Kesetiaan adalah Hukum Pertama Tuhan

Iswahyudi

“Loyalty is the first law of God.” Paramahansa Yogananda. Bagaimana kebijaksanaan ini bisa jelaskan? Seberapa sentralkah peran karakter kesetiaan ini dalam proses penciptaan dan seberapa vital kah karakter ini dalam menjaga  jalannya kehidupan baik pada tingkat dunia, negara, masyarakat, keluarga dan masing-masing pribadi? 

Matahari begitu setia  menjalankan tugas penciptaanya. Terbit setiap hari memberi cahaya kepada siapa saja dan menjamin keberlangsungan kehidupan dari dulu hingga sekarang. Tak pernah absen sekalipun. Selalu memberi tak harap kembali. 

Bumi juga demikian, memberikan tumpuan dan kehidupan bagi makhluk hidup yang ada di atasnya. Seberapa banyak ia dilukai, dicangkul, digali, dibajak dan dieksploitasi, ia selalu memberikan yang terbaik yang ia mampu berikan. 

Demikian juga rembulan memberikan penerangan di gelapnya malam dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Kesetiaan menjadi laku mereka dan benda-benda langit yang lain. Dari sisi ini, kesetiaan bisa jadi memang benar  hukum yang pertama kali diciptakan Tuhan. Hukum diciptakan Tuhan dengan tujuan untuk menciptakan keteraturan, dan kesetiaan itulah yang menjamin keteraturan itu sendiri. Setiap benda langit mempunyai jalur orbit yang ia tempuh, dan mereka harus setia menjalankan tugasnya sampai akhir. 

Dalam level negara-bangsa dan hubungan antara setiap negara-bangsa, kesetiaan pada nilai, hukum dan kesepakatan bersama bisa menjaga dunia dalam perdamain, tetapi ketika masing-masing mengkhianatinya perdamaian menjadi situasi yang susah diwujudkan, dan menjadi tempat yang penuh penderitaan (inferno) bagi para penghuninya. 

Di level negara-bangsa, negeri gemah ripah loh jinawi bisa terwujud apabila setiap pihak setia menjalankan tugas dan kewajiban masing-masing. Pemimpinnya setia pada konstitusi negaranya yang merupakan ungkapan sumpah-janji dan kontrak para Founding Father kepada Tuhan. Begitu para pemimpin mulai mengkhianti konstitusi atau bahkan meng-edit konstitusi demi kepentingannya sendiri, maka cita masyarakat ideal, akan susah diwujudkan. Semisal begitu pemimpin tidak setia pada konstitusi, pemimpin di level bawah juga meniru perilakunya. Ikan busuk dari kepalanya. Rakyat ketika melihat ini, sedikit demi sedikit mulai tak taat pemimpinnya. Apa yang terjadi jika rakyat tidak setia kepada pemimpin? Negara dalam kekacauan.

Negara dan masyarakat kacau dimanakah itu bermula? Dari keluarga-keluarga yang tidak setia. Hari ini kita melihat angka perceraian meningkat dari waktu-waktu, dan pasti bisa ditebak akan lebih banyak anak yang tak bahagia akibat getirnya perceraian. Akan lebih banyak anak-anak salah asuhan. Kenakalan remaja menggejala. Bonus demografi berubah menjadi bencana demografi. Semua itu, akibat buruk dari ketidaksetiaan dalam keluarga. Dan kalau tidak segera dicarikan solusinya, maka ini bukan lagi menjadi masalah keluarga tapi menjadi masalah sebuah negara. 

Konfusius pernah mengatakan, “Untuk menertibkan dunia, pertama-tama kita harus menertibkan bangsa; untuk menertibkan bangsa, pertama-tama kita harus menertibkan keluarga; untuk mengatur keluarga; pertama-tama kita harus memupuk kehidupan pribadi kita; pertama-tama kita harus mengatur hati kita dengan benar” Dan menjaga hati yang selalu setia menjadi kuncinya. 

Kisah-Kisah Kesetiaan Yang Menggetarkan

PertamaSeorang bernama Xu Shaoyu di akhir Dinasti Qing meminjam 100 dolar perak dari temannya Yi Zhai tanpa bukti tertulis. Suatu ketika Xu di ambang kematian, ia gusar kapan ia bisa mengembaikan hutang itu. Istrinya mengatakan, ia tak perlu mengembalikan, karena tak ada bukti tertulis. Namun Xu kuekeh harus membayarnya. Dijualnya benda berharganya sebuah permata dan melunasinya. Ajaibnya, ia malah sembuh total. 

Kedua,  Seorang anak muda bernama Jizha, anak bungsu dari Raja Wu ke 19, mengunjungi Kerajaan Lu. Namun sebelumya ia mampir di kerajaan Xu dan disambut dengan hangat. Raja kerajaan Xu menyukai pedangnya. Jizha berjanji akan memberikan pedang itu setelah pulang dari lawatannya. Setahun kemudian, setelah Jizha pulang, ia bermaksud memberikan pedangnya pada raja Xu. Namun sang raja keburu meninggal. Walaupun demikian, Jizha tetap setia pada janjinya. Ia masih ingin memberikan pedangnya, maka ia pergi ke kuburan raja, menggantung pedangnya di sebuah pohon di depan kuburan dan pergi. “Saya tidak bisa tidak menepati janji hanya karena ia telah meninggal dunia.” katanya.

Ketiga, Sebuah Pertunangan yang Berlangsung Lebih dari 30 Tahun. Seorang bernama Chen Yunyuan mempunyai ayah bernama Cheng Xunzhuo pernah berjanji akan menikahkan putranya dengan anak sahabatnya, Liu Chengyong. Namun Sang Calon Mertau tak berumur panjang, Ia berwasiat pada putrinya,Liu,  sebelum meninggal dunia, “Cheng Yunyuan calon suami kamu. Kamu harus selalu mengingat ini.” Namun, rencana itu tak bisa segera diwujudkan. Takdir memisahkan Chen dan Liu begitu lama. 30 tahun mereka berpisah, namun masing-masing masih setia pada janji itu. Akhirnya mereka dipertemukan ketika usia mereka sudah tua, 57 tahun. Dan mereka menikah di usia yang tidak muda lagi. Laku setia yang mereka jalani, membuat tubuh mereka awet muda, dengan gigi yang sehat dan rambut yang hitam. Orang-orang yang tidak tahu usia mereka sering berpikir usia mereka hanya 40an. Dan ajaibnya mereka masih bisa dikarunia dua orang anak. 

Keempat, Sebuah mini opera di Shen Yun Creation berjudul The Heart of Loyalty. Dikisahkan seorang jenderal yang berprestasi selalu menjadi bintang pertempuran dan membawa kemenangan. Suatu ketika ia telah menyelesaikan pertempuran yang berat, namun kemenangan tetap diraih. Bersama dua sahabatnya yang setia ia kembali pulang ke keluarga mereka. Kemudian kaisar bersama penasihat dan beberapa prajurit datang ke kampungnya memberikan penghargaan atas kemenangan. Namun prestasi ini, menyulut api cemburu bagi seorang penasihat. Di tengah hangat-hangatnya kebersamaan sang jenderal bersama keluaga, tiba-tiba tugas untuk maju ke medan tempur kembali datang, yang kelihatannya ini sudah dirancang oleh penasehat untuk mencelakakannya. Namun kali ini Sang Jenderal kembali membawa kemenangan. Sang penasehat yang iri mencari segala cara untuk memfitnahnya. Sang penasehat memfitnah bahwa Sang Jenderal berambisi menjadi kaisar. Sang jenderal dipanggil  ke istana untuk menghadapi persidangan. Namun Sang jenderal keukeh tetap setia. Akhirnya Sang Kaisar mempunyai cara untuk menguak kebenaran. Kaisar menyuruh Sang Jenderal minum racun. Perintah itu diamini tanpa rasa takut oleh Sang Jenderal. Sang Jenderal dinyatakan tewas. Kabar kematian itu tiba sampai pada sang istri yang ternyata sudah melahirkan putra sang jenderal. Dua teman Sang Jenderal membawa jubahnya dan diserahkan ke sang istri. Di momen duka ini, tiba-tiba kaisar datang bersama pasukannya, untuk memberi ucapan bela sungkawa. Dan kejadian di luar dugaan, Sang Jenderal muncul dengan jubah barunya yang gagah. Ternyata yang diminum adalah obat bius. Dan ini merupakan taktik Sang Kaisar mengungkap kebenaran. Kesetiaan berujung manis, dan pengkhianat mendapat ganjaran setimpal. 

Namun kesetiaan tidak selalu berujung happy ending. Jenderal Yue Fei yang setia karena fitnah dari menteri Qin Hui harus menghadapai hukuman mati. Dan benar-benar telah mati. Namun, yang didapat adalah namanya yang abadi, sebagai simbul kesetiaan. Kesetiaan ala Yue Fei bisa dibilang sebagai kesetiaan yang paripuna. Membuat Yue Fei bukan sekedar pahlawan, tapi manusia nilai. Ketika disebut Yue Fei. Kesetiaan adalah Yue Fei, dan Yue Fei adalah kesetiaan. Bagaimana dengan, manusia nilai apakah yang Anda inginkan?