Media Jepang : Tiongkok Terus Mengekspor Drone Militer ke Rusia

NTD

Baru-baru ini, investigasi yang dilakukan media asing menemukan bahwa Tiongkok terus mengekspor drone militer ke Rusia. Drone-drone tersebut digunakan dalam perang di Ukraina

Pada 1 Juli, “Nikkei Asian Review” menerbitkan laporan investigasi yang menyebutkan bahwa antara Desember 2022 hingga April 2023, perusahaan Rusia telah mengimpor dari Tiongkok sedikitnya 37 unit drone buatan Tiongkok dengan nilai sekitar USD. 103.000,-. Selain itu, dalam catatan deklarasi di pabean, drone itu dengan jelas disebutkan “untuk operasi militer khusus”.

“Operasi militer khusus” adalah istilah resmi yang dipakai Rusia untuk menginvasi Ukraina.

Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada bulan Februari tahun lalu, Beijing telah berulang kali membantah memasok senjata dan peralatan militer lainnya ke Moskow untuk digunakan dalam perang di Ukraina.

Akan tetapi, “Nikkei Asian Review” melaporkan bahwa pihak berhasil memperoleh catatan deklarasi pabean Rusia melalui berbagai saluran, termasuk data perdagangan impor dan ekspor India dan data dari “Export Genius”, yang menganalisis pengiriman kargo Tiongkok ke Rusia.

Media Jepang tersebut melalui penyelidikan menemukan, bahwa produsen Tiongkok yang mengekspor drone ke Rusia termasuk Shenzhen Dajiang Innovation Technology Co., Ltd. Dalam beberapa bulan terakhir, perusahaan Rusia selalu mencantumkan tulisan untuk perang di Ukraina pada kargo yang diimpor dari Tiongkok dalam kolom formulir deklarasi pabean.

Mengutip catatan Kremlin, “Nikkei Asian Review” mengungkapkan bahwa Putin pernah menyinggung soal diperlukannya drone dalam pidatonya kepada pejabat militer di bulan Desember tahun lalu, ia mengatakan : “Drone itu menjadi kebutuhan untuk setiap unit tempur baik peleton, kompi dan batallyon.”

Analis militer juga mengatakan bahwa Rusia telah menggunakan drone untuk pengintaian dan serangan di medan perang Ukraina.

Investigasi Nikkei juga menemukan bahwa perusahaan Rusia telah membayar perusahaan Tiongkok atas pembelian drone tersebut sebesar USD. 1,2 juta atas 22 peralatan untuk mendeteksi dan mengacak drone, dan USD. 36.077,- untuk 10 komputer pribadi portabel yang diperkuat konstruksinya. Semua peralatan ini terdaftar di catatan pabean sebagai kargo yang digunakan dalam perang Ukraina.

Media Jepang ini dalam contohnya menyebutkan, bahwa pada 1 Februari tahun ini, perusahaan teknologi informasi Rusia Status Compliance menghabiskan USD. 28.292,- untuk mengimpor tiga drone dari Shenzhen Kexin Comm. Tech. Co.,Ltd. Berat lepas landas dari ketiga drone ini antara 25 hingga 150 kilogram. Menurut catatan data perdagangan impor dan ekspor India, bahwa ketiga drone tersebut diproduksi oleh Perusahaan Elektromekanis Shenzhen Jiachi.

Ketiga drone tersebut didaftar dalam catatan deklarasi pabean sebagai drone sipil, tetapi di kolom keterangan formulir bea cukai disebutkan untuk “dipakai oleh Angkatan Bersenjata Federasi Rusia dalam operasi khusus militer”.

“Drone besar dengan berat lebih dari 25 kilogram dapat digunakan untuk pengintaian, dan juga dapat digunakan untuk serangan setelah modifikasi”. 

Prof. Tomoyuki Furutani, seorang pakar drone dari Universitas Keio, Jepang mengatakan : “Mereka bisa menjadi drone bunuh diri jika dipasangi dengan bahan peledak”, demikian tulis Nikkei”.

Catatan pabean menunjukkan bahwa antara Januari hingga Maret tahun ini, 34 unit drone dengan bobot lepas landas mulai dari 250 gram hingga 7 kilogram, dan 24 di antaranya adalah DJI Mavic-3 yang semuanya buatan Shenzhen Dajiang Innovation Technology Co., Ltd. seharga USD. 75.100,- telah dikirim ke Rusia.

Dalam pernyataannya kepada Nikkei, DJI atau Dajiang Innovation mengatakan bahwa pihaknya tidak dapat mengkonfirmasi catatan pabean terkait ekspor dari produksi mereka tahun ini, dan membantah bahwa perusahaan yang tercantum dalam deklarasi pabean itu adalah agen DJI. DJI malahan menegaskan dalam pernyataannya, bahwa sejak 26 April tahun lalu, DJI dan afiliasinya “sudah secara sukarela menghentikan pengiriman barang ke Rusia dan Ukraina, serta menghentikan operasi perusahaan di kedua negara”, selain itu, perusahaan juga “tidak tahu lagi bagaimana drone itu digunakan setelah produk terjual dan lepas dari pengontrolan.”

Sebelumnya, media seperti “Reuters”, “New York Times” dan lainnya telah berulang kali melaporkan, bahwa setelah tentara Rusia menginvasi Ukraina, Rusia mempercepat impor drone dari Tiongkok, tetapi Beijing berulang kali membantah bahwa drone yang diekspor digunakan di medan perang Ukraina.

Pada November tahun lalu, Dinas Bea Cukai Federal Rusia menyatakan lewat situs resminya, bahwa pihaknya akan mempercepat pengeluaran kargo dari pabean dan menyederhanakan prosedur terhadap “produk penggunaan ganda sipil-militer yang diimpor Rusia dan dirancang untuk mendukung pertempuran serta aktivitas sehari-hari unit militer.” (sin)