Xi Jinping Khawatir dengan Temuan Banyak “Pejabat Telanjang” PKT yang Ingin “Pindah Kapal”

oleh Luo Tingting

Belakangan ini Xi Jinping semakin sering mengatakan bahwa PKT yang diibaratkan sebagai sebuah kapal saat ini sedang berlayar di “laut yang bergelora hebat”. Hal mana menunjukkan kekhawatiran dirinya terhadap keamanan rezim. Xi pernah mengungkapkan bahwa ada sejumlah besar pejabat PKT memilih jadi “pejabat telanjang”, dengan memindahkan anggota keluarga dan asetnya ke luar negeri, agar ia sewaktu-waktu pun dapat “pindah kapal”, alias meninggalkan Tiongkok.

Dalam pertemuan Dewan Keamanan Nasional pada 30 Mei, Xi Jinping kembali memperingatkan bahwa PKT sedang menghadapi masalah keamanan nasional yang jauh lebih kompleks dan sulit, dan harus bersiap menghadapi terpaan angin kencang, bahkan hantaman gelombang yang besar.

Ini bukan pertama kalinya Xi Jinping menyebut istilah hantaman gelombang besar dalam pidato atau pertemuan. Pada awal Desember 2018, Xi Jinping mengatakan istilah tersebut saat  memperingati 40 tahun reformasi dan keterbukaan. Tidak kurang dari 10 kali dalam 5 tahun terakhir ia mengucapkannya. Dulu masih sekali-kali menggunakan istilah itu, tetapi belakangan semakin sering keluar dari mulutnya.

Dalam hal ini, komentator politik Yue Shan dalam tulisannya yang dikirim ke media Epoch Times menyebutkan, bahwa itu merupakan tanda-tanda Xi Jinping kian merasakan tekanan terhadap runtuhnya Partai Komunis Tiongkok yang ia pimpin.

Yue Shan percaya bahwa Xi Jinping rupanya seorang pemimpin Partai Komunis Tiongkok yang paling merasakan bakal ketiban sial karena runtuhnya partai. Peringatannya pada pertemuan Dewan Keamanan Nasional baru-baru ini hampir tidak dapat dikatakan karena dorongan “emosional”. Tetapi itu lebih seperti peringatan kepada anggota partai yang sama-sama berada dalam sebuah perahu rusak, yang terpaksa harus mengatakan bahwa “badai besar segera tiba, perahu kita bisa terbalik”.

Selama 70 tahun terakhir sejak PKT merebut kekuasaan dari Republik Tiongkok dan mendirikan Republik Rakyat Tiongkok, ia telah meluncurkan berbagai bentuk kampanye untuk menindas rakyat secara brutal, dan menyebabkan puluhan juta rakyat Tiongkok tewas secara tidak normal. Terutama selama 3 tahun lockdown ekstrem epidemi, banyak warga yang mati kelaparan, bunuh diri, melompat dari gedung, pertumbuhan ekonomi merosot tajam. Protes rakyat membesar karena hampir tidak ada jalan keluar dalam mempertahankan hidup. Tingginya level konflik sosial ini dapat meletus sewaktu-waktu tanpa peringatan.

Sebelum Kongres Nasional ke-20 pada Oktober 2022, spanduk-spanduk panjang terpasang di Jembatan Sitong, Beijing yang bertuliskan : “Butuh makan tidak butuh asam nukleat, butuh kebebasan tidak butuh pengendalian, Butuh martabat tidak butuh kebohongan, Butuh reformasi tidak butuh revolusi kebudayaan, Butuh pemilu tidak butuh pemimpin yang ditunjuk, Butuh jadi warga negara tidak butuh jadi budak”. Sedangkan spanduk lainnya bertuliskan : “Lengserkan Xi Jinping”.

Selanjutnya, api protes merembet hingga munculnya “Gerakan Kertas Putih” yang menentang lockdown, para pengunjuk rasa mengisyaratkan supaya PKT mundur ! Xi Jinping mundur ! yang membuat para pemimpin puncak PKT merasa cemas. Setelah “Gerakan Kertas Putih” itu, pihak berwenang tiba-tiba mencabut kebijakan lockdown dan melonggarkan kontrol sepenuhnya.

Namun, kebijakan lockdown ekstrem itu telah menyebabkan depresi ekonomi dan krisis keuangan Tiongkok yang sangat parah, dan menjadi desakan bagi otoritas Tiongkok untuk mengurangi pengeluaran dan membatasi pembayaran tunjangan kesehatan dan pensiunan masyarakat. Hal itu juga ikut membakar emosi puluhan ribu pensiunan yang terpaksa turun ke jalan untuk bergabung dalam protes yang dinamakan “Gerakan Rambut Putih”.

Menjelang “4 Juni” tahun ini, yakni 3 Juni 2023 di bawah pengawasan ketat PKT, tetap saja muncul insiden seorang wanita muda yang naik ke Menara Linglong di luar stadion Gedung Sarang Burung, Beijing menjelang penyelenggaraan konser “Mayday”, dan sedang berjubel anak-anak muda yang ingin menyaksikan pertunjukkan. Wanita di atas menara tersebut sambil mengibarkan spanduk yang terdapat bendera AS, ia juga menebarkan sejumlah selebaran yang isinya menyerukan kepada rekan senegara untuk berjuang demi kebebasan dan demokrasi.

Dalam beberapa bulan terakhir, banyak warga negara Tiongkok telah menempuh jalan ilegal untuk masuk Amerika Serikat gara-gara keputusasaan untuk hidup di Tiongkok dan tekad kuat demi melepaskan diri dari tirani PKT.

Faktanya, pejabat PKT yang memiliki kekayaan dan sumber daya paling banyak di Tiongkok diam-diam juga telah merencanakan untuk melarikan diri dari Tiongkok, mereka sudah siap untuk “pindah kapal”. Xi Jinping juga sangat jelas mengetahui hal ini.

Dalam Konferensi Kerja Ideologi Nasional yang diadakan pada 2013, Xi Jinping sudah menyinggung soal “pejabat telanjang” yang telah menjadi masalah serius dalam tubuh PKT. Dia mengatakan : “Beberapa orang (anggota partai dan kader) telah goyah keyakinannya. Itu terlihat dari mereka mengirim pasangan dan anak-anak mereka ke luar negeri, lalu menyimpan kekayaan mereka di luar negeri sebagai ‘jalan keluar’ untuk sewaktu-waktu ‘pindah kapal’ “

Pada November 2016, Chen Yongmiao, seorang konstitusionalis Tiongkok, mengungkapkan di media Hongkong bahwa elit tinggi PKT telah menyembunyikan “rencana menenggelamkan kapal” : Segera kabur setelah berhasil menguras kekayaan sosial yang tersisa ala “ambil telur dengan membunuh ayam”. Membiarkan warga kelas bawah dan generasi mendatang hidup dalam lingkungan alam yang rusak dan hati manusia yang berubah jahat. Seluruh masyarakat tidak lagi memiliki kohesi dan konsensus sosial, hidup dalam lingkungan moral yang terdegradasi.

Li Yanming, seorang pakar masalah Tiongkok dan komentator politik sebelumnya mengatakan kepada Epoch Times : “Media partai sendiri yang mengungkapkan bahwa pejabat PKT sudah tidak lagi percaya terhadap partai. Xi Jinping juga tahu bahwa banyak pejabat PKT siap ‘pindah kapal’, yang mencerminkan hari akhir dari PKT sudah dekat.” (sin)