Antrean Panjang Hingga Biaya Kremasi Lebih Tinggi di Tiongkok di Tengah Ledakan COVID Terbaru

Sophia Lam – The Epoch Times

Krematorium di seluruh daratan Tiongkok kewalahan karena negara itu mengalami peningkatan pandemi setelah pelonggaran aturan nol-COVID.

Di Shenyang, di Provinsi Liaoning timur laut Tiongkok, penduduk setempat mengatakan bahwa kematian melesat sejak pemerintah memutuskan untuk mencabut lockdown dan tes PCR wajib. Namun demikian, sulit untuk mengkonfirmasi bahwa kematian tersebut disebabkan oleh COVID-19 karena angka resmi tak mencerminkan antrean panjang di krematorium.  Jumlah kematian versi resmi yang dilaporkan di provinsi tersebut sejak gelombang wabah terbaru hanya disebutkan dua kematian.

Video : Jenazah Berjejer di Koridor Rumah Sakit

Sebuah klip video berdurasi 28 detik yang diunggah di media sosial menunjukkan sembilan jenazah ditumpuk di sebuah rumah sakit di Shenyang.

Sebuah klip video berdurasi 28 detik yang diposting di media sosial menunjukkan sembilan jenazah yang ditumpuk di sebuah rumah sakit di Shenyang.

Dalam rekaman tertanggal 18 Desember, seorang pria terdengar berkata: ” Ketua, mereka meninggal tadi malam dan masih menunggu kendaraan untuk membawa mereka ke krematorium.” Dia menghitung tiga jenazah di sebuah ruangan dan enam di koridor rumah sakit.

Pria dalam video tersebut tak menyebutkan nama rumah sakit, dan The Epoch Times tak dapat secara independen memverifikasi keaslian rekaman atau apakah pasien yang sedang dibahas telah meninggal dunia karena COVID-19.

Menurut salah satu penduduk, skenario ini terjadi di beberapa rumah sakit di Shenyang, ibu kota Provinsi Liaoning. 

“Banyak pasien meninggal dunia di unit gawat darurat di beberapa rumah sakit di Shenyang,” kata seorang pemilik perusahaan layanan pemakaman, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, kepada The Epoch Times edisi bahasa Mandarin pada 19 Desember.

“Saya kerap ke unit gawat darurat untuk mengambil orang meninggal,” katanya.

“Terlalu banyak kematian; tak ada cara untuk mengambil semua jenazah tepat waktu karena semua rumah sakit seperti itu,” tambah pemiliknya.

Dua sampai Tiga Hari Menunggu untuk Layanan Pemakaman dan Kremasi

Pemilik perusahaan layanan pemakaman lain di Shenyang mengatakan kepada The Epoch Times pada 19 Desember bahwa ada banyak kematian di Unit gawat darurat rumah sakit setempat, dengan penantian panjang untuk jenazah yang akan dibawa pergi.

“Tak ada cukup kabin penyimpanan dingin di rumah sakit-rumah sakit di Shenyang,” kata pemiliknya, yang juga meminta untuk tidak disebutkan namanya. “Keluarga memilih untuk membawa jenazah-jenazah itu ke kota lain atau menyimpannya di rumah. Mereka harus menunggu setidaknya dua hari untuk kremasi jika mereka menyimpan jenazah di rumah di Shenyang.”

Seorang staf layanan pemakaman Shenyang mengatakan kepada The Epoch Times dalam sebuah wawancara telepon pada 19 Desember bahwa dibutuhkan waktu tiga hingga lima jam  mengatur mobil jenazah untuk membawa jenazah dari kamar mayat rumah sakit ke krematorium, di mana ia harus menunggu tiga hari tambahan dalam antrean untuk kremasi. Dia menolak menyebutkan namanya.

“Kami mengenakan biaya 1.500 yuan untuk layanan [pemesanan] satu atap, termasuk antrean untuk mobil jenazah dan kremasi. Orang-orang beruntung bisa memesan tempat dalam antrean, apalagi mengatur kremasi,” kata staf tersebut.

Sebuah klip video yang diperoleh The Epoch Times menunjukkan antrean panjang mobil jenazah di luar krematorium di Shenyang.

The Epoch Times tak dapat memverifikasi keaslian rekaman tersebut.

Seorang staf di rumah duka lainnya di Shenyang mengatakan kepada The Epoch Times bahwa krematorium di kota itu beroperasi sepanjang waktu. Sedangkan waktu tunggu untuk kremasi setidaknya dua hari.

Dimungkinkan pergi ke tempat lain untuk kremasi, tetapi biayanya lebih mahal. “Jika klien memutuskan untuk mengkremasi mayat di Kabupaten Faku [sekitar 70 mil di utara Shenyang], maka itu lebih cepat tetapi lebih mahal. Total biaya akan hampir 10.000 yuan [$ 1.432] karena kita perlu membayar 5.000 yuan [sekitar $ 716] ke krematorium di Faku,” kata staf tersebut, menambahkan bahwa sisa-sisa kremasi harus disimpan di Faku dan tidak dapat dibawa ke Shenyang.

Seorang staf di sebuah perusahaan layanan pemakaman di Distrik Huanggu Shenyang mengatakan kepada The Epoch Times bahwa karena banyaknya kematian baru-baru ini, krematorium tak dapat menerima panggilan langsung dari keluarga mendiang.

“Keluarga mendiang harus membuat janji kremasi melalui perusahaan layanan pemakaman,” kata staf tersebut, “Kami membantu mereka membuat janji dengan krematorium, dan waktu tunggunya adalah dua sampai tiga hari.” Dia tidak memberikan harga untuk layanan tersebut.

Seorang penduduk dengan nama anonim mengatakan kepada The Epoch Times bahwa COVID-19 merajalela di kota. “Kami tidak bisa mendapatkan obat-obatan [untuk COVID] dan ada antrian panjang di rumah sakit, kami semua panik,” kata warga tersebut. 

Butuh Ambulans? Antre

The Epoch Times menghubungi nomor darurat lokal Shenyang. Staf yang menjawab panggilan tersebut mengatakan bahwa pasien perlu mengantre untuk mendapatkan ambulans. 

“Kami tidak tahu berapa lama Anda harus menunggu ambulans. Jika mendesak, Anda sebaiknya mendapatkan kendaraan sendiri dan mengirim pasien ke rumah sakit. Jika tidak, Anda dapat mendaftar pada kami dan kemudian menunggu dalam antrean,” kata staf tersebut kepada The Epoch Times.

Menurut sebuah artikel oleh Agence France-Presse (AFP), seorang staf di sebuah perusahaan layanan pemakaman di Shenyang mengatakan jenazah dibiarkan tidak dikuburkan hingga lima hari karena krematorium “benar-benar penuh.”

Ditanya apakah menunggu dalam waktu lama disebabkan oleh COVID-19, anggota staf itu menjawab: “Bagaimana menurut Anda? Saya tidak pernah tahu tahun seperti ini,” lapor AFP pada 20 Desember.

Pemerintah provinsi Liaoning mencatat total 3082 kasus COVID-19 dan dua kematian pada 17 Desember.

Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok hanya melaporkan tiga kasus COVID-19 di Provinsi Liaoning pada 20 Desember. Komisi tersebut melaporkan tidak ada kematian terbaru untuk hari itu di negara tersebut. (asr)

Xiao Lusheng, Zhao Fenghua, dan Hong Ning berkontribusi pada laporan ini.