Dokter : Jangan Melakukan 3 Hal Membahayakan Ini Saat Terjadi Serangan Jantung !

EtIndonesia. Tidak semua infark miokard (serangan jantung) itu bersifat ireversibel, padahal angka kematian karena serangan jantung itu hanya sekitar 20%. Namun hal yang sangat disayangkan adalah bahwa 90% kematian orang yang mendapat serangan jantung justru terjadi di luar rumah sakit yang sebagian besar disebabkan oleh pertolongan yang tidak tepat. Alasan utamanya adalah kesalahan yang dilakukan baik oleh penderita serangan jantung itu sendiri maupun akibat kesalahan yang dibuat keluarganya dalam melakukan pertolongan.

Berikut ada 3 contoh kasus menyedihkan, yang diharapkan dapat menjadi peringatan bagi lebih banyak orang.

Mandi yang berakibat fatal

Tuan Zhang menderita tekanan darah tinggi selama bertahun-tahun dan diperparah karena menderita penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner dan infark miokard sebenarnya adalah penyakit yang sama, tetapi tahap penyakitnya berbeda. Begitu plak di arteri koroner pecah dan membentuk trombus, maka hal itu akan menghambat sistem kardiovaskular dan menyebabkan iskemia dan hipoksia pada jantung. Jika pembuluh darah yang tersumbat tidak dapat segera dibuka kembali, maka sel-sel miokard akan mati sehingga jantung berhenti berdetak yang akibatnya fatal.

Tuan Zhang diliputi perasaan resah dan sesak napas, nyeri pada dada yang terus-menerus saat berbelanja bahan makanan di pasar. Bahkan dengan meminum obat jantung yang dibawanya pun tidak mampu meredakan gejalanya. Dokter biasanya akan menyuruh pasien yang mengalami hal seperti ini untuk segera pergi ke rumah sakit. Meskipun Zhang juga mau pergi ke rumah sakit, tapi lantaran takut akan dirawat di rumah sakit maka dia memilih pulang ke rumah untuk mandi terlebih dahulu baru pergi berobat.

Sayangnya, saat sedang mandi itu dia terjatuh di kamar mandi. Mendengar suara Zhang jatuh dalam kamar mandi, keluarganya buru-buru menelepon 120 untuk meminta bantuan. Namun dia sudah berhenti bernapas sebelum tim medis tiba di rumahnya.

Kesalahan yang dia lakukan adalah : Ketika terjadi infark miokard, hal yang paling dipantang adalah melakukan aktivitas fisik yang justru meningkatkan konsumsi oksigen miokard, yang jika oksigennya tidak mencukupi maka akan mempercepat kematian sel-sel miokard. Jadi dia hanya bisa diselamatkan dengan menjaga tubuh setenang mungkin, tanpa banyak bergerak dan secepatnya dilarikan ke rumah sakit untuk membuat peredaran darah pada pembuluh darah yang tersumbat berjalan lancar kembali. Jadi menggunakan kursi roda atau tandu dan menelepon layanan darurat adalah pilihan terbaik.

Tepukan yang berakibat fatal

Ketika nenek Liu yang hidup bahagia sedang menunggu kedatangan cucunya yang mau menjemput dirinya pergi ke rumah anaknya yang sedang merayakan sebulan usia cucunya. Dia tiba-tiba jatuh di ruang tamu sambil memegangi dadanya, segera suaminya yang berada di samping membantunya duduk di Sofa, memberi air minum dan menepuk punggungnya.

Menyadari bahwa mungkin terjadi infark miokard, suami tiba-tiba teringat bahwa dirinya pernah membaca di Internet bahwa dengan batuk keras dan menepuk keras-keras siku dan punggung dapat meredakan serangan, jadi suaminya mulai menepuk keras-keras bagian siku dan punggung sampai nenek meringkuk di sofa dan merasa sangat kesakitan tetapi tidak bisa batuk. Disayangkan bahwa metode ini tidak memberikan efek apa pun, tak lama kemudian wanita tua itu menjadi diam dan tidak lagi bergerak.

Kesalahan yang terjadi adalah : Setelah pembuluh darah jantung tersumbat, hal yang paling penting adalah mengeluarkan atau mencairkan emboli dari pembuluh darah yang tersumbat. Tidak ada cara lain meskipun dengan batuk keras, menepuk siku atau punggung, mencubit philtrum, dll. yang selain sia-sia, juga dapat memperparah kondisi. Tetapi cara yang paling efektif adalah secepatnya melarikan korban ke rumah sakit terdekat untuk menyelamatkan jiwanya.

Penantian yang berakibat fatal

Tuan Li tinggal di rumah anaknya setelah istrinya meninggal dunia. Pada siang hari, ketika anak-anaknya tidak di rumah karena pergi bekerja, dia keluar rumah untuk berjalan-jalan mengelilingi komunitas yang tidak terlalu besar, sambil ngobrol atau bermain catur dengan tetangga di lantai bawah. Saat sedang berjalan-jalan keliling komunitas Tuan Li tiba-tiba merasa dadanya sesak dan sulit bernapas. Dia bergegas pulang agar bisa berbaringan di tempat tidur dalam rumah. Karena hari sudah mulai senja jadi Tuan Li tidak menelpon anaknya untuk memberitahu ihwal gangguannya, “Toh sebentar lagi mereka pulang,” pikirnya.

Namun rasa tidak nyaman itu menjadi semakin buruk, dan nyeri dada yang dirasakan semakin tak tertahankan, keringat dingin pun bercucuran. Di saat itu Tuan Li baru memaksakan diri untuk menelepon putranya. Mendengar ada yang tidak beres dengan ayahnya, sang anak bergegas pulang. Setelah sampai di rumah kira-kira setengah jam perjalanan, putra Tuan Li melihat ayahnya sudah tidak sadarkan diri dan segera menelepon 120 untuk minta bantuan darurat. Sayangnya, dalam perjalanan ke rumah sakit, elektrokardiogram sudah menunjukkan garis lurus.

Kesalahan yang terjadi adalah : Pertolongan terhadap pasien infark miokard butuh berpacu dengan waktu. Waktu emas bagi penyelamatan hanya 2 jam. Semakin lama penundaan waktu, akan ada semakin banyak sel miokard yang mati dan kegagalan kardiopulmoner akan semakin serius. Kalaupun akhirnya nyawa pasien tersebut terselamatkan, kualitas hidup di masa depan akan sangat menurun. Dan lebih banyak orang akan kehilangan nyawanya karena tertundanya mendapatkan pertolongan.

Dokter mengingatkan

Apabila terjadi infark miokard atau serangan jantung, pendekatan yang benar adalah : Segera hubungi nomor telepon darurat untuk minta pertolongan penanganan, tetap hubungi dokter darurat, dan minum obat darurat sesuai petunjuk dokter.

Perlu kita ketahui bahwa tidak semua orang cocok untuk minum obat darurat, jika tidak, hal ini mungkin menimbulkan kontraproduktif, dan tidak ada obat darurat yang dapat benar-benar mengobati infark miokard. Jika yang bersangkutan sendiri yang pergi ke rumah sakit, maka perlu menghindari berjalan kaki, lebih baik naik kendaraan dalam upaya untuk mengurangi sebanyak mungkin aktivitas fisik. (sin/yn)

Sumber: aboluowang