Sejumlah Besar Tenaga Kerja Sulit Menemukan Pekerjaan Akibat Anjloknya Pesanan Pabrik di Tiongkok

oleh Luo Tingting

Perekonomian Tiongkok tidak menjadi baik sekalipun pencegahan dan pengendalian epidemi ekstrem telah ditiadakan. Industri manufaktur masih lesu, pesanan pabrik turun drastis, menyebabkan sejumlah besar pekerja tidak dapat menemukan pekerjaan.

Perdagangan Luar Negeri Tiongkok Lesu, Pesanan Turun hingga Tinggal 20% 

Sebuah laporan di portal NetEase pada 3 Maret mengungkapkan bahwa setelah Tahun Baru Imlek, perdagangan luar negeri Tiongkok semakin lesu, dan produsen umumnya mengeluh karena pesanan anjlok hingga tinggal 20% dari tahun-tahun sebelumnya. Rambatannya adalah nyaris tidak ada kargo yang dikirim oleh perusahaan pelayaran, sehingga tarif pengiriman komoditas lewat kontainer dari Tiongkok menuju pantai barat AS telah turun hampir 90%. Meskipun artikel terkait hal ini sekarang sudah dihapus pihak berwenang.

Toshiba Jepang mengumumkan bahwa pihaknya bermaksud menarik diri dari Tiongkok dengan menutup sepenuhnya operasi 33 pabrik dan lembaga R&D yang berada di 24 kota di Tiongkok pada akhir bulan Desember tahun ini. Sebagian operasional pabriknya akan dilakukan di Jepang, dan produksi dan penjualan peralatan listrik akan dipindahkan ke Vietnam.

Apple juga telah mengalihkan banyak bisnisnya ke India. Dengan demikian, banyak perusahaan pengecoran Apple di Tiongkok terpaksa ditutup karena berkurangnya pesanan.

Pengusaha Mengeluh Tidak Ada Pesanan, Pekerja Sulit dalam Mencari Pekerjaan

Setelah lewatnya tahun baru, banyak video yang diposting di media sosial berisikan liputan tentang pabrik-pabrik yang gulung tikar, para pengusaha yang mengeluh karena tidak ada pesanan, sedangkan para pekerja menghadapi kesulitan dalam menemukan lowongan kerja. Puluhan ribu warga migran terdampar di Jiangsu, Shanghai, Shenzhen, Dongguan, dan tempat-tempat lain, terutama pekerja yang berusia di atas 45 tahun, semakin sulit mendapatkan pekerjaan.

Seorang pengusaha yang berkecimpung di industri pembuatan pakaian mengatakan dalam rekaman videonya, bahwa sejumlah besar pabrik pakaian di sekitar pabriknya sudah tutup. Pada saat ini di masa lalu, semua pabrik besar dan kecil sangat sibuk dengan pekerjaan. Tetapi tahun ini, hanya beberapa pabrik yang sibuk, banyak pabrik sudah dapat dipastikan akan menghentikan kegiatan lebih awal. PHK sudah menjadi norma, dan kiranya sulit bisa membaik dalam beberapa tahun ke depan.

Seorang pengusaha wanita lainnya mengatakan bahwa dirinya sudah menginvestasikan jutaan renminbi untuk membangun pabrik, tetapi bisnisnya terpaksa ditutup dalam waktu kurang dari setengah tahun, terutama karena tidak ada pesanan yang masuk. Sekarang saya ingin menjual peralatan dan mempertahankan status quo.

Dia mengeluh : “Menjadi bos hanya tampaknya yang glamor, tetapi sebenarnya memikul banyak hutang, upah pekerja sudah beberapa bulan belum saya bayar.”

Seorang wanita pemilik pabrik sepatu mengatakan : “Keluarga saya telah berbisnis selama lebih dari sepuluh tahun, dan belum pernah terjadi situasi seperti saat ini, yaitu nol pesanan”.

Dengan suara yang terdengar seperti menangis ia mengatakan : “Mungkin karena kemampuan saya yang terbatas, atau mungkin karena saya kurang bekerja keras. Sama sekali tak terduga bisnis tahun ini begitu lesu”.

Seorang bos dengan blak-blakan mengatakan bahwa yang dirinya pikirkan sekarang adalah bagaimana mempertahankan diri agar tetap bisa hidup.

Seorang laki-laki yang bekerja di pabrik merekam video dan mengatakan bahwa dirinya sekarang sudah menjalani kerja dengan diistirahatkan 4 hari dalam seminggu, yang jelas sulit untuk menghidupi dirinya sendiri, bagaimana bisa menghidupi keluarganya ? “Ekonomi sekarang mengalami resesi. Jam kerja berkurang, upah pun sedikit. Sungguh sengsara”.

Media Tiongkok “Beijing News” melaporkan bahwa fenomena yang muncul di pasar tenaga kerja di Kota Shenzhen saat ini adalah : Sulit menemukan pekerjaan. Upah kerja telah diturunkan menjadi sekitar RMB. 16~17,- per jam, yang setara dengan setengah dari upah yang diberikan dalam periode yang sama tahun lalu. Banyak pekerja migrasi luntang lantung tidak menemukan pekerjaan.

Menurut laporan itu, seorang pria bermarga Chen, usia 40-an tahun asal Provinsi Yunnan mengaku telah berada di Kota Shenzhen selama hampir sebulan. Dia mengatakan bahwa sampai tidak menemukan pekerjaan, dirinya terpaksa harus pulang kampung.

Mr. Yin dari Provinsi Henan mengungkapkan bahwa terlalu banyak pekerja migrasi yang datang mencari pekerjaan setelah Tahun Baru, padahal pasar sudah jenuh. “Sekarang upah kerja yang dibayarkan hanya sekitar RMB. 16 atau 17,- per jam, paling bantar 18 yuan per jam. tetapi untuk menemukannya juga tidak mudah !”

Perusahaan Beijing yang terdaftar di bursa mem-PHK karyawan

Tidak hanya industri manufaktur, industri lain juga mengalami gelombang PHK. Seorang pria di Beijing dalam rekaman videonya mengatakan bahwa dirinya yang sudah 8 tahun bekerja di sebuah perusahaan terbuka di Beijing, sedang menghadapi situasi akan di-PHK, sehingga suasana hatinya terganggu.

Dia mengatakan bahwa karena wabah, efisiensi perusahaan memburuk, meskipun belakangan ini sedikit membaik, tetapi PHK tampaknya sulit dihindari. Dia mengeluh  karena tekanan hidup di Beijing sangat tinggi, bagaimana untuk mengatasi kebutuhan sehari-hari, bagaimana membayar angsuran KPR jika kehilangan pekerjaan ?!?

Mahasiswi asal Provinsi Hunan mengeluh : Tidak dapat menemukan pekerjaan

Pada 1 Maret, rekaman video seorang mahasiswi di Provinsi Hunan meratapi dirinya yang tidak juga bisa menemukan pekerjaan menjadi viral di Internet. Dengan air mata berlinang, mahasiswi tersebut mengatakan : “Sekarang saya benar-benar tidak mengerti apa gunanya kuliah. Saya mengambil jurusan copywriting dan perencanaan di perguruan tinggi, setelah lulus saya baru menyadari bahwa sejauh menyangkut pekerjaan saya ini, siapa pun yang belum pernah kuliah pun dapat menulis sedikit. Setelah lulus dari perguruan tinggi, saya sudah diwawancarai oleh hampir 50 perusahaan, ada perusahaan bahkan tidak bersedia membayar sepeserpun uang lelah selama masa magang, dan perusahaan juga tidak bersedia mengangkat pemagang sebagai karyawan tetap.”

Meskipun teman sekelasnya telah mendapatkan pekerjaan, tetapi menerima tekanan yang sangat besar. “Sahabat karib saya dari perguruan tinggi bekerja di sebuah perusahaan film dan televisi yang sangat terkenal di Beijing. Gajinya RMB.7.500,-. Anda mungkin berpikir sudah cukup baik bagi seorang lulusan baru, tetapi pondokan kecil yang disewanya di Beijing biaya per bulannya sudah lebih dari RMB. 2.000,-.

Dia berkata bahwa ketika dirinya pergi ke Beijing untuk menemui teman karibnya itu. Dia hampir setiap hari baru bisa pulang kerja sekitar jam 1 dini hari, beberapa kali sampai di pondokannya sudah pukul 3 atau 4 dini hari. Jam 5 baru mulai tidur. Jam 7 pagi sudah mulai dipanggil perusahaan untuk masuk kerja. Ketika hari istirahat pun, selama perusahaan butuh kehadirannya, ia akan langsung ditelepon dan harus datang.

Teman karibnya itu mengatakan : “Saya tidak tahu apakah saya dapat bertahan hingga hari yang dijanjikan perusahaan untuk menaikkan gaji. Kesehatan saya sekarang sudah mulai rontok.”

Lulusan Universitas Ilmu Politik dan Hukum hanya bisa bekerja sebagai pencuci piring

Ada juga berita di Internet mengungkapkan bahwa ada 2 orang mahasiswa di Kota Zhengzhou dan Hainan yang merobek ijazah mereka karena marah tidak dapat menemukan pekerjaan yang cocok.

Baru-baru ini, dalam poster perekrutan di kampus Universitas Ekonomi dan Hukum Henan, ditemukan upah bulanan pencuci piring adalah RMB. 2.000,- . Di bursa kerja kampus yang diselenggarakan oleh universitas, tidak hanya banyak hotel dan perusahaan katering yang menawarkan pekerjaan seperti menjadi kasir, pencuci piring, pramusaji, atau kuli angkut koper dan sebagainya, dengan upah bulanan sekitar RMB. 2.000,- hingga RMB. 3.000,-. ​(sin)