Kematian Mendadak Moonbin “Astro” Sebabkan Media Asing Menaruh Perhatian pada Industri Idola Korea

ZHONG YOUCHUN

Moonbin, anggota boy grup Korea “ASTRO” berusia 25 tahun, dilaporkan meninggal di rumah pada 19 April. Agensinya, Fantagio mengeluarkan pernyataan pada dini hari 20 April, dikonfirmasi bahwa Moon Bin meninggal dunia. Berita tersebut mengejutkan semua lapisan masyarakat, dan juga memicu pengawasan media asing terhadap industri idola Korea Selatan.

Pada 21 April, BBC menerbitkan sebuah artikel yang mengejutkan: “Kematian bintang musik pop Korea (K-pop) Moonbin mengejutkan penggemar  musik di seluruh dunia, dan sekali lagi menyoroti tekanan yang dihadapi para penghibur ini. Hal-hal yang ada di bawah lampu sorot.”

Artikel itu mengatakan, “Meskipun penyebab pasti kematian nya masih dalam penyelidikan, polisi mengatakan bahwa Moon- bin ‘tampaknya telah bunuh diri’.” 

Menurut sebuah laporan oleh stasiun TV Korea Selatan, Seoul Broadcasting (SBS), dugaan bahwa Moon Bin bunuh diri telah meluas. Pada awal April, Moonbin mengungkapkan bahwa dia dalam keadaan yang buruk dan meminta maaf kepada penggemar, tetapi dia mengatakan pada saat itu bahwa dia sedang berusaha untuk menemukan kebahagiaan.

Sebuah artikel yang diterbitkan oleh BBC pada  21 April mencantumkan sejumlah kasus kematian para bintang Korea: Awal bulan ini, aktor berusia 26 tahun Jung Chae-yull ditemukan tewas di rumahnya. Aktor Yoo Joo-eun, 27, meninggal Agustus tahun lalu. Sulli, mantan anggota girl grup “f(x)”, meninggal pada 2019 di usia 25 tahun setelah mengalami perundungan siber yang berkepanjangan. Sahabatnya, sesama bintang K-pop, Goo Hara, ditemukan tewas di rumahnya sebulan kemudian.

“Tidak semua insiden ini terdaftar sebagai bunuh diri, tetapi kematian Moon Bin sekali lagi meningkatkan pengawasan dunia luar terhadap industri hiburan Korea yang sangat kompetitif.” Sembari menegaskan hal ini, penulis juga mengutip koresponden majalah Asia Billboard, Rob Schwartz berkata: “Menjadi bintang di Korea berarti Anda harus menanggung lebih banyak tekanan daripada bintang pop Eropa dan Amerika.”

Artikel tersebut menunjukkan: “Korea Selatan dikenal dengan budaya persaingan dengan intensitas sangat tinggi, dan juga memiliki tingkat bunuh diri remaja tertinggi di antara negara-negara maju. Meskipun tingkat bunuh diri secara keseluruhan menurun, jumlah kasus bunuh diri di usia 20-an justru meningkat.”

Menurut laporan, bintang penghibur adalah profesi paling populer di kalangan anak  muda di Korea Selatan. Menurut survei sampel yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Korea pada 2021, aktor, model, dan penyanyi termasuk dalam 10 besar karier impian siswa sekolah dasar. Menjadi bintang K-pop, di sisi lain, biasanya melibatkan periode pelatihan yang melelahkan dan panjang, sebagian besar terputus dari teman dan rekan selama bertahun-tahun.

Sebagai contoh, artikel tersebut mengatakan bahwa meskipun Moon Bin sudah menjadi aktor cilik dalam drama Korea populer Boys Before Flowers ketika dia berusia 11 tahun, dia masih harus menjalani pelatihan selama 8 tahun sebelum dia bisa debut sebagai anggota grup idola “ASTRO”. Adik perempuan Moon Bin, Moon Sua, juga merupakan anggota girl grup “Billlie”. Dia juga memiliki 12 tahun persiapan sebelum debutnya. Penulis menunjukkan bahwa setelah banyak putaran penyaringan intensif, hanya sejumlah kecil peserta trainee yang berhasil naik ke panggung. Dan yang menanti mereka setelahnya adalah industri yang sudah memiliki terlalu banyak bintang.

Selain itu, Rob Schwartz juga mengungkapkan: “Kontrol perusahaan manajemen artis dan budaya lingkaran penggemar adalah dua sumber utama tekanan pada bintang Korea.”

Pertama, pendatang baru di Korea terikat oleh apa yang disebut “kontrak budak”. Sebaliknya, itu adalah perjanjian eksklusivitas jangka panjang yang membuat artis tidak memiliki kendali atas jadwal atau kompensasi finansial mereka. Meskipun ada beberapa kasus dalam beberapa tahun terakhir bintang K-pop memenangkan tuntutan hukum dan keluar dari kontrak yang tidak masuk akal, Schwartz percaya bahwa hubungan antara kedua pihak tidak berubah secara mendasar.

Kedua, fandom yang diperbanyak dengan aktifnya media sosial Korea Selatan terkadang menjadi pedang bermata dua. Schwartz berkata, “Dibandingkan dengan negara lain, Korea Selatan memiliki standar moral yang sangat ketat untuk selebriti.” Di sisi lain, setiap gerakan selebritas diawasi. “Penggemar menempatkan artis di bawah mikroskop.” Begitu ada sedikit penyimpangan dalam perkataan dan perbuatan sang bintang, dia akan diserang habis- habisan dan merasakan banyak tekanan, yang akan menyebabkan masalah kesehatan mental. (zzr)