Aku Menetap di Tempat Lain, Pamanku Ingin Membeli Rumah Peninggalan Orangtuaku, Saat Aku Menolak, Pamanku Tidak Senang

EtIndonesia. Saya rasa banyak orang memiliki pemikiran “daun yang gugur akan kembali ke akarnya”. Sebaik apa pun mereka berkembang di tempat lain, mereka berharap untuk kembali ke kampung halamannya untuk menghabiskan masa tua mereka dengan damai di masa depan, yang disebut nostalgia.

Dengan peningkatan standar hidup, semakin banyak orang pedesaan yang menetap di kota, tetapi bagaimanapun juga, jika Anda memiliki rumah di kota asal Anda, akan ada perasaan memiliki. Jika suatu hari orangtua Anda meninggal dan kerabat Anda ingin membeli rumah lama Anda, apakah Anda setuju?

Ketika orangtua sudah tiada, sebagian besar anak-anak yang sudah menetap di tempat lain tidak akan kembali ke kampung halamannya, sehingga sebagian orang memilih untuk menjual rumah lama mereka. Namun, ada juga orang yang akan merawat rumah lama dengan baik.

Kampung halamanku berada di desa pegunungan terpencil di Hubei, memiliki lingkungan yang indah dan merupakan tempat yang sangat cocok untuk orangtua, dan juga kenangan yang indah pada masa kecilku.

Dikatakan bahwa semua orang ingin pergi ke kota besar, mungkin mereka dapat mengubah nasib mereka jika mereka mendapat kesempatan, dan saya tidak terkecuali.

Setelah lulus dari universitas, aku pergi Shenzhen untuk bekerja, tempatku bekerja keras selama lebih dari sepuluh tahun, dan akhirnya menetap di sana.

Istriku adalah teman kuliahku. Untuk memiliki rumah di Shenzhen, aku dan istriku hidup hemat dan bekerja paruh waktu setiap hari setelah pulang kerja. Akhirnya, ketika putra kami berusia tujuh tahun, kami memiliki rumah pertama dalam hidup kami.

Berpikir bahwa orangtuaku telah bekerja keras sepanjang hidupnya, aku ingin orangtuaku tinggal bersama kami dan membiarkan mereka menikmati kebahagiaan hidup.

Setelah berdiskusi dengan istriku, aku ingin membawa orangtuaku membantu kami merawat anak-anak, tetapi ayahku menolaknya. Dia ingin mendapatkan uang di kampung halamannya sementara dia masih bisa bergerak.

Dalam sekejap mata, sepuluh tahun telah berlalu, dan orangtuaku telah meninggal dunia.

Beberapa waktu yang lalu, adik laki-laki ayah, atau pamanku, meneleponku untuk membicarakan sesuatu denganku. Dia mengatakan bahwa aku telah tinggal di tempat lain dan rumah di kampungku kosong tidak ada yang menempati. Dia ingin membeli rumahku untuk putranya.

Saat aku menolak, pamanku berpikir bahwa harganya terlalu murah, jadi dia ingin menaikan harganya, tetapi aku masih menolaknya. Ini bukan masalah uang, tetapi rumah tua itu memiliki terlalu banyak kenangan dalam hidupku, dan itu adalah satu-satunya tempat aku mengenang orangtuaku.

Meskipun aku menjelaskannya kepada pamanku berulang kali, pamanku merasa tidak sendang dan mengatakan bahwa aku memandang rendah mereka.

Mengapa pamanku tidak mengerti bahwa rumah tua itu sangat berarti bagiku. Sekarang setelah orangtuaku pergi, rumah tua adalah satu-satunya yang ditinggalkan oleh mereka. Sebagai seorang anak, aku harus merawatnya.

Meskipun aku tinggal di Shenzhen, aku selalu bermimpi bahwa suatu hari ketika putraku sudah menikah, aku akan membawa istri ku kembali ke kampung halamanku untuk tinggal di sana.

Bagaimana menurut pendapat teman-teman, apakah keputusan saya untuk tidak menjual rumah kepada paman salah?

Sumber: uos.news