Mantan Kolonel Marinir AS : Tiongkok Paksa AS dan Sekutunya Menyingkir, Bersiap Blokade Taiwan

Hannah Ng dan Tiffany Meier

Rezim di Tiongkok sedang berusaha untuk memaksa Amerika Serikat dan sekutunya keluar dari kawasan itu dan mempersiapkan blokade terhadap Taiwan, demikian menurut Grant Newsham, pensiunan kolonel Marinir A.S. dan penulis buku “When China Attacks.”

Komando Indo-Pasifik A.S. baru-baru ini menuduh Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok melakukan manuver angkatan laut yang berbahaya pada 3 Juni lalu, saat mencegat kapal perusak Amerika Serikat USS Chung-Hoon di Selat Taiwan.

Menurut militer AS, Chung-Hoon sedang melakukan “transit rutin dari selatan ke utara Selat Taiwan” bersama kapal fregat Kanada HMCS Montréal ketika insiden itu terjadi.

Disebutkan bahwa sebuah kapal perang Tiongkok menyalip Chung-Hoon dan melintasi haluannya pada jarak 150 meter, memaksa kapal AS untuk mengurangi kecepatannya untuk menghindari tabrakan.

“Titik terdekat pendekatan [kapal Tiongkok] LY 132 adalah 150 meter, dan tindakannya melanggar ‘Aturan Jalan’ maritim untuk melintas dengan aman di perairan internasional,” ungkap Komando Indo-Pasifik A.S.

Tiongkok “mengirimkan pesan yang sangat jelas untuk kesekian kalinya bahwa mereka menganggap Laut Tiongkok Selatan, Selat Taiwan, dan perairan di sekitarnya sebagai wilayah Tiongkok,” ungkap Newsham dalam acara “China in Focus” NTD.

“Dan mereka secara bertahap mengunci kendali atas perairan ini dan melakukannya sedikit demi sedikit.”

Dalam insiden lain, sebuah jet tempur Tiongkok secara agresif mencegat pesawat AS bulan lalu, mempertaruhkan nyawa awaknya dan meningkatkan ketegangan antara kedua negara.

Seorang pilot pesawat tempur J-16 “melakukan manuver agresif yang tidak perlu” terhadap pesawat pengintai RC-135 AS pada tanggal 26 Mei, demikian menurut sebuah pernyataan yang dirilis oleh pejabat militer AS pada tanggal 30 Mei.

Komando Indo-Pasifik merilis video insiden tersebut, di mana pilot Tiongkok secara agresif memotong hidung pesawat AS, memaksanya untuk terbang melalui turbulensi pesawat yang lebih kecil.

Newsham, yang juga merupakan kontributor Epoch Times mengatakan “Ini adalah Tiongkok yang mengejar tujuannya, yaitu untuk menegaskan kontrol mutlak atas perairan yang berada di sekitar Tiongkok dan untuk mencegah orang-orang Amerika keluar dan mencegah semua orang keluar kecuali mereka masuk atas keinginan Tiongkok.”

“Tiongkok benar-benar menetapkan aturan untuk wilayah ini, dan melakukan apa pun yang mereka bisa untuk memperketat kontrol. Dan, Anda akan melihat hal ini selama bertahun-tahun, dan Anda akan melihat kemampuan Tiongkok untuk menegakkan hal ini secara bertahap menguat. Dan suatu hari nanti, mereka akan mengatakan ‘Jangan masuk’.

“Tapi ini adalah proses yang bertahap. Itulah yang dilakukan Tiongkok, mereka mengklaim sesuatu yang mereka inginkan. Dan kemudian mereka memperkuatnya, dan kemudian mereka benar-benar mengendalikannya. Dan kita melihat proses ini sedang berlangsung.”

Point of No Return

Ketika Amerika Serikat terus berusaha untuk membangun kembali komunikasi normal dengan Partai Komunis Tiongkok (PKT) setelah insiden balon mata-mata Tiongkok pada bulan Februari, Newsham mengatakan bahwa pemerintah AS tidak menyadari permainan yang dimainkan Tiongkok.

“Orang Amerika tampaknya tidak menyadari bahwa itulah tujuan Tiongkok, mereka tidak ingin mempercayainya. Dan gagasannya adalah, ‘Baiklah, jika kita terus masuk, Tiongkok akan mengerti bahwa kita serius. Dan jika kita berbicara dengan mereka, mereka pun akan mengerti bahwa apa yang mereka lakukan itu salah. Ini bukan cara permainannya. Ini bukan cara negara beradab berperilaku.”

“Tampaknya ada kurangnya pemahaman bahwa Tiongkok memiliki perspektif yang sangat berbeda tentang bagaimana hukum internasional, kebiasaan dan praktik internasional bekerja. Dan mereka melihatnya dengan sangat berbeda dari kita, dan Anda harus menyadari hal itu. Jadi, jika Anda mencoba memikirkan beberapa cara untuk menghadapinya, itu tidak akan berhasil dengan mencoba meyakinkan Tiongkok bahwa cara kita dan Barat serta negara-negara beradab melakukan berbagai hal adalah cara yang benar. Mereka tidak melihatnya seperti itu.”

Newsham menyoroti pernyataan baru-baru ini dari Penasihat Negara dan Menteri Pertahanan Tiongkok, Jenderal Li Shangfu.

Li mengatakan bahwa militer Tiongkok akan menyerang “tanpa ragu-ragu” negara manapun yang berani memisahkannya dari Taiwan. Komentar tersebut disampaikan dalam sebuah pidato tentang “Inisiatif Keamanan Baru Tiongkok” di Shangri-La Dialogue di Singapura pada akhir pekan lalu.

“Anda harus mempercayai kata-kata orang Tiongkok, dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh menteri pertahanan, dan dia tidak mengada-ada. Ini adalah pernyataan yang sangat jelas dan tegas bahwa Tiongkok bersedia menggunakan kekuatan. Jadi sebaiknya Anda menanggapinya dengan serius.”

Bagi, Newsham   tujuan Tiongkok sangat jelas, dan jika mereka tidak ditantang dan jika kita tidak berhenti membantu dan bersekongkol dengan apa yang dilakukan Tiongkok, maka  kita akan mendapati bahwa kita berada di titik tanpa harapan. Ini mungkin di mana kita tidak memiliki kekuatan atau kemampuan [secara fisik] atau psikologis untuk melawan. Newsham berpikir kita sedang menuju ke arah sana.”

Melanie Sun, Andrew Thornebrooke, dan Katabella Roberts berkontribusi dalam laporan ini.