Situasi Epidemi di Shanghai Parah, Staf Hotel yang Positif COVID-19 Tetap Wajib Masuk Kerja

oleh Li Xi

Kebijakan anti-epidemi yang ketat tiba-tiba dilonggarkan dengan tanpa persiapan sebelumnya pada pertengahan bulan Desember telah menyebabkan infeksi massal. Menurut ungkapan seorang warga Shanghai, bahwa semua karyawan dari 2 hotel di Shanghai yang positif terinfeksi, termasuk karyawan restoran dalam penginapan tetap diwajibkan untuk masuk kerja seperti biasa. 

Huanhuan, seorang warga Shanghai mengatakan kepada reporter Epoch Times pada 20 Desember, bahwa seorang temannya yang bekerja di “Seven Days Inn” dekat stasiun kereta bawah tanah Jalan Jiangning di Distrik Jing’an, Shanghai. “Teman saya pernah positif terinfeksi pada bulan April tahun ini. Tetapi pada gelombang epidemi kali ini ia tidak terinfeksi, meskipun semua karyawan lainnya positif. Karena “Seven Days Inn” tetap buka, jadi karyawan yang demam pun masuk bekerja seperti biasa”.

“Seven Days Inn” di Jiangning Road dekat stasiun kereta bawah tanah itu memiliki lebih dari 100 kamar tamu yang nyaris penuh terisi, dan ada lebih dari 20 orang karyawan yang bekerja di sana.

Ketika reporter Epoch Times menghubungi “Seven Days Inn” tersebut melalui sambungan telepon, tetapi tidak ada yang menjawab telepon.

Reporter dari Epoch Times kemudian menelepon Xiao Mei, teman Huanhuan, terdengar suara tut, tut, tut, tut… sepertinya ia masih sedang berbicara di telepon.

Selain itu, menurut Ms. Ma, seorang penghuni lama di penginapan tersebut yang terletak di Xizang South Road, Distrik Huangpu, Shanghai, ia mengatakan kepada reporter Epoch Times bahwa pada semua karyawan yang bekerja di penginapan tersebut terdeteksi positif COVID-19, tetapi mereka yang gejalanya ringan, termasuk karyawan yang bertugas di restoran dalam penginapan tetap bekerja seperti biasa”.

Ms. Ma mengatakan : “Di waktu sebelum, untuk menginap di hotel, Anda harus menunjukkan hasil tes asam nukleat negatif dalam 24 jam. Setelah penguncian dicabut, tidak perlu pembuktian itu lagi. Banyak orang yang terinfeksi menyewa kamar hotel karena tidak ingin menulari anggota keluarganya. Sekarang banyak seperti itu. Bahkan tamu hotel pun tidak mengaku dirinya positif terinfeksi, tetapi karyawan hotel akhirnya tahu juga karena banyak dari tamu hotel itu memiliki gejala. Tentu saja karyawan banyak yang tertular”.

Ketika reporter Epoch Times menelepon “Seasons Hotel” di Xintiandi Xizang South Road, tetapi tidak ada yang mengangkat telepon.

Mr. Yu, seorang warga Shanghai mengatakan kepada reporter Epoch Times pada 20 Desember : “Wabah di Shanghai sangat serius. Sebagian besar teman saya positif, dan sebagian besar dari mereka mengalami gejala yang relatif serius. Dari nyeri tubuh, nyeri punggung, sakit perut, sakit kepala, sakit tenggorokan, demam, sampai badan merasa sangat tidak nyaman. Tetapi mereka yang merasa tidak nyaman itu, semua telah menerima vaksinasi dosis ketiga”.

Mr.Yu juga berkata : “Beberapa satpam dan pengasuh anak yang tinggal di asrama mengalami infeksi massal. Mereka hanya berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan makanan yang terbatas. Ada dari mereka ini meminta dokter tanpa izin untuk datang memberikan injeksi obat (cairan) yang biasanya dibayar RMB. 80,- tetapi sekarang naik menjadi RMB. 130,- . Para pekerja migrasi ini biasa menggunakan jasa dokter tanpa lisensi ini untuk memberikan suntikan saat ada gangguan kesehatan, karena biayanya lebih murah daripada ke dokter rumah sakit.”

Situasi epidemi di Shanghai sangat serius, warga antrian panjang di klinik demam rumah sakit untuk menunggu perawatan. (foto dari narasumber, digabungkan Epoch Times)

Mr. Yu juga mengambil gambar suasana di klinik demam dengan antrean orang yang menanti giliran perawatan. Barisannya panjang sampai ke pinggir jalan umum. “Akhir-akhir ini hampir tidak ada pasien klinik rawat jalan di rumah sakit, dokter jaganya juga sedikit. Tetapi antrean panjang di unit gawat darurat untuk pasien demam, dan satu pasien hanya memperoleh 5 butir obat flu”.

Kebijakan pencegahan dan pengendalian epidemi Tiongkok telah mengalami pembalikan besar akibat otoritas kurang menyediakan langkah-langkah pendukung. Ada laporan yang menunjukkan terjadinya pembelian obat-obatan secara panik di beberapa tempat, dan jadwal tunggu untuk kremasi belakangan ini bisa sampai lebih dari sebulan. Masyarakat tentu gelisah dengan situasi seperti ini. Beberapa netizen mengeluh : “Siapa sebenarnya orang yang berada di belakang layar yang menginstruksikan model pencegahan epidemi yang dibubarkan seketika ?” (sin)