Mantan Komandan Sekutu NATO : Perilaku Provokatif Kapal Perang Tiongkok dapat Menyebabkan Perang

oleh Li Zhaoxi

Selama akhir pekan yang baru lalu, sebuah kapal perang Tiongkok mencegat kapal perusak Angkatan Laut Amerika Serikat di Selat Taiwan yang nyaris menimbulkan tabrakan. James Stavridis, seorang pensiunan Laksamana Angkatan Laut AS dan mantan Panglima Tertinggi Sekutu NATO memperingatkan, bahwa insiden semacam itu dapat memicu terjadi konflik senjata.

Sebuah video yang dirilis media Kanada “Global News” dan dibagikan secara luas di media sosial menunjukkan, bahwa sebuah kapal perang Tiongkok melaju dengan cepat melewati kapal perusak Angkatan Laut AS, memaksa kapal AS itu segera mengurangi kecepatan laju kapal untuk menghindari tabrakan.

Pada 3 Juni, kapal perusak AS USS Chung-Hoon dan fregat Kanada HMCS Montreal sedang melakukan latihan navigasi bersama di Selat Taiwan. AS dan sekutunya secara teratur berlayar melewati jalur tersebut untuk menggarisbawahi argumen bahwa perairan itu bersifat internasional.

James Stavridis membagikan video antara kapal perang Tiongkok dengan AS yang “nyaris berciuman” itu lewat akun Twitter, dan mengecam angkatan laut Tiongkok (PLA). 

“Jantung saya hampir copot melihat adegan dalam video ini. Perilaku Angkatan Laut Tiongkok sangat tidak profesional dan bersifat provokatif. Perang sering dimulai dengan insiden semacam ini”, tulis Stavridis. “Angkatan Laut Tiongkok tidak tahu malu”.

Laporan Komando Pasifik AS menyebutkan bahwa dalam pelayaran 3 Juni itu, kapal perusak peluru kendali Tiongkok menyusul dari sebelah kiri dan kemudian memotong jalur pelayaran USS Chung-Hoon pada jarak 150 yard (setara 140 meter). Menurut Komando Pasifik AS, USS Chung-Hoon tetap mempertahankan jalurnya tetapi segera mengurangi kecepatannya menjadi 10 knot “untuk menghindari tabrakan”. Disebutkan juga bahwa kapal perang Tiongkok kemudian mengulangi lagi pemotong jalur USS Chung-Hoon dari kanan ke kiri pada jarak 2.000 yard (setara 1.800 meter).

Kapal perang Tiongkok tidak berusaha mengambil tindakan serupa terhadap fregat Kanada yang saat itu berada di belakang kapal perusak AS.

Komando Pasifik AS mengatakan bahwa tindakan provokatif kapal perang Tiongkok dari jarak dekat melanggar aturan lalu lintas pelayaran yang aman di perairan internasional. Ia menambahkan bahwa pasukan AS terbang, berlayar, dan beroperasi dengan aman dan bertanggung jawab dimanapun hukum internasional mengizinkan.

Dengan situasi di Selat Taiwan yang sudah sangat mencekam, insiden terbaru ini telah menimbulkan kekhawatiran masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya hal yang tidak diinginkan di tengah ketegangan yang sudah tinggi di Selat Taiwan, yang dapat menyebabkan peningkatan ketegangan hubungan militer antara kedua negara.

Pada hari kejadian, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan Menteri Pertahanan Tiongkok Li Shangfu menghadiri konferensi pertahanan tahunan di Hotel Shangri-La, Singapura. Pada KTT tersebut, Austin menuduh Tiongkok menolak untuk mengadakan diskusi militer dan mengatakan Washington tidak akan mundur dari “intimidasi atau paksaan” Tiongkok dan akan terus berlayar dan terbang secara teratur pada perairan internasional Selat Taiwan dan Laut Tiongkok Selatan.

Pada 4 Juni, Li Shangfu mengakui bahwa perang antara Tiongkok – Amerika Serikat merupakan “bencana yang sulit ditanggung dunia”, dan menekankan bahwa kedua belah pihak perlu memperbaiki hubungan yang saat ini sedang berada “pada titik terendah dalam sejarah”.

Dia mengatakan : “Sejarah telah membuktikan berkali-kali bahwa Tiongkok dan Amerika Serikat akan memperoleh manfaat dari kerja sama, sebaliknya mendapat bencana dari konfrontasi”. Dia juga mengklaim bahwa Tiongkok sedang berusaha untuk mengembangkan hubungan negara besar jenis baru dengan Amerika Serikat, dan Amerika Serikat perlu  menunjukkan ketulusannya.

Pada 4 Juni, Anggota DPR-AS dari Partai Republik dan Ketua Komite Intelijen DPR, Mike Turner mengecam Beijing yang terus berusaha meningkatkan rasa permusuhan militer.

“Apa yang kita lihat adalah konfrontasi luar biasa yang dilakukan PKT”, kata Turner kepada ABC’s dalam program TV “This Week”. Itu terlihat dari kasus-kasus seperti balon mata-mata, kantor polisi Tiongkok hingga pelanggaran terhadap pesawat dan kapal Amerika Serikat di perairan internasional.

Turner menegaskan : “Mereka mencoba untuk memamerkan otot mereka dan mengedepankan otoritarianisme. Karena itu sikap kita harus teguh. Pemerintahan ini perlu bersikap tegas terhadap paksaan ini.” (sin)