahun. Dia bekerja dengan rombongan seni pertunjukan militer PKT untuk menciptakan nyanyian dan tarian Opera Peking. Dia tampil dalam berbagai pertunjukan yang diselenggarakan oleh TV Pusat PKT dan TV Beijing.

Jenazah terlihat menunggu untuk memasuki krematorium di Beijing pada 22 Desember 2022. (STF/AFP via Getty Images)

Laporan Resmi Meremehkan Angka Hingga Ubah Cara Hitung Kematian Akibat COVID

Meskipun ada peningkatan obituari orang-orang terkemuka yang muncul di outlet media pemerintah, hanya sedikit detail yang disebutkan tentang penyebab kematian mereka.

Rezim Tiongkok telah beralih ke buku pedomannya yang sudah usang dengan sangat mengecilkan angka infeksi COVID dan kematian dalam upaya untuk memadamkan berita yang menodai citra PKT. 

Komisi Kesehatan Nasional sejauh ini hanya menghitung beberapa kematian akibat COVID – sembilan selama rentang waktu tiga minggu. Hanya pasien yang meninggal dunia karena pneumonia dan gagal napas akibat COVID yang termasuk dalam klasifikasi ini. Mereka yang memiliki penyakit bawaan seperti  kardiovaskular atau serebrovaskular dan serangan jantung tak masuk dalam hitungan.

Tetapi laporan di lapangan menyajikan gambaran yang jauh lebih mengerikan.

Seorang pria memegang karangan bunga di sebuah krematorium di Beijing pada 22 Desember 2022. (STF/AFP via Getty Images)

Rumah duka di seluruh negeri beroperasi sepanjang waktu untuk mengkremasi jenazah,  otoritas kesehatan mendorong petugas medis yang pensiun selama lima tahun terakhir untuk bergabung kembali dengan tenaga kerja untuk mengurangi kekurangan staf. Banyak staf medis yang bertugas sakit karena COVID. 

Seorang ahli bedah rumah sakit top Beijing mengatakan kepada media Tiongkok bahwa sekitar 70 persen petugas kesehatan di unitnya sakit, termasuk dirinya sendiri, tetapi dia harus tetap bekerja.

Perusahaan riset kesehatan yang berbasis di London, Airfinity, memperkirakan bahwa lebih dari 5.000 orang kemungkinan meninggal dunia setiap hari akibat COVID-19, berdasarkan pemodelan dari data regional Tiongkok.

Penghitungan resmi dari Tiongkok terbukti menjadi panduan yang tak dapat diandalkan sehingga bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebuah badan yang biasanya menahan diri untuk tidak secara langsung mengkritik rezim tersebut karena kurangnya transparansi selama pandemi, menyampaikan keraguannya.

“Di Tiongkok, apa yang dilaporkan adalah jumlah kasus yang relatif rendah di ICU, tetapi secara anekdot ICU terisi penuh,” kata Direktur Program Kedaruratan Kesehatan WHO Mike Ryan kepada wartawan pada 21 Desember.

Anggota keluarga mengikuti guci berisi abu orang yang dicintai di krematorium di Beijing pada 22 Desember 2022. (STF/AFP via Getty Images)

“Saya tidak ingin mengatakan bahwa Tiongkok secara aktif tidak memberitahu kami apa yang sedang terjadi. Saya pikir mereka berada di belakang kurva,” tambahnya.

Pembalasan

Heng He, seorang analis urusan Tiongkok, memandang elemen metafisik di balik tsunami COVID saat ini. Sementara jumlah korban sebenarnya dari wabah ini tak diketahui, jumlah elit Tiongkok yang terkena dampaknya cukup menonjol.

Banyak dari mereka telah menjadi pemain inti dalam struktur kekuasaan rezim dan berkomitmen untuk menjadi propagandis yang membakar citra PKT.

“Mungkin Anda pikir itu bukan masalah besar, tetapi PKT adalah sindikat kejahatan,” ungkapnya kepada The Epoch Times, menambahkan bahwa peningkatan kasus baru-baru ini seharusnya membuat orang-orang mempertimbangkan kembali hubungan mereka dengan rezim PKT. Mengikat hidup seseorang dengan nasib Partai tidak akan membawa kebaikan bagi Anda.”

Kata-kata mutiara “Kamu menuai apa yang kamu tabur”, telah berakar dalam pikiran orang-orang Tiongkok sejak jaman dahulu.

“Kepercayaan populer di Tiongkok adalah bahwa perbuatan baik akan bertemu dengan hasil yang baik dan sebaliknya, dan  Anda bisa melihat pembalasan dalam masa hidup seseorang,” kata Heng.

“Itulah sebabnya mengapa orang-orang Tiongkok selalu memperingatkan agar tidak membantu siapa pun dalam tindakan yang salah – terutama penganiayaan terhadap keyakinan.”

Heng menunjuk pada kampanye penindasan brutal rezim yang menargetkan Falun Gong dan kepercayaan lainnya.

“Dalam arti tertentu, orang mungkin menganggap ini sebagai pembalasan karma,” katanya.

Konsep itu diilustrasikan dalam artikel Maret 2020 oleh Mr Li Hongzhi, founder disiplin latihan spiritual Falun Gong.

“Tetapi saat ini wabah “virus PKT” (pneumonia Wuhan) kedatangannya adalah dengan maksud – dengan tujuan. Ia adalah datang untuk menyingkirkan partikel partai jahat – orang yang berjalan bersama partai jahat PKT,” tulis Li. 

“Jika tidak percaya kalian coba lihatlah, saat ini negara-negara yang paling parah, semuanya adalah yang dekat dengan partai jahat, begitu juga dengan manusia. Jadi harus bagaimana? Menjauhlah dari partai jahat PKT, jangan berdiri di pihak partai jahat.”

Para Elit yang Tak Berdaya

Eselon atas PKT, yang sebagian besar telah melindungi diri mereka sendiri dari efek merusak dari lockdown selama beberapa tahun terakhir, telah mendapati diri mereka secara tiba-tiba rentan dalam gelombang terbaru.

Sebuah akun di situs microblogging Tiongkok, Weibo, yang telah diidentifikasi sebagai milik istri Zhao Lijian, juru bicara kementerian luar negeri yang terkenal karena retorika hawkish dan menyebarkan disinformasi virus-termasuk kebohongan bahwa virus dibawa ke Wuhan oleh Angkatan Darat AS, baru-baru ini mengeluh bahwa dia belum dapat mengamankan obat antivirus, obat anti-inflamasi, atau obat flu.

“Berapa hari Anda akan demam sampai Anda sembuh?” tulisnya, tanpa mengidentifikasi siapa yang dia maksud, menurut tangkapan layar dari postingan yang dihapus. “Ke mana perginya semua obat ini?”

Dia kemudian menambahkan bahwa mereka menggunakan es loli untuk menurunkan suhu tubuh.

Pekerja dengan alat pelindung menangani peti mati dan kotak peti mati di Dongjiao Funeral Parlour, dilaporkan ditunjuk untuk menangani kematian akibat Covid, di Beijing, Tiongkok, pada 19 Desember 2022. (Bloomberg)

Ekonom nasionalis Hu Angang, direktur Pusat Studi Tiongkok, yang menasihati kepemimpinan komunis, baru-baru ini kehilangan ayah mertuanya karena pneumonia yang disebabkan oleh COVID-19. Keluarga tak dapat menghubungi pihak medis. Keluarga tak dapat menghubungi hotline medis selama satu jam, dan kemudian harus menunggu berjam-jam untuk ambulans, menurut sebuah unggahan yang dikutip secara luas dari Mei Xinyu, seorang analis senior di Institut Perdagangan Internasional dan Kerja Sama Ekonomi di Kementerian Perdagangan Tiongkok.

Petugas kesehatan memindahkan pasien COVID-19 dengan tandu di bangsal darurat Rumah Sakit Afiliasi Pertama Universitas Kedokteran Chongqing di Chongqing, Tiongkok, pada 22 Desember 2022. (Noel Celis/AFP via Getty Images)

“Pria tua itu adalah anggota Partai senior yang telah menerima medali dari negara, tetapi hanya bisa menunggu kremasi di kamar mayat rumah sakit,” tulis Mei pada 21 Desember, menambahkan bahwa Rumah Duka Babaoshan Beijing, tempat jenazahnya akan dikirim, mengkremasi sekitar 200 hingga 300 jenazah setiap hari. “Tak ada tempat hari ini.” (asr)