Korea Utara Bersiap Meluncurkan Satelit Intelijen untuk yang Pertama Kalinya

NTD

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menginspeksi satelit intelijen yang pertama kalinya dimiliki negara tersebut pada  16 Mei. Ia juga disebutkan menyetujui “rencana operasi satelit di masa depan”, demikian dilaporkan media resmi Korea Utara pada 17 Mei.

Mengutip Korean Central News Agency (KCNA), Kantor Berita Central News Agency melaporkan bahwa Kim Jong Un bertemu dengan komite persiapan peluncuran satelit non-permanen sebelum inspeksi pada 16 Mei.

Menurut sebuah laporan pada 18 April, Kim Jong-un mengatakan bahwa satelit tersebut telah dibangun dan disetujui untuk diluncurkan, demikian menurut AFP. 

Laporan ini muncul hanya beberapa hari setelah Korea Utara mengklaim telah meluncurkan rudal balistik antarbenua berbahan bakar padat, yang menandakan terobosan besar dalam program senjata terlarang di negara itu.

Para analis mengatakan bahwa banyak teknologi yang tumpang tindih antara pengembangan ICBM dan kemampuan peluncuran luar angkasa.

Kim Jong-un menuduh AS dan Korea Selatan meningkatkan apa yang ia sebut sebagai “langkah konfrontatif” terhadap Korea Utara, dan mengatakan bahwa negaranya akan menggunakan haknya untuk membela diri. 

Korean Central News Agency (KCNA) melaporkan bahwa Kim Jong-un kemudian “menyetujui rencana aksi masa depan Komite Persiapan”.

Pengembangan satelit intelijen militer ini adalah salah satu rencana pertahanan utama Kim Jong-un yang diuraikan untuk tahun 2021.

Pada  Desember tahun lalu, Korea Utara mengatakan bahwa mereka telah melakukan “uji coba terakhir yang penting” untuk pengembangan satelit mata-mata dan akan menyelesaikan pengembangannya pada April ini. 

Pada saat itu, para ahli Korea Selatan dengan cepat mempertanyakan hasilnya, dengan mengatakan bahwa gambar hitam putih yang dirilis oleh Korea Utara memiliki kualitas yang buruk; gambar-gambar tersebut diduga diambil dari satelit.

Pyongyang belum menyebutkan tanggal peluncurannya, tetapi Kim Jong-un mengatakan pada bulan lalu bahwa satelit itu akan diluncurkan pada “tanggal yang direncanakan”.

Para analis percaya bahwa Korea Utara akan kesulitan untuk melakukan pengintaian satelit sendiri tanpa bantuan teknologi tinggi dari Tiongkok atau Rusia.

Namun demikian, Yang Moo-Jin, seorang profesor di North Korean University College di Seoul, mengatakan kepada AFP pada bulan lalu bahwa “pengintaian satelit Korea Utara merupakan ancaman serius bagi Korea Selatan karena hal itu merupakan bagian penting dari serangan nuklir pre-emptive”.

Amerika Serikat dan Korea Selatan telah meningkatkan kerja sama pertahanan dalam menanggapi perkembangan ini, dan menggelar latihan militer bersama dengan jet tempur canggih dan peralatan strategis AS. Korea Utara melihat latihan ini sebagai latihan pra-invasi, menyebutnya “gila” dan “simulasi perang skala penuh (melawan Korea Utara).” (Hui)