Xi Bicara Kehancuran Partai, Kasus Qin Gang Jadi Contoh

Mengutip Novel Impian di Paviliun Merah 

Yue Shan

Qin Gang (dibaca: chin kang) yang pernah dua kali dipromosikan oleh Xi Jinping “tiga level sekaligus”, pada 25 Juli 2023 telah dicopot jabatannya sebagai Menteri Luar Negeri RRT (Republik Rakyat Tiongkok), setelah itu pada situs internet Kemenlu RRT semua informasi terkait Qin Gang telah dihapus, untuk kemudian dipulihkan tidak lengkap pada 28 Juli. 

Namun ini tidak berarti Qin Gang bisa kembali ke posisi semula. Tabloid Sekolah Partai Pusat PKT Study Times pada 26 Juli lalu menerbitkan artikel yang mengkritik sejumlah kader muda bahwa “hari ini adalah ‘kader baik’, menjadi ‘tahanan’ pada hari esok”, yang mungkin mengisyaratkan nasib yang menimpa Qin Gang. 

Mencuatnya kasus Qin Gang, tanpa disengaja telah menjawab perkataan dalam novel “Impian dari Paviliun Merah*)” (Hong Lou Meng, atau Dream of the Red Chamber, red.) yang pernah dikutip oleh Xi Jinping, ternyata memiliki makna indikatif bagi arah perjalanan PKT.

Makna Indikatif Kasus Qin Gang Terhadap Konflik Internal PKT

Kalau dulunya Xi Jinping bertikai sengit dengan kubu Jiang dan juga faksi Liga Kaum Muda (Tuanpai, dipimpin oleh Hu Jintao, mantan Pemimpin RRT dan PKT pada 2002-2013. Red.), tapi setelah kejadian Hu Jintao dibawa keluar secara paksa di tengah acara Kongres Nasional ke-20 lalu, serta menyusul lengsernya Li Keqiang dan Wang Yang, lalu meninggalnya Jiang Zemin yang sisa hidupnya itu cukup lama ditopang peralatan medis, maka seluruh kalangan birokrat selain Xi Jinping dan anggota pendukungnya, yang tersisa hanyalah kekuatan lain yang telah ditaklukkannya serta kemudian diterimanya. 

Sementara Qin Gang sendiri sebagai seorang pengikut setia Xi Jinping, sebenarnya kali ini kelengserannya merupakan contoh baru saling bertikainya kekuatan internal yang sama-sama setia pada Xi Jinping.

Qin Gang (57) pernah mewakili Xi Jinping mendorong kader PKT yang lebih muda untuk menjabat, dan menjadi harapan melanjutkan kelangsungan hidup partai.

Qin Gang yang berlatar belakang pendidikan University of International Relations, begitu lulus telah ditugaskan di Biro Layanan Diplomatik, setelah itu karirnya terus melejit di Departemen Protokol. Nara sumber berkata, peran seorang pejabat protokol adalah selalu mengiringi kemanapun para pemimpin pergi, dan “mengingatkan kapan belok ke kiri, belok ke kanan, kapan bersalaman atau berpelukan dan lain sebagainya”.

Media massa PKT pernah memberitakan, selama Qin Gang menjabat sebagai Direktur Departemen Protokol ia pernah ikut andil dalam pekerjaan persiapan beberapa kali KTT pemimpin RRT-AS untuk jangka waktu lama, dan “Tidak pernah ada kesalahan”, termasuk dalam “pertemuan Xi dan Obama” di era pemerintahan Obama dan juga “pertemuan Xi dan Trump” semasa pemerintahan Donald Trump.

Mantan pejabat diplomatik Belarusia Pavel Slunkin pada 24 Juli lalu di akun Twitter-nya mengenang pengalamannya bekerja bersama Qin Gang, dikatakan, demi menyenangkan hati Xi Jinping, para pejabat diplomatik Kemenlu yang dipimpin oleh Qin Gang pada tengah malam diminta untuk datang ke tangga di depan museum Belarusia, lalu musik diputar, untuk memastikan saat musik dimainkan, Xi Jinping akan menginjak sampai anak tangga ke berapa. 

Berkat kedekatannya dengan penguasa, posisi Qin Gang sangat diuntungkan, serta mengandalkan detail pekerjaan ibarat melayani raja, yang dilakukan Qin Gang sangat disenangi Xi Jinping dan menjadi salah seorang pejabat kepercayaannya. Setelah Xi menjabat, Qin Gang telah dua kali mengalami promosi “lompat tiga level” yang jarang terjadi.

Tiga tahun setelah 2015, Qing Gang melompat tiga level berturut-turut sebagai: Direktur Protokol, Asisten Menteri, dan Wakil Menteri. Pada 2021 ia menjabat sebagai Dubes untuk AS yang menjadi sorotan dunia; Oktober tahun lalu pada Kongres Nasional ke-20 jabatannya dinaikkan menjadi anggota Komite Pusat PKT; pada akhir tahun lalu, Qin Gang pun menggantikan Wang Yi sebagai Menteri Luar Negeri, dan pada Maret tahun ini ia menjabat sebagai anggota Dewan Negara merangkap Menteri Luar Negeri, menjadi pemimpin negara paling muda, serta lagi-lagi telah melompat tiga level.

Namun suatu hari naas tak dapat ditolak, setelah menghilang selama sebulan, Qin Gang resmi dicopot jabatannya pada 25 Juli lalu, bahkan dipermalukan oleh situs Kemenlu yang dulunya pernah dipimpinnya, dan diawali dengan dihapusnya semua informasi terkait dirinya, kemudian mayoritasnya dikembalikan lagi tiga hari kemudian. Tetapi tidak sepenuhnya dipulihkan. 

Sampai dengan 28 Juli malam hari, pada kolom informasi dalam deretan nama pejabat Kemenlu sebelumnya, nama Qin Gang telah dihapuskan. Kejadian ini menyisakan ruang bagi publik untuk berimajinasi — Qin Gang mungkin tidak bisa bertahan lagi. Kejadian yang menimpa Qin Gang, diyakini Xi Jinping sendiri tidak tahu menahu, banyak orang menduga, pasti ada orang yang merencanakan untuk “menjatuhkan Qin” namun tidak ada kaitannya dengan “jatuhkan Xi”.

Sebelumnya Xi Jinping ketika menumpas sebagian besar anggota kubu Jiang dan menekan faksi Liga Kaum Muda, bisa dikatakan merupakan laga antar faksi internal PKT, sekarang kekuasaan telah dipersatukan, seluruh anggota di dalam kubu Xi sendiri masih saja terus bertikai, terus berusaha menciduk lawannya. 

Sekretaris utama Xi Jinping yakni Ding Xuexiang mengilustrasikannya dengan sangat jelas, yang disebut “mengukuhkan dan mempersatukan di tengah pertikaian”. Entah karena dipaksa atau dengan rela menjatuhkan Qin Gang sebagai orang dekatnya sendiri, bukankah ini adalah sejenis model “bunuh diri – memusnahkan diri sendiri”.

Kasus Qin Gang Menjawab Kutipan Xi Jinping Soal Kehancuran Partai

Banyak orang penasaran kapan PKT akan musnah, termasuk Xi Jinping. Satu Juli sebagai hari pendirian partai (PKT), majalah partai Qiushi menerbitkan pidato Xi Jinping di Sekolah Partai Pusat pada Maret tahun lalu di hadapan para kader muda dan paruh baya. Xi Jinping telah mengutip kata-kata kematian dari Li Houzhu, Kerajaan Tang Selatan: “Mengenang negara yang telah hancur”, menyesali jika di dalam partai tidak ada orang yang percaya lagi dengan komunisme, maka dapat berakhir seperti keruntuhan Uni Soviet.

Sebelumnya pada parade militer “1 Oktober” 2019 di Tiananmen, majalah partai Qiushi menerbitkan artikel Xi Jinping, yang berbicara panjang lebar soal siklus dalam sejarah, yang juga masalah kehancuran partai dan negara. Waktu itu Xi Jinping menekankan semacam model menghancurkan partai yang tragis, yakni bunuh diri.

Awalnya Xi Jinping membanggakan PKT adalah sebuah partai besar, “Saya lihat yang bisa mengalahkan kita adalah kita sendiri, bukan orang lain.” Lalu ia kembali mengutip sebuah kalimat dari Bab 74 dari novel “Impian dari Paviliun Merah”, di mana saat Jia Tanchun menggeledah Taman Pemandangan Agung (Daguanyuan) dengan mengatakan: Perlu diketahui klan sebesar ini, jika diserbu dari luar, tidak mudah dimusnahkan, ibarat kata masyarakat kuno “ulat yang banyak kakinya, tidak mudah dibunuh”, harus dimulai dengan saling bunuh di dalam klan itu sendiri, agar bisa hancur lebur. 

Perkataan keji Xi Jinping ini sudah cukup sering didengar, tetapi tidak sekeji kutipan dari novel “Impian dari Paviliun Merah” ini. “Harus dimulai dari dalam keluarga saling bunuh dan saling memusnahkan”, tiap kata dan kalimat, diucapkan penuh greget.

Setelah berkuasa Xi Jinping tak hentinya melakukan pembersihan berulang di bawah tekanan tinggi terhadap kalangan birokrat, inilah model “bunuh diri”. 

Sekarang ia membedah keluar Qin Gang, serta melakukan aksi “bunuh diri” di kubunya sendiri, maka Xi telah menjadi Nyonya Wang kedua, dan rezim RRT adalah keluarga Jia.

Xi Mainkan “Bunuh Diri”, PKT “Bagai Gedung Ambruk dan Hancur”

Mengenai penyebab lengsernya Qin Gang, di internet beredar berbagai rumor mulai dari dirinya terlibat kasus bocornya rahasia militer, sampai yang paling menarik perhatian adalah dirinya tergoda pada pembawa acara Wanita dalam wawancara di suatu stasiun televisi Hong Kong dan keduanya terlibat skandal, sampai memiliki anak haram. 

Dengan terungkapnya skandal seks dirinya, para sesepuh Kemenlu beramai-ramai mengadukannya pada Xi Jinping, dan lain sebagainya. Kejadian yang menimpa Qin Gang memang agak sedikit mirip dengan alur cerita pada novel “Impian dari Paviliun Merah”.

Apapun alasannya, kali ini Qin Gang mengalami kesialan dipastikan juga akan menciutkan nyali para anggota kubu Xi Jinping sendiri. Xi sendiri belum tentu dengan terpaksa melengserkan Qin Gang, melainkan karena “saling bunuh” yang dimainkannya di dalam partai, hanya demi menunjukkan dirinya tidak berpihak pada siapapun terhadap siapa saja di dalam kelompoknya yang bermasalah, ada satu dipenggal satu, harus dipertarungkan, dan saling berbunuh dari dalam sarangnya sendiri.

Dalam suatu pidatonya pada 5 Januari 2018, kepada anggota baru Komisi Pusat, anggota cadangan, dan kader pemimpin tingkat provinsi Xi pernah mengatakan, “Harus berani melakukan revolusi diri, dan berani mengarahkan mata pisau ke arah dalam, berani mengerok luka bernanah dalam tulang sendiri, berani memutus lengannya sendiri laiknya pendekar, mencegah kekacauan terjadi di sebelah dalam tembok”. Di dalam tembok maksudnya adalah internal partai, mencegah kekacauan terjadi di dalam tembok karena ada musuh di internal partai. Kekuasaan Xi Jinping kian hari kian otoriter, dia sendiri kian hari kian tua, rasa curiga Xi menjadi semakin besar, dalam sekejap orang-orang di sekitarnya semua bisa berubah menjadi musuh. Walaupun media partai menyebutkan, staf pusat pasca Kongres Nasional ke-20 kesemuanya adalah “hasil seleksi” Xi sendiri.

Standar anggota kubu Xi adalah “kesetiaan mutlak”, pejabat tinggi seperti PM Li Qiang, Sekretaris Komite Partai Cai Qi, Wakil PM Pertama Ding Xuexiang, atau seorang Menlu dari sebuah negara besar seperti Qin Gang, mereka yang telah naik di posisi tinggi pun sama saja, posisi mereka adalah menjadi budak yang baik. Mereka sangat lelah, tetapi belum tentu bisa melindungi diri. Selain saling bersaing agar dipercaya, juga saling menjebak, ditambah lagi mereka tidak tahu kapan raja akan mengamuk hanya gegara alasan yang tidak jelas.

Situasi pasca ketiga kalinya Xi Jinping menjabat kembali sangat tidak kondusif, di dalam negeri, perubahan yang drastis kebijakan Nol-Covid yang dinamis mulai memudarkan pamornya, kemunduran dalam pemulihan ekonomi pasca dicabutnya lockdown, dan pengangguran dalam skala besar sedang terjadi. Lalu mulai dari mundurnya jenderal dari pihak militer sampai kematian kepala kepolisian pusat yang dirahasiakan, sampai dengan kekacauan yang barusan dialami mantan Menlu Qin Gang, membuat orang melihat pertanda api bumi yang merambat pesat dan tidak stabilnya rezim ini.

Menerapkan puisi dari Cao Xueqin pada Bab 50 dalam novel “Impian dari Paviliun Merah” yang berjudul “Terjebak Kecerdasan” yang bunyinya: “Menara yang condong runtuh bergemuruh, cahaya meredup seolah lampion akan padam”, tirai besi pemerintahan totaliter PKT mulai dirobek dari dalam, dan Qin Gang adalah kartu pertama dalam efek domino ini. Xi Jinping mengutip kata-kata “harus dimulai dengan saling bunuh di dalam klan sendiri, agar bisa hancur lebur”, ucapan adalah doa yang akan menjadi kenyataan. (Sud/whs)

*) sebuah karya sastra terkenal dari zaman Dinasti Qing. Pengarang novel ini adalah Cao Xueqin (Hanzi: 曹雪芹) pada 1754. 84% dari pengguna google menyukai buku ini, untuk lebih jelasnya silahkan baca link: https://id.wikipedia.org/wiki/Impian_di_Bilik_Merah (atau dibuatkan bar codenya pak Nengah?). Novel ini diakui sebagai salah satu dari 4 karya sastra terbaik dalam sejarah sastra Tiongkok bersama-sama dengan Kisah Tiga Negara, Perjalanan ke Barat, dan Batas Air. Novel Hong Lou Meng sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Impian di Bilik Merah oleh penerbit Bhuana Ilmu Populer (BIP). Versi komik diterbitkan oleh Elex Media Komputindo pada 1993 yang terdiri dari 3 jilid, dengan judul Impian dari Paviliun Merah.