Tidak Biasanya Xi Jinping Duduk Sendirian di Tengah Meja Pertemuan Delegasi Blinken dengan Wang Yi

oleh Li Chengyu

Meskipun Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam kunjungannya ke Beijing sempat ditemui oleh Xi Jinping dan berbincang-bincang, tetapi hanya berlangsung selama 35 menit. Dalam pertemuannya dengan Wang Yi, tidak seperti biasanya Xi Jinping juga hadir dan duduk sendirian di tengah meja pertemuan yang umumnya digunakan oleh delegasi dalam pembicaraan.

Pada 19 Juni pukul 16:30 waktu Beijing, Blinken dan Xi Jinping bertemu di Balai Agung Rakyat Beijing, yang menjadi perhatian publik.

Menurut Reuters, pertemuan tersebut hanya berlangsung selama 35 menit. Meski kedua belah pihak mengaku bersedia memanfaatkan saluran dialog dan menekankan pentingnya membangun dan memelihara saluran komunikasi, namun tidak satu pun pihak yang menunjukkan keseriusan dalam mengubah sikap garis keras terhadap isu-isu perang dagang, situasi di Selat Taiwan, hak asasi manusia di Tiongkok dan Hongkong, atau ekspansi militer Tiongkok dan lainnya.

Pernyataan publik yang dikeluarkan oleh masing-masing pihak usai pertemuan juga tidak menunjukkan adanya hal baru kecuali pernyataan sikap masing-masing terhadap beberapa masalah besar. Namun, pengaturan tempat duduk dalam pertemuan ini yang tidak biasanya telah menarik banyak perhatian dari media.

Saat itu, personel dari kedua pihak duduk berhadapan di belakang meja yang tengahnya dihiasi dengan tanaman bunga teratai, sedangkan Xi Jinping duduk sendirian di kursi di tengah barisan meja horizontal, sementara pejabat AS dan Tiongkok duduk dalam dua baris meja vertikal di kiri dan kanan Xi Jinping. Blinken dan Wang Yi, Direktur Kantor Urusan Luar Negeri Tiongkok, masing-masing duduk di dua baris vertikal pertama, di kursi yang paling dekat dengan Xi Jinping.

Pada Juni 2017, ketika Xi Jinping menemui para menteri luar negeri negara-negara BRICS di Balai Agung Rakyat Beijing, dia juga menerapkan pengaturan tempat duduk serupa ini. Xi Jinping duduk sendirian di kursi belakang meja horizontal, sementara pejabat PKT dan menteri luar negeri duduk di belakang meja pertemuan yang vertikal. Namun, ketika pertemuan individu dengan pejabat asing bukan kepala negara, pemimpin PKT biasanya akan mengatur pertemuan dengan duduk di sofa yang disusun dalam bentuk busur melingkar, dengan dua buah sofa di tengah adalah tempat duduk untuk pemimpin PKT dan pejabat asing dengan status tertinggi.

Terutama ketika pemimpin PKT menemui Menteri Luar Negeri AS di Balai Agung Rakyat, biasanya PKT akan mengadopsi duduk di sofa yang disebutkan di atas. Itu terlihat ketika Xi Jinping bertemu dengan Mike Pompeo pada tahun 2018, atau bertemu dengan Tillerson pada tahun 2017. Begitu pula ketika Hu Jintao bertemu dengan Hillary Clinton pada tahun 2012.

Pada 14 Juni 2018, Xi Jinping bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS saat itu Mike Pompeo di Balai Agung Rakyat Beijing, keduanya duduk di sofa tengah. (Andy Wong/AFP/Getty Images)

Pertemuan antara Xi Jinping dengan Blinken ini adalah pertama kalinya pemimpin PKT mengadopsi pengaturan tempat duduk yang “membedakan status”. Opini publik menduga bahwa itu tak lain adalah permainan trik Beijing yang ingin mengerdilkan AS.

Ketika Blinken tiba di bandara Beijing pada Minggu (18 Juni), pihak Tiongkok juga tidak menggelar karpet merah atau upacara penyambutan, melainkan hanya mengutus Yang Tao, Direktur Departemen Urusan Amerika Utara dan Oseania Kementerian Luar Negeri RRT untuk menjemputnya bersama duta besar AS untuk Tiongkok. Sehingga suasananya jauh dari meriah.

Setelah pertemuan antara Blinken dan Xi Jinping, Stasiun TV corong PKT “China Central Television” mengklaim bahwa dalam kesempatan itu Xi Jinping telah menyinggung soal konsensusnya yang dicapai antara dirinya dengan Presiden Joe Biden, dan meminta AS untuk tidak merugikan hak dan kepentingan sah Tiongkok. Sementara itu, katanya Blinken dalam pertemuan telah menyampaikan beberapa hal penting antara lain, Amerika Serikat akan mematuhi komitmen satu-Tiongkok, tidak mengupayakan perang dingin baru, tidak berupaya untuk mengubah sistem Tiongkok, tidak berupaya menentang Beijing dengan memperkuat aliansi, tidak mendukung kemerdekaan Taiwan, dan tidak berniat untuk berkonflik dengan Beijing.

Usai pertemuan itu, Kementerian Luar Negeri AS juga mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan bahwa Blinken telah menyampaikan kepada Xi Jinping kekhawatiran AS tentang “tindakan provokatif” yang dilakukan Tiongkok di Selat Taiwan, dan menegaskan kembali sikap AS dalam masalah Taiwan.

Dia juga menyarankan kepada Xi Jinping bahwa Amerika Serikat dan Tiongkok harus lebih meningkatkan kerja sama untuk mencegah obat fentanyl buatan Tiongkok masuk ke Amerika Serikat. AS dan Tiongkok sepakat untuk membentuk kelompok kerja untuk menangani masalah ini.

Dia juga mengungkapkan keprihatinannya kepada Xi Jinping tentang warga negara Amerika Serikat yang ditahan di Tiongkok.

Blinken juga menegaskan kembali kepada Xi Jinping bahwa Beijing seharusnya memainkan peran konstruktif dalam masalah Ukraina. Dia juga menyatakan keprihatinan serius kepada Beijing bahwa Rusia dapat menggunakan perusahaan Tiongkok untuk mendapatkan peralatan teknologi yang digunakan untuk perang di Ukraina.

Sebelum bertemu dengan Xi Jinping, Blinken telah berbicara dengan Menteri Luar Negeri Tiongkok Qin Gang dan Direktur Kantor Urusan Luar Negeri Tiongkok Wang Yi.

Blinken mengatakan bahwa kunjungannya ini tidak dapat menyelesaikan semua masalah AS – Tiongkok sekaligus, tetapi telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya untuk membawa kedua belah pihak kembali ke saluran komunikasi yang lebih terbuka. Namun, dalam hal melanjutkan komunikasi militer antar kedua negara, belum ada hasil nyata yang dicapai tetapi itu akan terus diupayakan. (sin)