Analisis : Mengapa Xi Jinping Tidak Akan Menyerang Taiwan

NTD

Dengan meningkatnya ketegangan dalam hubungan AS – Tiongkok dan terus memanasnya situasi di Selat Taiwan telah menimbulkan kekhawatiran di komunitas internasional. Namun, analisis para cendekiawan menyimpulkan bahwa Xi Jinping tidak akan menyerang Taiwan, karena perang di Selat Taiwan dapat menyebabkan runtuhnya rezim PKT, dan Xi Jinping tidak akan berani mengambil risiko itu.

Chen Jiayu : Perang dapat menyebabkan runtuhnya rezim PKT

Profesor keuangan AS Chen Jiayu memposting artikel panjangnya di Twitter pada 5 Juni, menjelaskan mengenai mengapa Xi Jinping tidak akan menyerang Taiwan. Artikel tersebut menyebutkan bahwa “Nineteen Eighty-Four” karya George Orwell menyebutkan tiga alasan mengapa pemerintahan totaliter akan menghadapi keruntuhan. Yang pertama adalah perang, yang kedua adalah kelaparan, dan yang ketiga adalah para pemimpinnya melunak sehingga tidak dapat menekan rakyat yang memberontak dengan tangan besinya.

Chen Jiayu berpendapat bahwa di dunia teknologi saat ini, kelaparan bukan lagi alasan kegagalan pemerintahan totaliter, lihat saja Korea Utara. Selama negara-negara Barat masih memiliki teknologi untuk memproduksi makanan dalam jumlah besar, negara-negara totaliter saling berkolusi untuk saling mendukung, dan kelas penguasa tahu bagaimana memeras orang Barat yang bermaksud baik secara emosional, sehingga kelas penguasa tidak akan mati kelaparan. “Kelaparan hanya akan menjadi bencana manusia, bukan alasan kejatuhan diktator”.

Dia mengatakan bahwa satu-satunya alasan untuk jatuhnya Partai Komunis Tiongkok adalah perang dan melunaknya pemimpin. Tapi setelah pembantaian Lapangan Tiananmen 4 Juni, semua rakyat Tiongkok tahu bahwa demi mempertahankan kekuasaan, pemerintah Tiongkok tidak akan memiliki garis bawah dalam membunuh rakyatnya.

Sekjen PKT Xi Jinping pernah mengatakan bahwa ketika Partai Komunis Uni Soviet jatuh, ada begitu banyak orang tetapi tidak satu pun dari mereka yang menunjukkan sifat kejantanan. Chen Jiayu percaya bahwa Generasi Merah Kedua yang dipimpin oleh Xi Jinping sangat menyadari konsekuensi dari melunaknya kediktatoran. 

“Kami sama sekali tidak melihat kemungkinan dari generasi pemimpin Partai Komunis Tiongkok ini yang memiliki kepribadian seperti Chiang Ching-kuo (putra Chiang Kai-shek)”.

“Oleh karena itu, reaksi dan protes warga masyarakat atas kebijakan pemerintah dalam pencegahan epidemi ekstrem, atau semua suara ketidakpuasan yang disampaikan oleh masyarakat Tiongkok pasti akan mendapat tekanan tangan besi. Contoh kasus menghukum seseorang untuk memperingatkan orang lain hanya akan dilakukan dengan cara yang semakin kuat”, ujarnya. 

Chen Jiayu juga mengatakan bahwa teknologi telah dijadikan sebagai senjata ampuh oleh Partai Komunis Tiongkok untuk mengendalikan rakyat. Sepanjang tekad Xi Jinping dalam melakukan kehendak dirinya tetap kuat atau tidak melunak, pemberontakan tidak akan terjadi.

Sekarang banyak orang Tionghoa anti komunis berharap setelah ekonomi Tiongkok terpuruk dan kehidupan rakyatnya dalam kesulitan, maka akan muncul tentara revolusioner seperti Zhang Xianzhong. Tapi Chen Jiayu mengatakan : “Itu pandangan yang terlalu naif. Karena selama kaum penguasa hidup dengan baik, revolusi atau pemberontakan rakyat tidak akan terjadi di Tiongkok”.

Dia menyimpulkan : “Satu-satunya alasan jatuhnya rezim Partai Komunis Tiongkok adalah terlibat dalam peperangan”. Tetapi karena terlalu banyak variabel dalam perang yang tidak dapat dikendalikan PKT. Sehingga dapat disimpulkan dalam situasi normal Xi Jinping tidak memiliki alasan untuk menyerang Taiwan.

Analisis : PKT dapat menggunakan kekerasan terhadap Taiwan dalam 2 situasi

Chen Jiayu percaya bahwa PKT akan menggunakan kekerasan terhadap Taiwan hanya jika ada dua situasi yang tidak terduga. “Salah satunya adalah bahwa Amerika Serikat menyatakan mundur dan tidak lagi memberikan bantuan keamanan di Pasifik Barat. Kedua adalah Taiwan telah membuat dirinya “terlalu mudah untuk dicaplok pihak lain”, yang akan membuat Xi Jinping merasa malu kalau tidak memerintahkan pencaplokan”.

Menurut analisis Chen Jiayu, saat ini suara anti-PKT dari bipartai di Amerika Serikat sedang tinggi, “Jadi Partai Komunis Tiongkok tahu benar bagaimana sikap Amerika Serikat. Ia tidak akan salah menilai, mengirim pasukan secara sembrono yang mengakibatkan runtuhnya rezim sendiri”.

Dia mengingatkan bahwa selama Taiwan tidak menjadikan dirinya sebagai mangsa empuk bagi PKT, tidak akan ada perang di Selat Taiwan. Dia juga menegaskan bahwa ini juga alasan mengapa pemilihan presiden Taiwan kali ini cukup penting, “Selama Taiwan memperkuat perlindungan diri dan tetap teguh dalam tekadnya untuk menentang Partai Komunis Tiongkok, maka Selat Taiwan akan aman-aman saja”.

Zhang Tianliang : 6 alasan mengapa PKT tidak akan menyerang Taiwan

Hubungan AS – Tiongkok akhir-akhir ini terus memburuk, insiden tindakan konfrontatif antara jet tempur dan kapal perang kedua belah pihak di Laut Tiongkok Selatan dan Selat Taiwan semakin sering terjadi, yang menimbulkan kekhawatiran tentang situasi di Selat Taiwan. Pada 2 Juni, Zhang Tianliang, seorang wakil dosen dari Fei Tian College menghadiri sebuah simposium tentang “Bagaimana Taiwan dapat menanggapi tantangan internasional dengan keunggulan soft power” yang diadakan di Taiwan. Di sana ia berbicara tentang 6 alasan mengapa PKT tidak akan menyerang Taiwan.

Alasan pertama adalah karena keluarga dan kerabat pejabat senior PKT semua menyembunyikan kekayaan mereka dalam jumlah besar di luar negeri. Begitu PKT menyerang Taiwan, Amerika Serikat dapat membekukan aset pejabat PKT ini.

Pada bulan Februari tahun ini, anggota parlemen AS mengusulkan “Undang-Undang Pencegahan Konflik Taiwan tahun 2023” (Taiwan Conflict Deterrence Act of 2023) yang isinya akan mempublikasikan hingga pemberlakuan sanksi pembekuan terhadap kekayaan pejabat PKT yang paling berkuasa, pasangannya dan keluarga mereka begitu militer Tiongkok menginvasi Taiwan.

“Ini akan menjadi pukulan telak bagi pejabat PKT”, kata Zhang. Oleh karena itu, pejabat PKT tidak akan mengizinkan Xi Jinping menyerang Taiwan.

Dia mengungkapkan bahwa salah satu indikator untuk mengetahui apakah PKT akan menyerang Taiwan atau tidak, bisa dilihat dari apakah para bini muda pejabat senior PKT menarik aset mereka dari negara lain dalam jumlah besar. “Jika Anda tidak melihat penarikan aset besar-besaran dari Eropa, Amerika Serikat, Australia, atau Jepang, berarti Xi Jinping tidak akan menyerang Taiwan”.

Alasan kedua adalah PKT sangat bergantung pada teknologi Eropa dan Amerika Serikat. Meskipun Tiongkok adalah negara manufaktur besar, tetapi ia bukanlah negara yang kuat, karena hampir semua teknologi utama ada dalam genggaman tangan negara lain. PKT sangat bergantung pada teknologi Eropa dan Amerika Serikat, begitu Eropa dan Amerika Serikat tidak mendukungnya, maka “teknologi Tiongkok bisa hancur.”

Alasan ketiga adalah sanksi dapat menghancurkan ekonomi Tiongkok. Zhang Tianliang mengatakan bahwa jika PKT menyerang Taiwan, berbagai sanksi ekonomi akan dijatuhkan, dan ekonomi Tiongkok bisa langsung runtuh. Jika PKT kehabisan dana, sistem pemeliharaan stabilitasnya juga akan berhenti berfungsi, dan ia tidak akan mampu lagi untuk melakukan penekanan tangan besi terhadap protes warga sipil yang jumlahnya semakin besar.

Alasan keempat adalah masalah keamanan kekuasaan Xi Jinping. Zhang Tianliang menjelaskan bahwa jika PKT ingin menyerang Taiwan, itu berarti perlu menyerahkan senjata dan perlengkapan tercanggih serta komando tentara kepada militer atau jenderal PKT tertentu, yang bisa jadi membahayakan keamanan kekuasaan pribadi Xi Jinping.

Alasan kelima ini yang paling serius, yaitu Xi Jinping tidak mungkin memenangkan perang. Zhang Tianliang mengatakan bahwa semua latihan perang saat ini menunjukkan bahwa PKT pada akhirnya akan kalah berperang, karena mereka memprediksikan pasukan Tiongkok yang memiliki efektivitas tempur lebih kuat ketimbang musuh-musuhnya.

“Ketika semua faktor tersebut digabungkan, Anda akan menemukan bahwa Xi Jinping sekarang telah menyadari bahwa dia tidak dapat menang melawan Taiwan”. Kata Zhang.

Alasan keenam adalah karakteristik kepribadian Xi Jinping juga ikut menentukan. Xi Jinping tidak akan mengambil risiko itu.

Nie Weiping, seorang kawan baik Xi Jinping dalam bukunya yang berjudul “Life of Go” (Kehidupan ala Igo) yang menceritakan sebuah kisah bagaimana 3 sekawanan muda yaitu dirinya, Xi Jinping, dan Liu Weiping adu jotos melawan pemuda dari “fraksi pemberontak” selama periode Revolusi Kebudayaan. Setelah melihat bahwa jumlah lawan ternyata lebih banyak dan mereka pun lebih siap, maka Xi Jinping langsung kabur. Membuat Liu Weiping yang babak belur dan mengalami gegar otak lantaran ia tidak bisa berlari kencang. Zhang Tianliang menjelaskan bahwa cerita ini menunjukkan bahwa tampaknya Xi Jinping akan memilih berkompromi atau melarikan diri ketika mengetahui kalau musuh lebih tangguh darinya.

Zhang Tianliang mengatakan bahwa masalah Taiwan tidak ada kaitannya dengan urusan reunifikasi dan kemerdekaan, itu hanya alasan yang dibuat-buat oleh Xi Jinping untuk mencaplok Taiwan, tetapi sangat berkaitan dengan demokrasi dan kebebasan yang ada di Taiwan.  Itulah satu-satunya alasan Xi Jinping ingin menyerang Taiwan. “Karena bagi PKT, keberadaan Taiwan yang demokratis bertentangan dengan tirani dan sifat jahat yang dimiliki PKT.” (sin)