SCO Memasukkan Iran Sebagai Anggota, Xi Jinping Menegaskan Dukungannya Terhadap Taliban

NTD

KTT online Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) yang berlangsung di India tahun ini telah dimulai pada Selasa 4 Juli. Negara teokratis Iran tahun ini diterima sebagai anggota. Ketika Xi Jinping menyampaikan pidato pada pertemuan tersebut, dia kembali menegaskan tentang dukungannya terhadap organisasi militan rezim Taliban.

Pertemuan ke-23 Dewan Kepala Negara SCO dibuka pada Selasa. Pertemuan tersebut memutuskan bahwa Iran secara resmi akan diterima sebagai negara anggota kesembilan.

Media Partai Komunis Tiongkok (PKT)  “Xinhua” dalam laporannya menyebutkan, bahwa Xi Jinping yang menghadiri KTT melalui video di Beijing telah menyampaikan pidato. Xi menyebutkan bahwa PKT mendesak anggota SCO untuk terus meningkatkan “dukungan kemanusiaan” bagi Afghanistan, dan mendorong otoritas Afghanistan membangun “struktur politik yang luas dan inklusif” guna memulai “jalan rekonstruksi damai”.

Taliban saat ini berkuasa di Afghanistan, dan PKT terus mengembangkan “hubungan persahabatan” dengan Taliban dalam beberapa tahun terakhir.

Organisasi Kerjasama Shanghai dipimpin oleh PKT dan Rusia untuk berperang melawan Barat dan NATO di Asia. Organisasi ini awalnya memiliki 8 anggota resmi, yakni Tiongkok, Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Uzbekistan, Pakistan, dan India.

Dalam resolusi PBB, tidak ada satu negara pun dari anggota kelompok ini yang mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.

Komentator urusan terkini Jiang Feng pernah mengatakan dalam acara di NTDTV, bahwa Organisasi Kerjasama Shanghai itu dibentuk dengan uang dari PKT dan senjata dari Rusia. “Negara pesertanya kalau bukan diktator, sentralisasi, ya teokratis. Bahkan jika ada India, itu pun yang masih plin-plan”.

Menurut laporan “Xinhua”, dalam pidatonya di SCO, Xi Jinping juga mengusulkan agar proporsi penyelesaian mata uang lokal di antara negara-negara SCO dapat diperluas, memperbesar kerja sama di segi mata uang digital berdaulat, dan mempromosikan pendirian “Bank Pembangunan SCO”.

Xi Jinping juga menekankan bahwa kita harus “mematuhi globalisasi ekonomi”, menentang “pembangunan tembok demi membentengi diri sendiri” serta “melepas hubungan dan memutus rantai” dan sebagainya.

Xi Jinping juga mengatakan bahwa kita harus “sangat waspada terhadap kekuatan eksternal yang memicu perang dingin baru di kawasan”, yang bermaksud untuk “menciptakan konfrontasi kubu”, dan menentang hasutan “revolusi warna” yang dibuat oleh negara mana pun.

Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Tiongkok terus merosot, dibarengi juga dengan keruntuhan ideologi PKT, sehingga partai terancam jatuh. Karena itu Xi Jinping sampai berulang kali menekankan “keamanan politik” dalam pidatonya baik di dalam maupun luar negeri, ia juga berulang kali menyebutkan perlunya segenap anggota PKT untuk bersiap menghadapi “terjangan gelombang dahsyat” yang bakal tiba.

Pada 1 Juli tahun ini, pidato Xi Jinping yang diterbitkan dalam jurnal PKT “Qiushi” kembali menekankan, bahwa Marxisme dan komunisme tidak dapat ditinggalkan oleh setiap anggota PKT, dan menyebut sejarah perubahan drastis yang terjadi di Eropa Timur dan runtuhnya Partai Komunis Soviet “jangan sampai terulang kembali”. Uneg-uneg Xi Jinping ini dianggap mencerminkan kecemasannya terhadap situasi Partai Komunis Tiongkok saat ini yang sedang di ambang kepunahan. (sin)