Apakah Mengonsumsi Telur Meningkatkan Risiko Penyakit Kardiovaskular?

Inilah yang dikatakan oleh seorang dokter tentang manfaat makan telur


Amber Yang dan JoJo Novaes

Baru-baru ini, telah terjadi semacam krisis kecil akibat kelangkaan telur di beberapa negara di seluruh dunia. Harga telur melonjak di Amerika Serikat, dan di Taiwan, orang-orang harus mengantre untuk membeli telur. Semua keributan tentang telur ini mungkin membuat Anda bertanya-tanya apakah telur benar-benar makanan yang sangat diperlukan. 

Sejumlah penelitian menemukan bahwa semakin banyak telur yang Anda makan, semakin tinggi risiko penyakit kardiovaskular. Namun, Dr. Zhang Shiheng, direktur Klinik Pengobatan Integratif Chi Le Taiwan, mengatakan dalam program “Health 1+1” bahwa jika Anda mengonsumsinya dengan benar, bahkan mengonsumsinya empat atau lima butir sehari tidak menjadi masalah. Jadi, bagaimana cara terbaik untuk makan telur dan tetap sehat?

Ketika keadaan sedang sibuk di unit gawat darurat tempat dia bekerja, Zhang suka makan telur teh (telur yang dimasak dengan teh dan kecap) untuk membantunya dengan cepat mengisi nutrisi yang hilang. Dia mengatakan bahwa nutrisi telur cukup lengkap dan kaya, dengan kombinasi asam amino yang cukup lengkap, menjadikannya sumber protein yang baik. Banyak nutrisi dalam kuning telur yang sangat baik untuk kesehatan jantung dan mata, serta perkembangan otak. Lesitin dalam telur merupakan komponen penting untuk membran sel dan membantu menjaga fungsi otak tetap normal, sedangkan zeaxanthin merupakan komponen penting untuk retina dan melindungi penglihatan.

Apakah Telur Meningkatkan Kolesterol?

Di masa lalu, telur dianggap sebagai penyebab kolesterol tinggi. Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS dan Departemen Pertanian AS merekomendasikan dalam Pedoman Diet 2010 untuk orang Amerika untuk membatasi asupan kolesterol harian di bawah 300 miligram per orang. Namun, rekomendasi ini telah dihapus dalam versi 2015-2020. Versi baru ini juga menunjukkan bahwa meskipun telur mengandung kolesterol tinggi, telur rendah lemak jenuh dan dapat menjadi sumber protein yang baik.

Penelitian  menemukan bahwa kebanyakan orang tidak mengalami peningkatan  signifikan dalam kadar kolesterol darah setelah mengonsumsi makanan berkolesterol tinggi.

Komunitas medis masih ragu-ragu tentang apakah makan terlalu banyak telur akan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. 

Journal of the American Medical Association (JAMA) menerbitkan sebuah penelitian pada  2019 yang merujuk pada hasil pelacakan kebiasaan makan hampir 30.000 warga Amerika selama sekitar 17,5 tahun. Ditemukan bahwa semakin banyak kolesterol dalam asupan makanan, semakin tinggi risiko penyakit kardiovaskular, dan makan lebih dari setengah telur sehari meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular sebesar 6 persen. 

Namun, sebuah studi meta-analisis yang diterbitkan dalam The American Journal of Medicine pada tahun 2021 menemukan bahwa makan lebih banyak telur tidak terkait dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Sebaliknya, dikatakan bahwa orang yang makan lebih banyak telur memiliki risiko lebih rendah terkena penyakit arteri koroner.

Mengenai penelitian JAMA, Zhang menunjukkan bahwa penelitian tersebut tidak secara jelas membedakan makanan lain yang dimakan orang bersamaan dengan telur, sehingga tidak dapat menentukan hubungan sebab akibat antara makan telur dan penyakit kardiovaskular. Biasanya, orang tidak makan telur saja ketika mereka sarapan ala Amerika; mereka mungkin makan daging asap dengan telur orak-arik yang dicampur dengan mentega, roti, atau kentang goreng, yang semuanya mengandung banyak lemak dan gula. Dia percaya bahwa cara memasak telur memiliki dampak yang lebih besar pada penyakit kardiovaskular daripada telur itu sendiri.

Zhang percaya bahwa orang dengan indeks kolesterol normal seharusnya tidak memiliki masalah dengan makan empat sampai lima butir telur setiap hari. Namun, jangan menambahkan terlalu banyak mentega atau makan bersama makanan berminyak dan bergula tinggi. Minyak jahat dari makanan seperti itulah yang akan meningkatkan kolesterol.

Cara Mengonsumsi Telur dengan Cara yang Sehat

Zhang menunjukkan bahwa cara terbaik untuk memasak telur adalah dengan merebusnya. Dia juga menyarankan masyarakat untuk tidak mengonsumsi telur mentah. Pertama, telur mentah tidak mudah diserap tubuh, dan kedua, telur mentah mungkin mengandung Salmonella. Pasien yang sedang menjalani pengobatan kemoterapi kanker dan/atau orang dengan kekebalan tubuh yang lemah harus menghindari makan telur mentah. Jika Anda sangat menyukai rasa telur setengah matang, Anda dapat mengonsumsi telur setengah matang yang kuning telurnya belum mengeras sepenuhnya.

Telur memiliki nilai gizi yang lengkap dan cocok untuk orang dari segala usia, terutama untuk lansia dengan gigi yang buruk atau sarkopenia. 

Zhang merekomendasikan lansia untuk mengonsumsi 1,2 hingga 1,5 gram (0,04 hingga 0,05 ons) protein per kilogram berat badan sebagai pedoman umum, dan dua kali lipatnya untuk orang muda dengan berat badan yang sama. Selama dapat dimakan, semua jenis makanan dapat dikonsumsi.

Jika lansia kesulitan menelan kuning telur, mereka disarankan untuk menambahkan minyak atau air saat memasak telur. Beberapa saran resep adalah sup tetesan telur, telur kukus gaya Jepang, dan menambahkan ayam, serpihan bonito, atau kerang ke dalam telur kukus sebagai bumbu, yang semuanya merupakan tambahan yang sehat untuk lansia.

Penyimpanan dan Pemilihan Telur

Sehubungan dengan kekurangan telur secara global, Zhang menyarankan untuk tidak menimbun telur. Kuncinya adalah mengonsumsi telur yang segar dan sehat. Di luar Amerika Serikat, telur paling baik disimpan pada suhu kamar, tetapi di Amerika Serikat, peraturan pengolahan makanan menyebabkan sebagian besar telur harus disimpan dalam lemari pendingin. Telur juga harus dimakan sesegera mungkin, sebaiknya dalam waktu seminggu.

Adapun kriteria pemilihan telur, kita harus mencari permukaan cangkang yang mulus, tidak rusak, dan mengkilap di bawah cahaya. Tidak ada hubungan langsung antara warna cangkang telur dan nilai gizi telur. (asr)