Melihat “Derisking” Ekonomi Tiongkok-Jerman Dari Penuturan Pengusaha Kaya Jerman 

Wang He

Jerman adalah sasaran utama dalam strategi internasional Partai Komunis Tiongkok (PKT), dan Tiongkok adalah negara mitra dagang terbesar Jerman. Tetapi pemerintahan Olaf Scholz yang menjabat sejak 2021 telah secara cermat namun nyata memperlebar jarak antara Jerman dengan Beijing. 

Pada 13 Juli lalu, Jerman telah mempublikasikan strategi terhadap Tiongkok  yang telah lama dinantikan, yang menilai PKT “kian hari kian arogan”, dan telah mengemukakan kemungkinan tindakan antisipasinya, seperti diberlakukannya pembatasan investasi asing terhadap teknologi canggih yang memiliki tujuan militer, serta mengurangi ketergantungan krusial terhadap Tiongkok, dan lain-lain.

Pada saat ini, strategi Jerman terhadap Beijing adalah berpijak pada sikap Barat Bersatu, dengan dua poin inti yaitu: Pertama, posisi rangkap tiga terhadap PKT, yakni sebagai: mitra, pesaing, dan saingan institusional, dan kian hari kian mengarah pada dua posisi terakhir; kedua, “tidak decoupling, tapi derisking”. Di dalamnya terdapat berbagai pertimbangan mulai dari ideologi, strategi (geopolitik), diplomatik, ekonomi, iptek, ketertiban dunia, dan lain sebagainya, secara menyeluruh berupaya menghadapi “tantangan sistematis” dari PKT. Mengapa “Era Merkel” setelah berlalu tidak bakal kembali lagi, dan benarkah hubungan Jerman-RRT mengalami perubahan begitu besar?

Baru-baru ini, seorang teman menceritakan kepada penulis mengenai apa yang telah dialami oleh seorang pengusaha kaya Jerman pada saat berbisnis di Tiongkok, yang mungkin cukup membantu bagi teman-teman dalam hal merenungkan hal ini. Baden-Württemberg adalah negara bagian Jerman yang terkenal sebagai kota budaya, dan banyak dikunjungi turis, di jalan komersil di pusat kota terdapat pusat informasi Falun Gong. Pada suatu hari, teman saya itu sedang berada di pusat informasi tersebut, lalu datanglah seorang pria tua Jerman, tanpa berkata-kata, pria tua itu langsung mengambil pena dan menorehkan tanda tangannya pada buku petisi “menentang penindasan – menentang perampasan organ – bubarkan PKT”.

Beijing menyerukan “internasionalisasi RMB”, misalnya menyatakan pada Maret tahun ini dari pembayaran lintas negara, rasio penggunaan mata uang RMB telah melampaui USD (48% berbanding 47%); seperti kesepakatan yang dicapai dengan Brasilia, tidak lagi menggunakan USD sebagai mata uang perantara, melainkan dilakukan dengan mata uang lokal; seperti Arab Saudi mempertimbangkan minyak bumi yang dijual kepada Tiongkok dinilai dengan mata uang RMB, dan lain-lain; sepertinya perkembangannya sangat pesat. Akan tetapi, karena perekonomian Tiongkok dalam kesulitan, ditambah situasi politik PKT sulit ditebak dan memburuknya kondisi internasional, maka “internasionalisasi RMB” mengalami kesulitan yang belum pernah ada, misalnya dalam cadangan devisa gobal, RMB dari “memperbesar kepemilikan” telah berubah menjadi “mengurangi kepemilikan”, ada negara yang bahkan mengosongkan kepemilikan RMB-nya. Melihat situasinya saat ini, “internasionalisasi RMB” mungkin akan terperosok menjadi bahan canda.

Bank Sentral Ceko Kosongkan Cadangan Mata Uang RMB

Media massa Ceko memberitakan, bank sentral Ceko yakni Czech National Bank (CNB) telah mengosongkan semua aset mata uang RMB yang dimilikinya. Menurut data yang dipublikasi oleh CNB, hingga 30 Juni 2023, dalam portfolio investasinya sudah tidak lagi memiliki aset dalam RMB. Di dalam daftar alokasi mata uang cadangan devisa Ceko, sudah tidak ada lagi kolom untuk mata uang RMB.

Sedikit kilas balik. Pada 2019 lalu, untuk pertama kalinya CNB membahas pembelian aset Tiongkok, dengan membeli surat hutang negara RRT. Tahun 2020, CNB memiliki surat hutang RRT sebesar 11,4 milyar Koruna (CZK). Pada 2022, CNB menyebut investasi terhadap RRT sebagai suatu jalan untuk diversifikasi cadangan devisa. Hingga akhir 2022, bank tersebut memiliki jumlah surat hutang RRT meningkat mencapai 51 milyar CZK. Hingga akhir Maret 2023, rasio RMB dalam cadangan devisa bank sentral Ceko masih mencapai 1,9%.

Mengapa dalam beberapa bulan saja sikap CNB terhadap aset RMB berubah 180 derajat? CNB menolak untuk memberikan keterangan lebih lanjut. Sejumlah media massa menyebutkan, di balik keputusan menjual seluruh cadangan devisa RMB terdapat faktor politik, “RMB tidak lagi layak dimiliki, karena jika RRT menyerang Taiwan, segala proposal untuk meraih keuntungan dari ekonomi RRT kemungkinan akan merugikan Ceko.” Pada Maret lalu, setelah mantan Direktur NATO yakni Jenderal Petr Pavel menjabat sebagai Presiden Ceko, hubungan dengan Beijing menjadi semakin jauh.

Faktanya, ekonomi Ceko tidak bisa dibilang tergantung pada Tiongkok, walaupun Ceko merupakan mitra dagang kedua terbesar bagi Tiongok di kawasan Eropa Tengah dan Eropa Timur. Menurt data Ceko: nilai dagang kedua negara pada 2022 adalah 47,1 milyar dolar AS, atau sekitar 9,9% dari total nilai perdagangan Ceko; di antaranya ekspor terhadap Tiongkok mencapai 2,7 milyar dolar AS, turun 9,3% dibandingkan periode yang sama, setara dengan 1,1% dari total nilai ekspor Ceko; nilai impor Ceko dari Tiongkok mencapai 44,4 milyar dolar AS, naik 25,8% dibandingkan periode yang sama, setara dengan 18,8% dari total nilai impor Ceko; defisit perdagangan Ceko mencapai 41,7 milyar dolar AS. Data dari pihak Tiongkok jelas jauh lebih kecil (tahun 2022 nilai dagang bilateral RRT-Ceko sebesar 23,65 milyar dolar AS, dengan ekspor pihak RRT mencapai 18,23 milyar dolar AS, naik 20,7% dibandingkan periode yang sama, dan impor sebesar 5,42 milyar dolar AS, turun 10,5% dibandingkan periode yang sama).

Ceko juga sedang mempertimbangkan untuk mundur dari Forum Kerjasama RRT-Negara Eropa Tengah & Timur (Cooperation between China and Central and Eastern European Countries, atau 17+1). Menlu Ceko yakni Jan Lipavsky menyatakan, janji mengenai investasi berskala besar dan perdagangan saling menguntungkan dalam mekanisme tersebut, “Tidak juga terealisasi walaupun sepuluh tahun telah berlalu”. Pada 2 Mei tahun ini, setelah menemui Blinken, kepada media massa Lipavsky menyatakan, “Saya berterima kasih pada kepemimpinan strategis AS pada masalah Tiongkok. Saya memberikan jaminan kepada Menlu Blinken, kami akan mempersiapkan kerangka kerjasama dengan mereka dalam kerangka Eropa. (negara “17+1” berubah menjadi “14+1” setelah tiga negara Baltik mengundurkan diri) Negara 14+1 selain tidak solid juga tidak memiliki masa depan.”

Seharusnya dikatakan, bank sentral Ceko mengosongkan aset RMB karena ada alasan politik, dan juga ada pertimbangan ekonomi. Seperti dikatakan oleh salah satu anggota direksi CNB Jan Kubicek, “Undang-undang Ceko menetapkan, CNB harus mengelola cadangan devisanya dengan hati-hati, oleh sebab itu saat keputusan dibuat harus selalu mempertimbangkan latar belakang ekonomi dan non-ekonomi.”

Rusia Juga Mengurangi Kepemilikan Cadangan Devisa RMB

Walaupun Ceko disebut sebagai contoh yang ekstrem, tapi tak sedikit bank sentral di dunia yang mengurangi kepemilikan cadangan devisa RMB mereka, antara lain termasuk Rusia yang sangat “mengandalkan” PKT, ini sungguh di luar dugaan banyak pihak.

Rusia yang terjerumus dalam perang Rusia-Ukraina, membutuhkan pertolongan Beijing, sambil menyerukan “de-dolarisasi” dan perdagangan Rusia-Tiongkok diselesaikan dengan mata uang lokal, tetapi praktik sesungguhnya justru sangat bertentangan.

Menurut data yang dirilis oleh bank sentral Rusia, hingga 31 Desember 2022 lalu, cadangan devisa yang dimiliki bank sentral Rusia sebanyak 581,9 milyar dolar AS. Jika mengabaikan aset cadangan devisa dalam mata uang USD milik Rusia yang telah dibekukan oleh Eropa dan AS sebesar 310 milyar dolar AS, dan juga aset berupa cadangan emas senilai 135,5 milyar dolar AS, maka cadangan devisa asing yang bisa digunakan Rusia adalah sebesar 136,4 milyar dolar AS. Di dalam cadangan devisa Rusia tersebut berapa banyak mata uang RMB yang dimilikinya? Dalam suatu laporan risetnya Citibank Group menyebutkan, mata uang RMB sekitar 303 milyar Yuan RMB, atau setara dengan 45 milyar dolar AS, walaupun hanya sekitar 7,7% dari total cadangan devisa Rusia, tapi jika dibandingkan cadangan devisa 136.4 milyar dolar AS yang bisa digunakannya hanya sekitar 33%, bisa dibilang tidak tinggi.

Tapi Rusia tidak percaya pada PKT, tahun ini cadangan devisa RMB juga terus menurun drastis. “Laporan Analisa dan Informasi Profil Risiko Pasar Uang Rusia” yang dirilis bank sentral Rusia April lalu menunjukkan, hingga akhir April 2023, cadangan devisa RMB milik bank sentral Rusia telah berkurang setara nilai 13 milyar dolar AS dibandingkan Maret, atau turun sekitar lebih dari setara nilai 30 milyar dolar AS dibandingkan puncak tertingginya pada Oktober 2022.

Bagaimana menguranginya? Pertama, terus menjual RMB. Tahun ini mata uang Rubel Rusia melemah, sejak Februari bank sentral terus menjual RMB dalam jumlah besar. Kedua, dalam penyelesaikan ekspor impor produk dengan pihak RRT, dibayar dengan RMB dengan menyesuaikan rasio pembayaran RMB pada ekspor dan impor.

Itu semua adalah tindakan resmi pemerintah Rusia. Pada 11 April lalu, kantor berita Rusia Interfax memberitakan, bank sentral Rusia secara terbuka memperingatkan para pengusaha ekspor di Rusia: berdasarkan perjanjian lama dengan pihak Tiongkok penyelesaian dengan RMB telah berlebihan, sehingga terdapat risiko. Alasan adanya risiko adalah tidak dapat ditukar dengan bebas dan kekurangan akan alat untuk lindung nilai. Bagaimana sesungguhnya hubungan antara Rusia dengan RRT, sungguh patut dicermati.

RMB Dalam Cadangan Devisa Global Dari Bertambah Berubah Menjadi Berkurang

Jika dikatakan Ceko dan Rusia hanya pengecualian; maka data IMF menunjukkan, rasio kepemilikan RMB dalam cadangan devisa global sedang merosot. Data terbaru “Komposisi Mata Uang Cadangan Devisa” (COFER) dari IMF hingga akhir kuartal pertama 2023 menunjukkan, rasio RMB dalam COFER telah turun hingga 2,58%.

Perlu diketahui, pada 1 Oktober 2016, mata uang RMB resmi dimasukkan ke dalam keranjang mata uang Hak Penarikan Khusus (SDR) IMF, dan menjadi mata uang kelima setelah USD, Euro, JPY, dan GBP; di hari yang sama, IMF juga menyesuaikan investigasi “Komposisi Mata Uang Cadangan Devisa”, hanya memaparkan kondisi mata uang RMB.

Sejak saat itu, RMB dimiliki oleh bank sentral banyak negara. Misalnya pada 14 Juni 2017, bank sentral Eropa mengumumkan, telah merampugnkan investasi terhadap cadangan devisa RMB, dengan skala setara dengan 500 juta Euro. Hingga akhir 2021, dalam cadangan devisa global, rasio RMB mencapai 2,79% atau mencapai 336,1 milyar dolar AS, meningkat 3,7 kali lipat dalam 5 tahun terakhir.

Namun, sejak semester kedua 2022, kondisi mulai berbalik arah, RMB mulai dikurangi dari cadangan devisa global (lihat tabel). Melihat kondisi ekonomi dan situasi internasional PKT, ini bukanlah fluktuasi dalam kisaran normal, melainkan suatu perubahan yang berbalik arah, menunjukkan bahwa di sektor keuangan internasional juga sedang “mengurangi risiko”.

Rasio RMB dalam cadangan devisi global

Sumber data: IMF

Kesimpulan

Rasio RMB dalam cadangan devisa global tidak pernah melebihi 3%. Pada kuartal pertama tahun ini, dalam cadangan devisa global, rasio USD mencapai 59,02% sedangkan mata uang Euro sekitar 19,77% menyusul JPY sebesar 5,47% dan GBP sebesar 4,85% sementara RMB yang paling rendah yakni hanya 2,58%. Padahal sebagai negara body ekonomi kedua terbesar di dunia, PDB-nya mencapai 18,5% dari total PDB global. Ketimpangan yang tidak proporsional ini menjelaskan bahwa: pertama, ada kelemahan mendasar pada keuangan Tiongkok, dan belum bisa sejalan dengan keuangan internasional; kedua, keuangan dibatasi oleh kebijakan negara, rezim PKT sangat tidak dipercaya oleh masyarakat internasional. Selama kedua hal ini tidak berubah secara tuntas, maka seruan PKT “internasionalisasi RMB” hanya akan mempermalukan dirinya sendiri! (sud/whs)