Lebih dari 100.000 Orang Kehilangan Pekerjaan! PHK Besar-besaran pada Industri Teknologi, Ada Apa?

The Epoch Times

Dari tahun lalu hingga sekarang, gelombang PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) perusahaan teknologi Amerika tidak pernah berhenti, semisal Amazon, Microsoft, perusahaan induk Google Alphabet, Paypal dan perusahaan teknologi besar lainnya berturut-turut mengalami gelombang PHK besar-besaran. Maka, kenapa raksasa teknologi ini satu per satu mem-PHK karyawan mereka? Apa dampaknya terhadap ekonomi AS? Apakah ini menandakan bahwa ekonomi AS bakal menurun? Di saat yang sama, total pendapatan operator Internet Tiongkok pada 2022 lalu juga muncul penurunan untuk pertama kalinya sejak 2017, ini apakah artinya? 

Perusahaan teknologi besar berturut-turut mengalami gelombang PHK

Pada 4 Januari lalu, CEO Amazon Andy Jassy menyatakan bahwa perusahaan tersebut akan memberhentikan 18.000 karyawan di seluruh dunia, skala PHK-nya semakin diperluas dari 10.000 yang diumumkan pada November tahun lalu, ini juga menjadi sebuah gelombang PHK terbesar di industri teknologi. 

Salesforce, perusahaan besar perangkat lunak cloud AS, juga mengatakan pada hari yang sama bahwa mereka berencana memberhentikan lebih dari 7.000 karyawan, sekitar 10% dari total karyawannya. Ini merupakan PHK pertama dalam 23 tahun sejak berdirinya perusahaan ini.

Pada 18 Januari, Microsoft mengumumkan PHK terbesar selama delapan tahun lebih ini, dan akan memberhentikan 10.000 orang pada akhir Maret mendatang. Padahal Microsoft telah melakukan lebih dari satu putaran PHK pada tahun lalu, namun tidak mengumumkan berapa banyak orang yang telah dipecat.

Pada 20 Januari, Alphabet, perusahaan induk Google, juga menyatakan, akan memberhentikan sekitar 12.000 karyawan, jumlah itu diperkirakan sebanyak 6,4% dari total karyawan.

Memasuki 1 Februari, PayPal, sebuah perusahaan layanan pembayaran online, juga mengumumkan akan memberhentikan 2.000 orang, ini setara dengan sekitar 7% dari total tenaga kerja global dari perusahaan ini, dan menjadi perusahaan teknologi berskala besar terbaru yang mengumumkan PHK tahun ini.

Kenyataannya, gelombang PHK perusahaan teknologi besar ini sudah dimulai sejak tahun lalu.

Perusahaan induk Facebook, Meta, adalah salah satu raksasa teknologi pertama yang memberhentikan pekerja. Pada 9 November tahun lalu, Meta mengumumkan akan merumahkan 11.000 orang, atau hampir 13% dari total tenaga kerjanya. Ini juga merupakan PHK berskala besar pertama perusahaan ini.

Menurut statistik terbaru dari platform penelitian TrueUp, perusahaan teknologi besar, unicorn dan startup secara total telah memecat lebih dari 240.000 karyawan pada tahun lalu. Hingga per 6 Februari tahun ini, sudah ada 379 perusahaan teknologi melakukan pemecatan karyawan, yang berdampak pada 113.000 orang lebih, jumlah ini setara dengan 3.000 lebih karyawan yang terpaksa dikeluarkan setiap harinya.

Selain itu, “Wall Street Journal” juga mengutip data dari platform survey layoffs.fyi, diketahui bahwa sejak awal 2022, lebih dari 1.000 perusahaan teknologi di Amerika Serikat telah memberhentikan lebih dari 150.000 karyawan secara total, yaitu 10 kali lipat dari tahun sebelumnya, termasuk lebih dari 60.000 pos pekerjaan hilang setelah pertengahan November 2022.

Akan dideportasi setelah 60 hari kehilangan pekerjaan?

Tidak diragukan lagi, PHK mendadak sangat menyakitkan bagi individu dan keluarga yang terkena dampak.

Seorang karyawan Google mengatakan di Internet bahwa ketika ia membuatkan susu untuk anaknya pada jam 2 tengah malam, ia menerima email, dan baru kemudian ia mengetahui bahwa dia telah dipecat, ia merasakan dirinya adalah “korban”; ada juga insinyur senior sudah 20 tahun mengabdi yang juga hanya menerima notifikasi email, bahkan tidak ada kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal kepada semua rekan kerjanya.

Namun, bagi banyak pemegang visa H-1B, dipecat tidak hanya berarti tidak ada pekerjaan dan penghasilan, tetapi juga berkonsekuensi lebih serius. Menurut peraturan visa Amerika Serikat, jika pemegang visa H-1B yang diberhentikan tidak dapat memperoleh pekerjaan baru yang serupa dengan pekerjaan aslinya atau jenis visa lain dalam waktu 60 hari, dia akan menghadapi keadaan serba sulit karena akan dideportasi kembali ke negara asalnya. Meskipun banyak diantara mereka telah bekerja di Amerika Serikat selama beberapa tahun, memiliki keluarga sendiri dan anak-anak mereka dilahirkan dan bersekolah di Amerika Serikat.

Akan tetapi, hal yang membuat orang terhibur adalah bahwa menurut Wall Street Journal, banyak dari mereka yang di-PHK dapat menemukan pekerjaan lagi dengan cepat.

Menurut survei oleh ZipRecruiter, dari sekitar 79% karyawan yang baru direkrut, mereka memperoleh pekerjaan baru dalam waktu 3 bulan setelah dipecat; ada sekitar 40% hanya menghabiskan waktu kurang dari satu bulan sudah menemukan pekerjaan baru. Karena mereka tetap merupakan karyawan yang paling dicari, dengan keterampilan yang paling dibutuhkan, demikian kata kepala ekonom ZipRecruiter.

Apakah penyebab gelombang PHK?

Lantas, mengapa perusahaan teknologi besar satu demi satu merumahkan karyawannya? Kami melihat selain ada pengaruh lingkungan eksternal juga terdapat kesalahan pengambilan keputusan internal.

Dari perspektif lingkungan eksternal, situasi ekonomi yang buruk, kenaikan harga energi, dan apresiasi tajam dolar AS adalah alasan eksternal yang menyebabkan PHK besar-besaran.

Misalnya, Intel pernah menyatakan bahwa mereka menurunkan prospek penjualan setahun penuh karena biaya energi yang tinggi dan guncangan ekonomi Eropa yang disebabkan oleh konflik Rusia-Ukraina. Secara terpisah, Alphabet, perusahaan induk Google dan Microsoft Corp. kedua perusahaan ini pernah menyatakan bahwa nilai dolar AS yang menguat telah menyebabkan pendapatan yang lebih rendah.

Sejak Maret tahun lalu, demi mengekang inflasi, Federal Reserve System (The Fed) telah menaikkan suku bunga dana federal delapan kali berturut-turut, menaikkan suku bunga dari 0 – 0,25% menjadi 4,25 hingga 4,5 poin persentase, mencapai titik tertinggi dalam 15 tahun, ini memiliki efek peredam yang nyata pada aktivitas ekonomi.

Dari perspektif pengambilan keputusan internal, PHK besar-besaran terjadi karena perusahaan teknologi tinggi telah salah menilai prospek pengembangan industri dan melakukan ekspansi berlebihan selama pandemi.

Statistik menunjukkan bahwa selama pandemi, jumlah karyawan Meta, perusahaan induk Facebook, telah meningkat dua kali lipat menjadi 87.000 karyawan. Amazon tumbuh lebih cepat dan skalanya juga telah naik dua kali lipat. Pada akhir 2019, Amazon memiliki 800.000 karyawan full time atau paruh waktu, tiba pada akhir 2021, jumlahnya meningkat menjadi 1,6 juta personil.

Dalam sebuah surat kepada karyawan yang diberhentikan, CEO Meta Zuckerberg mengakui bahwa ia terlalu optimis tentang prospek pertumbuhan perusahaan sehingga menyebabkan kelebihan tenaga kerja.

Hal ini juga menimpa Twitter, setelah PHK massal yang dilakukan oleh Elon Musk, mantan CEO Twitter Jack Dorsey juga menyatakan di Twitter bahwa ia bertanggung jawab atas situasi karyawan Twitter karena telah memperluas skala perusahaan dengan terlalu cepat.

Sebaliknya, Apple jauh lebih konservatif dalam hal rekrutmen, dan selama pandemi, jumlah karyawannya hanya bertambah sekitar 20%. Apalagi, Apple juga tidak seperti perusahaan Silicon Valley lainnya, yang memberikan tunjangan karyawan seperti makan siang gratis dan lain-lain. Cook, CEO Apple juga secara sukarela memotong gajinya sendiri lebih dari 40% per tahun ini. Cook juga menyebutkan bahwa perusahaan sedang mengelola biaya dengan sangat ketat, ia menilai PHK sebagai upaya terakhir.

Namun, Apple baru saja mengumumkan penurunan pendapatan kuartal pertamanya dalam hampir empat tahun ini, lantaran Produsen peralatan asli (Original Equipment Manufacturer atau disingkat OEM) mereka, di Kota Zhengzhou, Tiongkok, terpaksa ditutup karena kebijakan Zero-COVID, yang berdampak serius pada pasokan dan pengiriman iPhone kelas atas.

Sinyal Resesi Ekonomi AS?

Saat ini, PHK besar-besaran di industri teknologi telah menarik perhatian dari semua lapisan masyarakat. Maka, akankah kesulitan industri teknologi ini dengan cepat menyebar ke bidang ekonomi AS yang lebih luas?

Dalam hal ini, banyak ekonom bersikap menyangkalnya.

Menurut Olu Sonola, kepala ekonomi regional AS di Fitch, sebuah lembaga pemeringkat kredit internasional, lowongan pekerjaan pada industri teknologi telah meningkat sekitar 8% dibandingkan dengan sebelum pandemi, tetapi total populasi pekerja, kebetulan telah turun ke tingkat sebelum pandemi, hal ini menunjukkan bahwa industri teknologi telah mempekerjakan sekitar 200.000 hingga 300.000 pekerja pada 2021-2022.

Selain itu, ada sekitar 5 juta pekerja di industri teknologi, hanya 2% dari tenaga kerja AS, dan dampaknya terhadap pasar tenaga kerja jauh lebih kecil daripada pekerja industri manufaktur yang menduduki 8% dari tenaga kerja AS, dan 10% dari industri ritel, atau 11% dari industri perawatan kesehatan, jadi dilihat dari ekonomi AS secara keseluruhan, belum muncul PHK secara besar-besaran.

Para ekonom percaya bahwa apakah ada PHK besar-besaran di industri manufaktur akan menjadi sinyal resesi, namun sejauh ini, lapangan kerja di bidang konstruksi dan real estate tetap kuat, dan pasar kerja di AS masih tetap ketat.

Data terbaru yang dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS pada 3 Februari lalu menunjukkan bahwa data ketenagakerjaan AS pada Januari di luar dugaan kuat adanya, jumlah lapangan kerja non-pertanian pada Januari telah meningkat sebesar 517.000 orang, peningkatan terbesar sejak Juli 2022 lalu, hampir tiga kali lipat dari ekspektasi pasar dengan nilai 187.000; angka pengangguran terus menurun dari 3,5% pada Desember tahun lalu menjadi 3,4%, level terendah dalam 53 tahun.

Maka dari itu, ada ekonom yang percaya bahwa meskipun AS secara resmi memasuki resesi, itu juga akan menjadi semacam resesi yang berbeda, karena angka pengangguran rendah, kondisi konsumen secara umum dalam keadaan baik dan pendapatan mereka sedang meningkat.

Industri Internet Tiongkok menyusut untuk pertama kalinya

Di saat yang sama, operator Internet Tiongkok juga sedang menghadapi resesi, total pendapatan tahun lalu tidak sebaik 2021, ini adalah penurunan pertama sejak statistik dirilis pada 2017.

“South China Morning Post” Hong Kong melaporkan pada 4 Februari bahwa menurut data terbaru yang dirilis oleh Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi RRT, data operator Internet dengan pendapatan tahunan melebihi RMB 20 juta ( …..rupiah, kurs per 13/02) menunjukkan bahwa pada 2022, total pendapatan Industri internet Tiongkok adalah 1,46 Triliun Yuan, menyusut 1,1% dari tahun sebelumnya, yang tampaknya tidak banyak penurunan, tetapi ini sangat kontras dengan pertumbuhan dua digit dalam enam tahun sebelumnya. 

Diantaranya, pendapatan Alibaba Group pada kuartal ketiga 2022 meningkat sebesar 3%; sedangkan pendapatan Tencent menyusut sebesar 2%, ini adalah kedua kalinya Tencent melaporkan penurunan pendapatan kuartal sejak listing pada 2004. Data juga menunjukkan bahwa layanan Internet seperti online car-hailing, pariwisata, keuangan dan sewa rumah adalah yang paling terpukul, dengan penurunan year-on-year mencapai 17,5%.

Laporan menyebutkan, meskipun perlambatan pendapatan untuk perusahaan internet Tiongkok telah diprediksi, tetapi penurunan industri secara keseluruhan menggarisbawahi seberapa cepat skenario “pertumbuhan tinggi” untuk sektor internet Tiongkok berakhir, kata laporan itu.

Selain itu, perusahaan Internet Tiongkok juga tengah merumahkan para karyawannya, akan tetapi, tidak seperti perusahaan teknologi Amerika, PHK di industri Internet Tiongkok disebabkan pukulan telak oleh kebijakan Zero-COVID dan peraturan industri dari Partai Komunis Tiongkok, sehingga telah melemahkan momentum perkembangan raksasa internet seperti Alibaba dan Tencent. 

Melihat ke masa depan, perusahaan Internet Tiongkok, di satu sisi, tidak memiliki lagi dukungan finansial, di sisi lain, mereka tunduk pada pengawasan ketat dan perubahan kebijakan sangat mendadak dari pemerintah RRT, ditambah lagi dengan bonus populasi yang menghilang dengan percepatan, kombinasi dari faktor-faktor ini yang lebih membuat orang khawatir akan merusak prospek masa depan. Jika PHK perusahaan teknologi AS mungkin bersifat fenomena sementara dan berdampak terbatas pada ekonomi AS, maka, penyusutan industri teknologi Internet Tiongkok mungkin akan lebih bersifat permanen. (Lin/Whs)