Kematian Akibat Kelaparan  di Korea Utara Dilaporkan Naik Tiga Kali Lipat

 Aldgra Fredly – The Epoch Times

Kematian akibat kelaparan di Korea Utara meningkat tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu, menurut badan intelijen Korea Selatan. Terlepas dari situasi yang mengerikan ini, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un diyakini memiliki berat badan sekitar 136 kilogram.

Yoo Sang-bum, sekretaris eksekutif Komite Intelijen Parlemen, mengatakan bahwa harga jagung dan beras di Korea Utara telah meningkat sebesar 60 persen dan 30 persen tahun ini, demikian dilaporkan The Korean Herald.

Anggota parlemen Korea Selatan mengatakan kepada para wartawan pada tanggal 31 Mei Jumlah kriminalitas di Korea Utara juga telah meningkat tiga kali lipat, dan jumlah kematian akibat bunuh diri telah meningkat sebesar 40 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Yoo mengatakan bahwa Kim mungkin memiliki gangguan tidur dan terlibat dalam “konsumsi alkohol dan tembakau yang berlebihan,” karena Badan Intelijen Nasional (NIS) menemukan bahwa pihak berwenang Korea Utara telah “menimbun” obat insomnia, minuman keras, dan rokok.

“Berdasarkan fakta bahwa pihak berwenang Korea Utara telah secara aktif mengumpulkan informasi medis terbaru, termasuk obat-obatan seperti zolpidem, untuk pengobatan insomnia pada pejabat tinggi di luar negeri pada bulan April, NIS memperkirakan Ketua Kim menderita gangguan tidur yang signifikan,” ujar Yoo.

Yoo mengatakan bahwa Kim terlihat lelah saat tampil di depan umum pada tanggal 16 Mei, “dengan lingkaran hitam yang terlihat jelas di bawah matanya,” meskipun analisis foto-foto terbarunya menunjukkan bahwa berat badan pemimpin Korea Utara itu sekitar 136 kilogram.

NIS juga menilai bahwa Kim terlihat memiliki bekas luka dan memar di pergelangan tangan dan lengannya, yang diyakini disebabkan oleh alergi dan dermatitis.

Yoo menambahkan : “Sejak akhir tahun lalu, goresan dan memar terus menerus terlihat di tangan dan lengan Ketua Kim, yang diduga merupakan kombinasi dari alergi dan dermatitis yang disebabkan oleh stres.”

Pada bulan Agustus 2022, Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol menawarkan keuntungan ekonomi kepada Korea Utara sebagai imbalan atas langkah denuklirisasi, namun tawaran tersebut ditolak oleh rezim Korea Utara.

Kim mengatakan tidak akan ada pembicaraan denuklirisasi, negosiasi, atau “tawar-menawar” dalam proses tersebut. Negara itu mengadopsi doktrin nuklir penggunaan pertama pada 8 September 2022, yang menurut Kim akan membuat status Korea Utara sebagai negara dengan senjata nuklir “tidak dapat diubah.”

Pelanggaran Hak Asasi Manusia Korea Utara yang ‘Mengerikan’

Korea Utara adalah negara dengan satu partai di bawah kepemimpinan Kim. Kebebasan dasar dirampas dari 24 juta penduduknya, dengan lebih dari setengahnya hidup dalam kemiskinan ekstrem dan mengalami penganiayaan dalam bentuk eksekusi mati, pemenjaraan yang salah, penghilangan paksa, dan kerja paksa.

Korea Selatan menerbitkan laporan setebal 445 halaman yang merinci pelanggaran hak asasi manusia yang “mengerikan” di Korea Utara, yang disusun berdasarkan kesaksian 508 pembelot Korea Utara antara tahun 2017 dan 2022.

Menurut laporan tersebut, enam remaja ditembak mati oleh pihak berwenang Korea Utara pada tahun 2015 setelah ketahuan menonton video Korea Selatan dan menghisap opium. Pada tahun 2020, Korea Utara secara terbuka mengeksekusi seorang pria karena mendistribusikan video Korea Selatan.

Laporan ini juga merinci eksperimen manusia yang tidak etis yang dilakukan oleh pihak berwenang Korea Utara, terhadap orang-orang dengan cacat fisik atau kondisi kejiwaan yang tidak mampu memberikan persetujuan.

Para pembelot menuduh bahwa para pejabat Korea Utara, memeras keluarga untuk mengizinkan anggota keluarga mereka menjadi subjek uji coba manusia atau menghadapi penahanan di kamp-kamp penjara jika mereka menolak untuk mematuhinya.

Korea Utara melakukan serangkaian peluncuran rudal tahun ini, termasuk satu peluncuran rudal balistik antarbenua berbahan bakar padat, Hwasong-18, yang semuanya dilarang berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB tentang program rudal Korea Utara.

Amerika Serikat tetap bersikeras untuk melakukan “pembicaraan langsung” dengan Korea Utara tanpa prasyarat demi solusi diplomatik, tetapi Korea Utara menolak upaya ini. (asr)