COVID-19 Kembali Melanda Tiongkok, Pasien : Ngeri Hadapi Pembunuh Tak Terlihat 

oleh Hong Ning

Baru-baru ini, gelombang epidemi COVID-19 di Tiongkok tampak kembali meningkat, banyak warga terinfeksi. Ada pasien yang mengatakan : “Ngeri menghadapi virus yang bagaikan pembunuh tak terlihat ini.”

Ini adalah gelombang pertama infeksi berskala besar sejak otoritas PKT secara mendadak tanpa persiapan melepaskan upaya untuk mencegah penyebaran epidemi pada akhir tahun lalu. Akibatnya sejumlah besar warga masyarakat terinfeksi dan meninggal dunia. Mulai April tahun ini, jumlah orang yang dikonfirmasi positif terinfeksi pertama kali meningkat pesat. Sejak Mei, jumlah pasien “kembali positif terinfeksi” mengalami pelonjakan, dan cukup banyak warga lansia setelah terinfeksi COVID-19 ini kemudian mengalami gejala paru-paru memutih dan meninggal dunia karena memiliki penyakit dasar.

Yu Li (nama samaran), seorang dokter yang pratik di sebuah rumah sakit di Kota Jiamusi, Provinsi Heilongjiang mengatakan kepada reporter “Epoch Times” pada 16 Juni, bahwa banyak warga yang “kembali positif terinfeksi”, dan banyak dari mereka yang membutuhkan perawatan rumah sakit, bahkan beberapa orang lanjut usia meninggal selama perawatan di rumah sakit”.

Wang Yi (nama samaran) warga Kota Nantong, Provinsi Jiangsu yang pertama kali terinfeksi tetapi gejalanya cukup parah, dan hal itu berlangsung selama lebih dari 20 hari baru membaik. Ia mengatakan : “Saya juga tidak tahu bagaimana saya tertular virus jahanam itu.”

Wang Yi mengatakan kepada “Epoch Times” pada 17 Juni, bahwa ia mulai merasakan sakit kepala, nyeri tulang dan sakit di sekujur tubuh pada 25 Mei, keesokan harinya saya dinyatakan positif terinfeksi COVID-19 oleh rumah sakit. Setelah itu, dia mengalami demam, berkeringat dingin, insomnia, diare sampai dehradasi, dan pusing. Pada hari ke 18 dirinya mulai terengah-engah, napasnya sesak.

Wanita bermarga Liao dari Kota Suzhou, Provinsi Jiangsu divonis positif oleh rumah sakit pada 12 Juni. Dia mengatakan kepada reporter bahwa ini adalah pertama kalinya dia mengalami gejala positif. Tetapi cukup parah yang ia alami, demam, pusing dan mual, kemudian berkembang menjadi radang paru-paru yang membutuhkan Infus di rumah sakit. “Virus ini sungguh mengerikan, merupakan pembunuh tak terlihat, dan akan meninggalkan gejala yang sulit disembuhkan.”

Warga Kota Fuzhou bernama A Liang menuturkan kepada repoter “Epoch Times” : “Di daerah selatan kota Fuzhou, gelombang infeksi kedua sedang tinggi dalam sebulan terakhir ini. Banyak orang di sekitarnya yang tertular. Walaupun gejalanya lebih ringan, tidak separah gelombang pertama, tetapi daya penularan virusnya masih sangat kuat.”

Dokter di Rumah Sakit Anzhen Beijing bermarga Bai yang memposting tulisan di media sosial menyebutkan bahwa dirinya mengalami infeksi ulang. Sedangkan direktur departemen mengalami infeksi pertama dengan gejala yang lebih berat. Mereka berdua sepertinya tertular oleh serang pasien yang datang berobat ke rumah sakit.

Gelombang epidemi ini berdampak lebih besar terhadap orang lanjut usia yang memiliki penyakit yang mendasarinya, dan kasus kematian akibat paru-paru putih telah terjadi. Universitas Pengobatan Tradisional Tiongkok Beijing memposting sebuah artikel di web site-nya menyebutkan bahwa jumlah pasien yang mengunjungi klinik demam di seluruh negeri baru-baru ini telah mengalami pelonjakan. Bagi pasien dengan kekebalan rendah, usia tua, atau penyakit serius yang mendasari lebih mungkin terinfeksi radang paru-paru.

Seorang penduduk di Pudong, Shanghai mengatakan kepada reporter pada 21 Juni, bahwa ayahnya baru saja mengalami gejala paru-paru putih dan meninggal setelah terinfeksi virus (COVID-19). Netizen bernama Tiantian juga mengklaim bahwa ayahnya meninggal setelah kembali terinfeksi.

CDC Tiongkok mengeluarkan laporan tentang situasi infeksi virus korona jenis baru pada 11 Juni, menyebutkan bahwa 31 provinsi (daerah otonom, kotamadya) dan Xinjiang melaporkan penambahan jumlah kasus infeksi sebanyak 2.777 dan kematian sebanyak 164 kasus, yang semuanya diakibatkan oleh strain mutan Omicron, dengan 3 teratasnya adalah XBB.1.9, XBB.1.16, XBB.1.5.

Karena otoritas PKT terus menyembunyikan kondisi epidemi di Tiongkok, sehingga tidak jelas berapa banyak orang yang terinfeksi dalam gelombang baru ini.

Media Tiongkok melaporkan bahwa Zhong Nanshan, akademisi dari Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok memperkirakan bahwa akhir Juni ini mungkin merupakan puncak kedua penularan epidemi, yang dapat membuat sekitar 65 juta orang warga terinfeksi setiap minggunya. Ini dapat menjadi periode infeksi terbesar pertama sejak kebijakan lockdown ekstrem dicabut pada Desember tahun lalu. Dunia luar khawatir bahwa besarnya jumlah orang yang terinfeksi akan membuat tekanan lebih besar terhadap sistem medis Tiongkok yang sudah kewalahan. (sin)