Menlu AS Antony Blinken : Jika Tiongkok Tidak Menekan Korea Utara, Amerika Serikat akan Bertindak

oleh Zhang Ting

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada Jumat (21 Juli) bahwa jika Tiongkok menolak berperan dalam menangani ancaman nuklir Korea Utara, maka Amerika Serikat akan mengambil tindakan yang mungkin tidak menyenangkan bagi Tiongkok.

Blinken, yang menghadiri Forum Keamanan Aspen (Aspen Security Forum) di Colorado, AS dalam pertemuan yang dimoderatori oleh Andrea Mitchell dari NBC. Ia mengatakan bahwa berbicara dirinya sudah menyampaikan secara langsung kepada pejabat utusan Tiongkok yang hadir, Beijing seharusnya berperan dalam mendorong Korea Utara untuk merundingkan program nuklirnya demi tujuan denuklirisasi Semenanjung Korea. Washington menghendaki Beijing menggunakan pengaruhnya atas Korea Utara untuk mencapai kerja sama yang lebih baik dari Korea Utara.

“Tetapi jika kalian (Tiongkok) tidak dapat atau tidak bersedia melakukannya, maka kita terpaksa mengambil beberapa tindakan yang meski tidak ditujukan kepada Tiongkok, tetapi mungkin tidak menyenangkan bagi Tiongkok. Karena hal itu perlu kita lakukan untuk memperkuat pertahanan kita sendiri, tetapi juga pertahanan Korea Selatan dan Jepang, selain juga demi memperdalam kerja sama tiga negara yang sedang kita lakukan”.

Blinken mengatakan bahwa melalui upaya beberapa pemerintahan, antara AS, Jepang, dan Korea Selatan telah terjalin hubungan yang luar biasa.

“Hubungan ini hanya akan meningkat”. Blinken menekankan bahwa semua yang telah dilakukan Korea Utara, dan kelambanan Tiongkok dalam membantu menyelesaikan masalah Korea Utara, hanya akan mendorong Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan menuju kerja sama yang lebih erat.

Tiongkok terus mengecam aliansi pertahanan AS di Asia Timur, dengan alasan para sekutu ini hanya digunakan untuk memata-matai atau menahan pasukan Tiongkok.

Blinken mengatakan, Korea Utara telah berulang kali “meluncurkan rudal. Dan, yang terakhir adalah pada 12 Juli, di mana Korea Utara kembali melakukan uji terbang rudal balistik antarbenua “Hwasong-18”.

Korea Selatan dan Jepang berulang kali juga menyampaikan protes atas seringnya uji coba rudal Korea Utara yang menimbulkan risiko keamanan bagi kedua negara. Pada April tahun ini, Presiden Yoon Suk Yeol mengunjungi Amerika Serikat dan bersama-sama Presiden Joe Biden mengeluarkan “Deklarasi Washington”.

Presiden Yoon Suk Yeol setuju untuk mengizinkan kapal selam nuklir AS berlabuh di Korea Selatan, meskipun hal ini memicu ketidaknyamanan Beijing. Yoon Suk Yeol mengatakan bahwa Korea Selatan tidak punya pilihan lain karena Tiongkok tidak mau berpartisipasi dalam memberikan sanksi kepada Korea Utara. Bahkan mantan Presiden pro-Tiongkok Moon Jae-in diperlakukan dengan buruk selama kunjungannya ke Tiongkok di waktu lalu, hal itu juga menjadi dorongan Seoul untuk membangun aliansi antara Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Jepang, agar Tiongkok tidak seenaknya memperlakukan Korea Selatan.

Yoon Suk Yeol mengatakan bahwa jika Beijing ingin mengajukan keberatan kepada Korea Selatan dan mengkritik “Deklarasi Washington” yang dikeluarkan oleh Korea Selatan dengan Amerika Serikat, maka “hilangkan ancaman senjata nuklir Korea Utara, atau setidaknya bekerja sama dengan Dewan Keamanan untuk memberikan sanksi terhadap ancaman nuklir Korea Utara sesuai dengan hukum internasional”, kata Yoon Suk Yeol.

Di masa lalu, Beijing terus memberikan bantuan bahan bakar dan makanan kepada Pyongyang, dan bersama dengan Rusia, memveto resolusi yang dirancang oleh Amerika Serikat di PBB untuk menjatuhkan sanksi tambahan terhadap Korea Utara.

Selama pembicaraan hari Jumat, Blinken juga menunjukkan tekanan ekonomi yang dihadapi pemerintah Tiongkok. Dia mengatakan Beijing belum memperlihatkan pemulihan ekonomi yang diharapkan setelah wabah COVID-19.

Blinken juga menekankan pentingnya keterlibatan AS dan Tiongkok. Dia mengatakan bahwa Amerika Serikat saat ini sedang bekerja keras untuk menstabilkan hubungan kedua negara yang memburuk belakangan ini, dan memastikan bahwa persaingan AS – Tiongkok tidak berubah menjadi konflik, dan semuanya dimulai dengan keterlibatan.

“Tetapi ditinjau dari banyak hal, ini adalah tantangan zaman kita. Ini adalah hubungan yang paling penting dan mungkin paling rumit yang kita perlu kita hadapi”, kata Blinken yang tidak memiliki bayangan sejauh mana harapan dan perjuangan akan tercapai. (sin)