Sudut Pandang “Teori Evolusi” Bab 1c : Teori Evolusi adalah Hipotesa yang Belum Terbukti (3)

4. Kesalahan Fundamental: Dengan “Mikroevolusi” Menyimpulkan “Makroevolusi”

Setelah mengemukakan hipotesa “evolusi”, teori Darwin terus diragukan oleh berbagai pihak, jadi untuk dapat memberikan bukti dukungan bagi hipotesa evolusi, maka perluaslah menjadi suatu sistem hipotesa. Sistem hipotesa ini meliputi dua konten: “makroevolusi” dan “mikroevolusi” (lihat gambar di samping).

4.1 “Makroevolusi” adalah Satu Spesies Berubah Menjadi Spesies Lain

Yang dimaksud dengan “makroevolusi”, adalah konsep inti dari hipotesa evolusi awal, yaitu satu jenis makhluk hidup berevolusi menjadi makhluk hidup jenis lain yang sama sekali beda, yang oleh Darwin disebut evolusi spesies, misalnya teori yang mengatakan manusia purba Ardiputhecus Ramidus berevolusi menjadi manusia¹4.

Ahli botani dan zoologi Swedia, Carl von Linné (1707-1778) memublikasikan “Systema Naturae”, yang telah membuka pengenalan pada ilmu taksonomi makhluk hidup, oleh karena reputasinya itu ia dijuluki “bapak taksonomi”¹5. Kemudian generasi setelahnya menyempurnakannya berdasarkan teori Linné, dengan mengklasifikasikan semua makhluk hidup berdasarkan kerajaan, filum, kelas, ordo, famili, genus, dan spesies.

Namun hipotesa evolusi justru berpendapat, munculnya spesies memiliki urutannya, tekanan lingkungan dapat memilih spesies lama yang memiliki keunggulan bertahan hidup, serta membuatnya semakin berhasil dalam bertahan hidup, akhirnya terjadilah evolusi spesies, dan menghasilkan spesies baru. Inilah teori “makroevolusi”.

Secara konkret, teori evolusi berpendapat awalnya manusia adalah hasil evolusi dari organisme bersel tunggal yang sederhana berkembang menjadi tumbuhan dan hewan air, lalu lambat laun merangkak ke darat menjadi makhluk amfibi dan reptil, dan berubah menjadi hewan amfibi dan reptil, lalu berubah lagi menjadi hewan mamalia, berubah menjadi monyet naik ke pohon, kemudian berubah menjadi nenek moyang manusia kera, yang akhirnya berubah menjadi manusia modern yang beradab.

Satu spesies berevolusi menjadi satu spesies lain, adalah makna sesungguhnya dari konsep “evolusi spesies” yang dikemukakan Darwin, dengan kata lain “makroevolusi”.

4.2 “Mikroevolusi” adalah “Mutasi” Bukan “Evolusi”

Yang dimaksud dengan “mikroevolusi” adalah menggambarkan keberagaman dan tingkat mutasi di dalam spesies makhluk hidup, dengan kata lain perubahan pada tingkat gen spesies yang sama pada individu yang berbeda, dan tidak melibatkan perubahan spesies¹6.

Pada kondisi tertentu, saat kelompok makhluk hidup mengalami perubahan lingkungan, mungkin akan terjadi kondisi yang semakin menguntungkan bagi spesies tertentu dalam melakukan reproduksi individu. Dalam kondisi semacam ini yang diamati oleh manusia adalah variasi intra-spesies, dan tidak berarti telah memunculkan spesies baru.

4.2.1. Ngengat adalah Hasil “Mutasi” 

Perbedaan antara mikroevolusi dan makroevolusi, masih ada satu kasus klasik pada tingkat buku pelajaran.

Fenomena “industrial melanism” pada ngengat adalah perubahan warna ngengat dari warna muda berubah menjadi warna pekat pasca-Revolusi Industri, ini adalah sebuah contoh yang pernah digunakan mendukung teori evolusi dan digunakan luas di tingkat buku teks pelajaran.

Sebelum revolusi industri, di hutan dekat desa di Wales, Inggris, hidup ngengat jenis Biston Betularia (Peppered Moth). Mayoritas permukaan sayapnya berwarna putih pucat, pada saat ngengat hinggap pada kulit pohon yang berwarna putih atau lumut putih, mereka akan menyatu dengan lingkungan sekelilingnya. Namun setelah revolusi industri, pencemaran telah menyebabkan berkurangnya kulit pohon dan lumut yang berwarna cerah, dan ngengat putih mudah ditangkap oleh predatornya, kemudian muncullah sejenis ngengat berwarna hitam, yang dapat lebih baik menyembunyikan diri, yang sepertinya secara bertahap telah menjadi kelompok utama di hutan desa itu.

Sebuah artikel pada majalah “Journal of Evolutionary Biology” di tahun 1998 telah mengulas kembali penelitian awal terkait fenomena industrial melanism yang terjadi pada ngengat, akhirnya disimpulkan bahwa metode eksperimen awal terdapat kelemahan yang sangat serius, hingga saat ini tidak bisa diberikan bukti yang dapat dipercaya untuk mendukung fenomena industrial melanism pada ngengat¹8.

Namun, baik ngengat putih maupun ngengat hitam, sama-sama adalah ngengat, sama-sama adalah spesies yang sama, hanya semacam fenomena variasi intra-spesies saja. Kedua jenis ngengat itu memang ada, dan ngengat hitam memiliki kemampuan reproduksi lebih tinggi di lingkungan yang mengalami pencemaran industri.

Yang sebetulnya harus dijelaskan adalah dari mana asalnya spesies ngengat ini, dan masalah ini justru tidak dapat dijelaskan oleh hipotesa evolusi Darwin. Jadi, “fenomena ngengat” kemudian dibantah total, orang pun tak lagi menggunakannya untuk mendukung “teori evolusi”.

4.2.2 Bakteri Resisten Obat adalah “Mutasi” Bukan “Evolusi”

Pada saat menggunakan antibiotik, bakteri akan mengalami mutasi resistensi obat terhadap antibiotik, sehingga dapat bertahan hidup, dan bakteri yang resisten terhadap obat dihasilkan dengan cara ini. Akan tetapi, bakteri resisten obat masih berupa sejenis bakteri, dan tidak berubah menjadi jenis bakteri yang lain.

Selain itu, mutasi virus yang dipicu akibat penggunaan antibiotik, atau mutasi serangga perusak yang dipicu akibat penggunaan insektisida, atau mutasi rumput liar yang dipicu akibat penggunaan herbisida, semuanya termasuk dalam kategori yang disebut “mikro- evolusi”, spesies di atas tidak berubah menjadi makhluk spesies lain.

Sebenarnya variasi intra-spesies banyak sekali terjadi dalam kehidupan kita, contohnya:

4.2.3 Apa pun Warna Kulitnya, adalah Manusia

Dengan perubahan warna kulit manusia sebagai contoh, ras manusia yang berbeda memiliki warna kulit yang berbeda pula, tapi baik ras kulit putih, kulit hitam, atau kulit kuning, semuanya masih merupakan satu spesies yang sama, yakni manusia. Orang dengan perbedaan warna kulit yang hidup pada letak geografis yang berbeda mungkin juga memiliki rasio yang berbeda, tetapi di mana pun mereka menetap, masih merupakan spesies manusia yang sama.

4.2.4 Warna Merah, Jingga, Kuning, atau Putih, Semuanya adalah Tulip

Pada 12 Mei 2023, Candian Tulip Festival ke-71 digelar di Ottawa, lebih dari seratus jenis tulip tersebar pada 120 petak bunga yang ada, ada warna merah, jingga, kuning, dan putih, berapa pun banyaknya warna dan bentuk bunga tulip itu, semuanya adalah bunga tulip.

4.2.5 Kumbang Hijau atau Kumbang Coklat, Semuanya adalah Kumbang

Karena kumbang hijau lebih mudah ditemukan dan dimakan burung, sementara kumbang coklat lebih mudah bertahan hidup di pohon, maka dari itu kumbang yang hidup di atas pohon yang memperlihatkan gen warna coklat lebih mudah bereproduksi. Tetapi baik kumbang hijau maupun kumbang coklat, sama-sama adalah kumbang. Kedua jenis kumbang telah eksis bersamaan, dan bukan merupakan penghasilan suatu spesies baru.

4.2.6 Pipit Besar, Pipit Kecil, Semuanya adalah Burung Pipit

Burung pipit atau burung gereja dibawa masuk ke Amerika Utara pada 1852. Sejak saat itu, burung pipit di Amerika Utara memiliki bentuk tubuh yang lebih besar dari- pada burung pipit di Amerika Selatan. Perbedaan semacam ini mungkin karena: Burung dengan postur tubuh lebih besar lebih mudah beradaptasi di lingkungan suhu rendah dibandingkan burung bertubuh kecil, jadi cuaca dingin di utara mungkin lebih menguntungkan bagi burung bertubuh besar untuk bertahan hidup, jadi pipit yang hidup di utara bertubuh lebih besar²¹. Tetapi baik pipit besar maupun pipit kecil, semuanya adalah burung pipit, juga tidak ada sangkut pautnya dengan munculnya spesies yang baru.

4.3 Kesalahan Logika dengan Men-generalisasi

Sebenarnya, contoh “mikroevolusi” yang dikemukakan dalam buku “On the Origin of Species”, Darwin tidak mengamati kasus sebenarnya dari satu spesies berubah menjadi spesies lain. Ia hanya mengamati fenomena variasi intra-spesies, lalu secara subjektif berasumsi evolusi antar spesies — kesimpulan “makroevolusi”. Jadi kesimpulan tahap kedua Darwin telah melanggar logika dasar, dan telah melakukan kesalahan megeneralisasi. Yang tidak bisa dinalar adalah, para pendukungnya di kemudian hari demi memberikan bukti “makroevolusi” pada Darwin, mereka telah memperkuat konsep “variasi (variation)” intra-spesies dalam sistem teori evolusi, digantikan dengan istilah “mikro- evolusi”, berupaya untuk mengacaukan serta mengaburkan konsep dengan “makroevolusi”, dan agar membuat orang percaya pada

tujuan “makroevolusi”.

Hingga kini, jika mencari di database literatur ilmiah dengan menggunakan kata “evolusi”, yang didapat adalah tesis yang membahas “variasi” intra-spesies, dan tidak ada artikel yang benar-benar memberikan bukti bahwa satu spesies dapat berubah menjadi jenis spesies lain seperti yang dikemukakan Darwin.

Padahal munculnya setiap spesies baru, harus muncul adanya gen baru (informasi baru), tapi eksperimen sekarang tidak menemukannya. Seperti komentar pakar biologi molekuler populer Australia dari Royal Melbourne Institute of Technology, Prof. Ian Macreadie sebagai berikut:

“Yang Anda lihat di laboratorium adalah duplikasi gen, atau rekombinasi gen, atau gen yang rusak (informasi yang hilang), yang mungkin dapat membantu mikrobiologi bertahan hidup — misalnya obat-obatan tidak dapat berpadu secara efektif, tapi selamanya Anda tidak akan dapat melihat informasi apa pun muncul pada sel. Ada kalanya, sejenis bakteri bisa “menginjeksikan” informasi ke dalam bakteri jenis lain, oleh sebab itu bagi bakteri ini, ini adalah “sesuatu yang baru” — tapi informasi semacam ini harus muncul pada tempat tertentu, dan kita tidak pernah bisa melihat terjadinya hal semacam ini. Sangat sulit dibayangkan seorang ilmuwan yang serius akan percaya bahwa informasi (gen) bisa muncul dengan sendirinya dari tidak ada menjadi ada.”²² (sud)

Bersambung

14. Dawkins Vs. Gould. Survival of the Fittest. By Kim Sterelny. 2007

https://www.dropbox.com/s/zqdrb- 074d7ayx4v/Dawkins%20Vs.%20Gould%20 Survival%20of%20the%20Fittest%20Book. pdf?dl=0

15. Müller-Wille, Staffan. “Carolus Linnaeus”. Encyclopedia Britannica, 19 May. 2023, https://www.britannica.com/biography/Carolus-Linnaeus. Accessed 22 June 2023.

16. Nunes, M. D., Arif, S., Schlötterer, C., & McGregor, A. P. (2013). A perspective on micro- evo-devo: progress and potential. Genetics, 195(3), 625–634. https://doi.org/10.1534/ge- netics.113.156463

UC Museum of Paleontology. Berkeley. Evolution at different scales: micro to macro. https://evolution.berkeley.edu/evolution-at-different-scales-micro-to-macro/

18. Sargent, T. D., Millar, C. D., & Lambert,

D. M. (1998). The “Classical” Explanation of In- dustrial Melanism. Evolutionary Biology, 299– 322. doi:10.1007/978-1-4899-1751-5_8

http s : //s c i – hub. st / http s : //d o i . org/10.1007/978-1-4899-1751-5_8

19. “Foto Grup: Festival Tulip Terbesar di Dunia, Bunga Cemerlang dan Banyak Turis”, The Epoch Times, Tian Qing, Ren Qiaosheng, 20 Mei 2023. https://www.epochtimes.com/ b5/23/5/20/n14000961.htm

20. UC Museum of Paleontology. Berkeley.

What is microevolution?

https://evolution.berkeley.edu/evolution- at-different-scales-micro-to-macro/what-is- microevolution/

21. UC Museum of Paleontology. Berkeley. The size of sparrow. Examples of microevo- lution. https://evolution.berkeley.edu/evo- lution-at-different-scales-micro-to-macro/ examples-of-microevolution/

22. Carl Wieland and Don Batten. An interview with leading Australian molecular biolo- gist and microbiologist Ian Macreadie.

https://creation.com/creation-in-there- search-lab