Lapangan Kerja Sulit Didapat di Tengah Terpuruknya Industri Manufaktur, Pabrik di Shenzhen Tak Mempekerjakan yang Berusia di Atas 36 Tahun

oleh Zhou Guihang

Partai Komunis Tiongkok (PKT) menggembor-gemborkan “kesulitan merekrut pekerja untuk pemulihan ekonomi”, tetapi internet penuh dengan jeritan. Sejumlah besar pabrik di Jiangsu, Zhejiang, Shanghai, dan Guangzhou ditutup dan mengurangi produksi, sehingga banyak pekerja yang dirumahkan dan tidak dapat menemukan pekerjaan. Kondisi perekrutan pekerja di pabrik semakin berat dan sulit, dan upahnya semakin rendah.

Beberapa hari lalu, sebuah video langsung dari sebuah pabrik di Shenzhen yang sedang merekrut pekerja diunggah di internet di Tiongkok. Video tersebut menunjukkan sejumlah besar anak muda melamar pekerjaan di pintu masuk pabrik, dengan seorang wanita berteriak, ” Pria yang lahir 1986 tahun atau lebih bisa pergi sekarang. Pengguna internet yang mengedarkan video tersebut mengatakan bahwa pabrik tersebut “tidak menginginkan siapa pun yang memiliki gelar sarjana atau sarjana keahlian.”

Beberapa media Tiongkok memfokuskan pada masalah ini dan menyesalkan kesulitan mata pencaharian masyarakat: di masa lalu, industri IT yang menganggur pada usia 35 tahun ke atas, tetapi sekarang bahkan pabrik biasa pun tidak menginginkan orang dengan kelahiran 1986 tahun ke atas, jadi apa lagi yang bisa dilakukan oleh orang berusia tiga puluhan selain mengantarkan makanan, kurir, dan mengoperasikan taksi online? Apakah sebelum usia 65 tahun harus jadi pengemis?

Faktanya, seiring dengan merosotnya perekonomian Tiongkok, kelangsungan hidup bukan hanya bagi generasi tua, tetapi juga sebagian besar penduduk yang bekerja, menjadi sangat sulit.

Ada banyak video di internet yang menunjukkan di wilayah pesisir tenggara, pabrik-pabrik kecil serta menengah tutup yang tak mampu lagi bertahan hingga mem-PHK karyawan, meliburkan diri, dan memotong gaji akibat menurunnya pesanan. Banyak distrik bisnis menjadi jarang penduduknya, dan kawasan industri yang dulunya penuh sesak dengan pabrik-pabrik telah menjadi kota hantu. Perekrutan karyawan menurun tajam, dan pabrik-pabrik yang masih bertahan segera menghentikan perekrutan setelah Tahun Baru Imlek.

Video di internet menunjukkan bahwa banyak pabrik memiliki situasi di mana jumlah pelamar jauh melebihi jumlah pekerja yang mereka rekrut. Dalam beberapa kasus, 20 orang direkrut dan 300 orang datang; dalam kasus lain, 100 orang direkrut dan 1.500 orang datang; dalam kasus lain, 500 orang direkrut dan lebih dari 10.000 orang datang. Banyak video yang menunjukkan suasana ramai di pabrik-pabrik dan bursa kerja terbuka di kota.

Dalam keadaan seperti itu, pabrik memberlakukan berbagai persyaratan yang ketat dalam perekrutan pekerja, seperti usia dan kualifikasi akademis.

Ada juga pabrik yang menyuruh pelamar melakukan push-up secara berkelompok dan hanya mereka yang melakukan 100 kali berturut-turut yang akan diwawancarai. Beberapa pabrik cenderung hanya menerima staf yang masih muda dan penurut, bahkan ada yang tidak mau menerima laki-laki.

Pada saat yang sama, tunjangan perekrutan juga terus menurun, di beberapa tempat seperti Jiangsu dan Shenzhen, ada beberapa kasus di mana upah per jamnya adalah RMB 9 atau bahkan RMB 6. Ada juga sejumlah calo  tak bermoral yang memanfaatkan kesempatan untuk mengeksploitasi para pekerja dengan menuntut pembayaran sebelum mereka ditempatkan, bahkan sengaja menipu para pekerja dengan menagih uang tetapi tak kunjung menempatkan mereka dalam pekerjaan.

Netizen lokal melaporkan bahwa puluhan ribu, bahkan ratusan ribu, pekerja migran di kota-kota besar seperti Shanghai, Suzhou, Shenzhen, dan Guangzhou  terlunta-lunta tanpa pekerjaan.

Beberapa video menunjukkan bahwa semakin banyak orang berbondong-bondong ke kota-kota besar karena percaya pada propaganda resmi “pemulihan ekonomi”. Stasiun kereta api Shenzhen terus mengalami peningkatan jumlah pekerja migran yang datang. 

Pada saat yang sama, orang-orang yang tidak dapat menemukan pekerjaan menaiki kereta api dan pergi satu per satu. Banyak pekerja lain yang terdampar, tak mampu membayar hotel, dan menghabiskan malam mereka di stasiun kereta api, di koridor warnet, bahkan di bawah jembatan layang dan terowongan bawah tanah, dengan harapan akan menemukan pekerjaan.

Ada juga video yang menunjukkan puluhan pekerja migran diusir oleh petugas keamanan publik setelah sebuah video mengerikan yang menunjukkan mereka bermalam di terowongan terungkap, dan mereka tak diizinkan menetap.

Dalam beberapa tahun terakhir, karena hubungan antara Partai Komunis Tiongkok dan Barat semakin tegang, sebagian besar perusahaan asing telah memindahkan jalur produksi mereka dari Tiongkok ke Asia Tenggara dan Meksiko. Pada saat yang sama, daya beli masyarakat domestik anjlok akibat kemerosotan ekonomi. Meskipun Partai Komunis Tiongkok masih sesumbar tentang “pemulihan”, beberapa orang dalam industri merilis video yang mengatakan bahwa proses ini tidak mungkin berbalik setelah tiga tahun pengekangan yang menghancurkan ekonomi.

Sejak tahun lalu, prediksi pesimis beredar di internet Tiongkok: “Tahun ini akan menjadi tahun terbaik dalam satu dekade ke depan.” (hui)