Ingatan Tentang Kehidupan Muncul di Depan Mata Saat Meninggal Dunia? Studi: Pola Gelombang Tertentu Terekam dalam Otak Orang yang Sekarat

Emma Yu dan Angela Bright

Kematian selalu menjadi misteri bagi manusia. Apa yang bisa dilihat atau dirasakan orang-orang ketika mereka sekarat? Para ilmuwan  merekam gelombang otak pasien yang sekarat mungkin memiliki wawasan tentang misteri tersebut.

Ketika menggunakan continuous electroencephalography (EEG) untuk merekam gelombang otak seorang pria penderita epilepsi berusia 87 tahun, tim ilmuwan internasional memantau aktivitas otaknya ketika ia menderita serangan jantung dan meninggal dunia. Penelitian ini diterbitkan dalam Front Aging Neuroscience edisi Februari 2022.

Gelombang Otak Sangat Aktif Setelah Serangan Jantung

Ajmal Zemmar, seorang ahli bedah saraf di University of Louisville yang ikut serta dalam penelitian ini, mengatakan bahwa pola gelombang otak yang spesifik muncul di otak pasien 30 detik sebelum dan sesudah jantungnya berhenti berdetak.

“Dengan menghasilkan osilasi yang terlibat dalam pengambilan memori, otak mungkin memainkan ingatan terakhir tentang peristiwa-peristiwa penting dalam hidup sebelum kita mati, mirip dengan yang dilaporkan dalam pengalaman mendekati kematian,” kata Zemmar kepada Frontiers.

EG mengungkapkan pola aktivitas otak yang berbeda (brain activity/iStock)

Sebuah studi pada 2013 yang diterbitkan di National Academy of Sciences menemukan bahwa kesembilan tikus dalam percobaan tersebut memiliki gelombang otak yang sangat aktif selama 30 detik setelah henti jantung. Hal ini sangat mirip dengan apa yang ditemukan oleh tim Zemmar pada pasiennya yang mendekati kematian.

Pasien yang Menjelang Kematian Melihat Kembali Kehidupan Mereka

Fenomena “melihat kembali kehidupan” sesaat sebelum atau saat sekarat telah terjadi pada banyak orang yang mengalami mati suri.

Dannion Brinkley, penulis buku Saved by the Light, menulis tentang dua pengalaman mendekati kematiannya. Setelah diterbitkan pada tahun 1994, buku ini terdaftar sebagai buku terlaris oleh The New York Times selama lima bulan berturut-turut.

Brinkley menceritakan kepada para pembaca tentang pengalamannya yang pertama kali mendekati kematian pada 17 September 1975. Saat badai melanda Aiken, South Carolina, Brinkley yang berusia 25 tahun sedang berada di rumah, berbicara di telepon dengan seorang teman, ketika petir menyambarnya melalui saluran telepon, melemparkannya ke udara.

Setelah mengalami rasa panas dan sakit yang luar biasa, Brinkley mengatakan bahwa ia merasa jiwanya meninggalkan tubuhnya dan ia merasa bermandikan kedamaian dan ketenangan. Dia mengatakan bahwa dia melayang di udara melihat keluarga dan teman-temannya panik dan memberikan pertolongan pertama. Dia melihat ambulans bergegas masuk dan membawa tubuhnya ke rumah sakit. Jiwa Brinkley masuk melalui sebuah terowongan menuju tempat yang terang.

Brinkley kemudian mulai melihat kembali 25 tahun kehidupannya, bahkan melihat detail yang paling kecil sekalipun. Dia terkejut saat mengetahui bahwa dia dapat memahami perasaan orang lain yang terkena dampak dari insiden yang dialaminya. Brinkley tumbuh tanpa kendali dan merupakan seorang perundung yang senang berkelahi dan mempermalukan orang lain. Dalam meninjau kembali sejarahnya, ia merasakan secara langsung rasa sakit, ketakutan, kepanikan, dan ketidakberdayaan yang dirasakan oleh para korbannya.

Dalam salah satu ingatannya, Brinkley menembak dan membunuh seorang tentara Vietnam Utara selama Perang Vietnam. Dalam pengalaman mendekati kematiannya, Brinkley merasakan kebingungan yang dirasakan perwira tersebut ketika dia ditembak di kepala, serta ketidakberdayaan dan kesedihan karena dia tidak dapat melihat keluarganya lagi. Terlebih lagi, ia merasakan kepedihan yang dirasakan keluarga tentara tersebut selama bertahun-tahun setelah mereka mengetahui kematiannya. Ketika kilas balik itu selesai, ia diliputi penyesalan dan rasa malu. Setelah kembali ke dunia fana, Brinkley mengubah dirinya sepenuhnya dan melakukan semua yang dia bisa untuk membantu orang lain.

Pengalaman Menjelang Kematian Bukanlah Hal yang Jarang Terjadi

Istilah “pengalaman menjelang kematian” diciptakan oleh Dr. Raymond Moody, seorang psikolog terkenal dan profesor di Universitas Nevada. Pada tahun 1975, Moody menerbitkan “Life After Life,” sebuah buku yang didasarkan pada studinya terhadap 100 pasien yang mengalami “kematian klinis” dan hidup kembali. Dia membagikan pengalaman mereka tentang dunia setelah kematian dengan kata-kata mereka sendiri. Sejak saat itu, lebih banyak penelitian ilmiah yang dilakukan tentang pengalaman mendekati kematian.

Dalam sebuah penelitian tahun 2014 yang diterbitkan di Frontiers in Human Neuroscience, para peneliti mempelajari 190 pengalaman mendekati kematian dengan karakteristik yang berbeda, termasuk yang terjadi setelah peristiwa yang tak mengancam nyawa seperti tidur, meditasi, dan pingsan-serta pengalaman mendekati kematian yang terjadi selama koma yang disebabkan oleh kekurangan oksigen, trauma, atau penyakit.

Beberapa kesamaan ditemukan dalam pengalaman mendekati kematian, termasuk melihat cahaya terang, sensasi berada di luar tubuh, dan kilasan peristiwa masa lalu. Pengalaman mendekati kematian yang paling sering terjadi, dilaporkan oleh 89 hingga 93 persen partisipan di setiap kategori adalah “perasaan damai atau menyenangkan.”

Fakta yang mungkin mengejutkan bagi sebagian orang adalah bahwa banyak orang yang memiliki pengalaman menjelang kematian. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Psychiatry pada 1993 memperkirakan bahwa sekitar lima persen dari penduduk dewasa Amerika Serikat pernah mengalami pengalaman mendekati kematian-yaitu 30 hingga 40 persen dari individu yang mendekati kematian. Sebuah penelitian di Belanda pada tahun 2001 yang diterbitkan dalam The Lancet menemukan bahwa dari 344 pasien yang berhasil disadarkan setelah serangan jantung, 62 (18 persen) melaporkan pernah mengalami pengalaman menjelang kematian.

Penulis Hong Kong Berbagi Pengalaman Menakjubkan Menjelang Kematian

Chip Tsao, seorang penulis Hong Kong, menceritakan pengalamannya yang hampir meninggal pada tahun 1994 dalam sebuah wawancara di saluran YouTube Stephen Chan Chi-wan, penasihat utama Commercial Radio Hong Kong.

Penulis Hong Kong Chip Tsao menceritakan tentang pengalaman mendekati kematiannya yang ajaib. (Yu Gang / The Epoch Times)

Tsao mengenang bahwa pada tahun 1994 saat berusia 36 tahun, ia dibawa ke rumah sakit dalam keadaan sekarat setelah mengalami kecelakaan mobil yang serius. Setelah 15 jam menjalani operasi darurat, dokter mengatakan kepadanya bahwa semua pilihan medis telah habis dan “sekarang tergantung pada kemauan Anda.” Saat dia terbaring sekarat, Tsao melihat lautan luas di depannya, dengan bunga teratai keemasan dan merah muda sebesar meja bundar yang mengambang di laut. Dia juga mendengar sutra-sutra dilantunkan di telinganya.

Tsao mengatakan bahwa pengalaman tersebut sangat jelas dan nyata seolah-olah ada kekuatan yang mendorongnya untuk menyeberang, tetapi ada juga suara di dalam dirinya yang mengatakan kepadanya untuk tidak menyeberang karena dia memiliki begitu banyak tugas yang belum selesai.

“Itu adalah perasaan takut, tetapi juga damai,” katanya. “Saya terus bertanya pada diri sendiri. Akan terasa nyaman untuk menyeberang. Bunga-bunga teratai itu akan membawa saya ke tempat lain seperti perahu.”

Penulis terkenal ini juga mengalami beberapa hal yang bahkan tidak dapat dijelaskan oleh  sains.

Ketika dia terbaring di ICU, Tsao dapat mendengar orangtuanya mendiskusikan perawatannya dan apakah akan merekrut dokter dada kedua untuk bergabung dengan tim. Dia juga mendengar orang tuanya menangis. Setengah bulan kemudian, Tsao dipindahkan dari ICU ke bangsal umum. Ketika orang tuanya datang mengunjunginya, dia mengatakan kepada mereka bahwa ketika dia tidak sadarkan diri, dia mendengar mereka berdiskusi untuk menyewa seorang dokter spesialis.

Ayahnya mengatakan bahwa hal itu benar, namun terkejut karena mereka mendiskusikannya di kamar hotel yang jauh dari rumah sakit.

“Bagaimana mungkin Anda bisa mendengarnya, begitu jauh?” Sang ayah bertanya.

(Illustration – Shutterstock)

Namun Tsao yakin bahwa dia tidak berhalusinasi karena dia mendengar percakapan itu dengan jelas dan bahkan bisa mengulanginya.

Kejadian ajaib lainnya adalah ketika Tsao berada di ICU, teman-temannya datang menjenguknya. Keesokan harinya, Tao melihat teman-temannya itu mengunjunginya lagi, mengenakan pakaian yang sama dan mengucapkan kata-kata yang sama. Tao merasa sangat aneh. Setelah bertanya, dia mengetahui bahwa dia meramalkan teman-temannya mengunjunginya keesokan harinya dalam pengalaman menjelang kematiannya.

Pengalaman ini memberikan pemahaman yang lebih dalam kepada Tsao tentang makna hidup dan mati.

“Setelah melihat hal-hal di masa depan dan meninggalkan tempat ini, seharusnya ada tempat lain bagi orang-orang setelah kematian,” katanya. Belakangan  dalam hidupnya, Tsao mengalami dua kali kematian, yang memberinya pandangan baru tentang kehidupan, ruang-waktu, dan kehidupan setelah kematian. Pengalamannya juga membuat dia percaya bahwa ada kekuatan yang lebih tinggi di atas manusia.