Pejabat Senior WHO Menyebutkan Tiongkok ‘Kurang Melaporkan’ Kematian Akibat COVID-19

Mimi Nguyen Ly

Seorang pejabat senior Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan rezim Tiongkok kurang melaporkan kematian dan rawat inap akibat COVID-19 di negara itu.

“Kami percaya bahwa angka-angka saat ini yang diterbitkan dari Tiongkok kurang mewakili dampak sebenarnya dari penyakit ini dalam hal penerimaan rumah sakit, dalam hal penerimaan ICU, terutama dalam hal kematian,” Mike Ryan, direktur keadaan darurat WHO, mengatakan kepada wartawan pada briefing media 4 Januari.

“Dan kami ingin melihat lebih banyak data secara geografis di seluruh Tiongkok.”

Pada akhir Desember 2022, Partai Komunis Tiongkok (PKT) mempersempit definisinya untuk mengklasifikasikan kematian yang disebabkan oleh COVID-19 dengan hanya menghitung kematian yang melibatkan pneumonia atau gagal napas yang dipicu oleh COVID-19, sehingga mengejutkan beberapa pakar kesehatan dunia.

PKT telah melaporkan kematian COVID-19 harian dalam angka satu digit.

“Kami masih belum memiliki data yang lengkap,” kata Ryan.

Ryan mengatakan WHO menganggap definisi rezim Tiongkok tentang kematian yang disebabkan oleh COVID-19 sebagai “sangat sempit.” Dia mendesak definisi yang lebih luas untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang dampak COVID-19 di Tiongkok.

Panduan WHO  menetapkan bahwa kematian harus dikaitkan dengan COVID-19 jika diakibatkan oleh “penyakit yang kompatibel secara klinis, dalam kasus COVID-19 yang mungkin atau terkonfirmasi, kecuali jika ada penyebab alternatif kematian yang jelas yang tidak dapat dikaitkan dengan penyakit COVID (misalnya trauma).”

Panduan ini juga menyatakan bahwa kematian akibat COVID-19 “tidak dapat dikaitkan dengan penyakit lain,” seperti kanker, dan harus dihitung sebagai kematian akibat COVID-19, bahkan jika ada kecurigaan bahwa kondisi medis yang sudah ada sebelumnya mungkin telah memicu perjalanan COVID-19 yang parah.

Lembaga Inggris Memperkirakan Jumlah Kematian di Tiongkok Jauh Lebih Tinggi

Dalam gambaran yang sangat berbeda dengan yang diberikan oleh PKT, firma data kesehatan yang berbasis di Inggris, Airfinity pada 29 Desember 2022, memperkirakan bahwa sekitar 9.000 orang meninggal akibat COVID-19 di Tiongkok setiap hari pada Desember 2022 dan bahwa kematian dapat mencapai puncaknya pada 25.000 orang sehari pada  Januari.

Bocoran risalah dari pertemuan badan kesehatan tertinggi Tiongkok yang dikonfirmasi oleh beberapa outlet berita menunjukkan bahwa sebanyak 248 juta orang terinfeksi dalam 20 hari pertama bulan Desember 2022, dan bahwa virus tersebut telah menginfeksi lebih dari setengah penduduk di Beijing dan Provinsi Sichuan.

Meskipun ada berita yang menunjukkan kasus COVID-19 dan kematian terkait telah meningkat di Tiongkok, PKT mengumumkan pada akhir Desember 2022 bahwa mereka akan membuka kembali perbatasannya pada 8 Januari.

Sebelumnya pada Desember 2022, PKT tiba-tiba membatalkan kebijakan tanpa-COVID yang kejam, yang telah berlaku selama hampir tiga tahun, di tengah protes yang meluas terhadap rezim komunis.

Menyusul pergeseran kebijakan yang tiba-tiba, kasus COVID-19 telah meningkat di seluruh negara berpenduduk 1,4 miliar orang itu.

WHO : Ilmuwan Tiongkok Berbagi Data yang Mengklaim Tidak Ada Varian Baru

Pada 3 Januari, Kelompok Penasehat Teknis WHO tentang Evolusi Virus dan ilmuwan top Tiongkok mengadakan pertemuan tertutup. Para ilmuwan dari Pusat Pengendalian Penyakit Tiongkok mempresentasikan data yang menunjukkan bahwa strain dominan yang saat ini beredar adalah subvarian Omicron BA.5.2 dan BF.7, yang bersama-sama menyumbang 97,5 persen dari semua infeksi lokal, demikian pernyataan WHO.

“Tidak ada varian baru atau mutasi yang diketahui signifikansinya  tercatat dalam data urutan yang tersedia untuk umum,” kata kelompok penasihat WHO tentang data yang mereka terima dari para ilmuwan Tiongkok.

WHO sejak itu meminta para ilmuwan Tiongkok untuk menyajikan data terperinci tentang pengurutan virus untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik tentang rawat inap, kematian, dan vaksinasi. (asr)