PKT Akhirnya Mengakui Adanya Wabah Akibat Infeksi Virus Campuran yang Menyerang Saluran Pernapasan Anak-Anak

 oleh Ning Xin

Beberapa bulan terakhir, Banyak anak-anak di berbagai tempat di Tiongkok menderita infeksi saluran pernafasan, bahkan terkena fenomena paru-paru putih dan tidak begitu dapat disembuhkan oleh rumah sakit. Namun setelah pihak berwenang selama beberapa bulan bersikeras mengklaim bahwa penyebabnya adalah “pneumonia mikoplasma”, akhirnya terpaksa mengakui bahwa wabah yang menyerang anak-anak saat ini adalah akibat infeksi campuran dari beberapa virus dan bakteri.

Sejak memasuki bulan November tahun ini, departemen pengendalian penyakit di Guangdong, Jiangsu, Yunnan, Fuzhou, Chongqing dan tempat lainnya telah mengeluarkan peringatan tentang “infeksi campuran” penyakit pernapasan. Patogen ini termasuk virus pneumonia mikoplasma, virus influenza, virus COVID, adenovirus, dan lain-lain, serta infeksi bakteri umum.

Gejala dari infeksi virus campuran antara lain berupa batuk, pilek, demam, berdahak, infeksi pada  paru-paru, kelelahan umum, dan lain-lain. Saat ini, anak-anak memiliki tingkat infeksi terbesar dan sulit disembuhkan meskipun telah menjalani pengobatan jangka panjang.

Li Hua (nama samaran) dari Kota Wuxi, Provinsi Jiangsu mengatakan kepada reporter The Epoch Times pada 17 November, bahwa putranya yang berusia 5 tahun mengalami demam berulang akibat “pneumonia mikoplasma” seminggu yang lalu dan dirawat di rumah sakit setempat. Pagi hari tanggal 15 November, putranya mengalami demam saat buang air kecil, dan lengan dan kaki kirinya tidak bertenaga. Setelah melakukan MRI pada sore harinya, dokter mengatakan bahwa itu adalah stroke infork yang sangat jarang terjadi.

Li Hua tidak punya pilihan selain malam itu juga memindahkan anaknya ke rumah sakit besar di Shanghai dengan ambulans. Anaknya langsung dimasukkan ke unit perawatan intensif, dan orang tuanya hanya bisa menunggu di luar pintu, hasil konsultasi ahli belum dirilis.

Guo Jie (nama samaran) dari Kota Dalian, Liaoning juga mengatakan kepada wartawan bahwa putranya yang berusia 13 tahun juga mengalami demam selama 7 hari berturut-turut karena infeksi campuran. Ia dirawat di rumah sakit di Pusat Medis Wanita dan Anak Dalian (Kampus Titus Xincheng). Di sana putranya menjalani CT scan, dan dokter menemukan ada penyumbatan di paru-parunya, karena itu anak tersebut diminta untuk menjalani “cuci paru-paru”.

Infeksi virus campuran ini hampir selalu bersifat familial, dan baik anak-anak maupun orang dewasa dapat tertular, sehingga sulit untuk dicegah.

Netizen dengan nama “Li Damei” mengatakan di platform sosial, bahwa dirinya memiliki 2 orang anak. Yang sulung sakit tenggorokan dan pusing setelah pulang dari sekolah. Dia demam keesokan harinya dan pergi ke rumah sakit untuk tes darah yang hasilnya menunjukkan infeksi mikoplasma, infeksi bakteri dan COVID-19. Anak kedua mulai demam pada hari ketiga. Dia didiagnosis menderita infeksi mikoplasma. Sekarang dia juga mengalami gejala sakit tenggorokan dan hidung tersumbat.

Ada pula netizen yang memberitakan : “3 dari keluarga yang beranggotakan 4 orang mengalami batuk, demam, pilek, sakit kepala, dan merasa tidak nyaman di sekujur tubuh”.

Rumah sakit penuh sesak pasien merebut nomor untuk perawatan

Guo Ling (nama samaran) dari Kabupaten Gu’an, Kota Langfang, Provinsi Hebei, mengatakan kepada reporter Epoch Times bahwa beberapa waktu lalu kedua putranya terserang demam. Putra sulungnya saat ini sudah sembuh, tetapi putra keduanya mengalami gejala demam yang berulang. Tiga minggu yang lalu, anak kedua mengalami demam tinggi. Saat itu, semua rumah sakit penuh, sehingga ia gagal untuk mendapat perawatan rumah sakit, terpaksa berobat jalan. Karena itu Guo Ling terpaksa setiap hari pulang pergi mengantarkan anaknya ke rumah sakit dekat rumahnya untuk mendapatkan infus. Setelah sembuh dari demam putranya kembali bersekolah, tetapi hanya bertahan beberapa hari, yakni pada 10 November putra kedua Guo Ling kembali merasa demam, dan hasil pemeriksaan rumah sakit menyatakan bahwa ia terinfeksi virus campuran.

Guo Ling mengatakan, sekarang rumah sakit tidak lagi melakukan tes asam nukleat, kecuali tes darah, dan hasilnya nyaris sama, yaitu infeksi mikoplasma katanya. Dan hampir semua rumah sakit memberikan pasien infus cairan azitromisin.

Demam putaran kedua pada putra bungsu Guo Ling telah berlangsung selama 7 hari. Setelah pulang dari mengantar putra sulungnya ke sekolah setiap pagi, Guo Ling bergegas mengunci anak keduanya dalam rumah dan pergi ke rumah sakit  untuk memperoleh nomor antrian infus. Begitu gilirannya sudah hampir sampai, maka Guo Ling harus cepat-cepat pulang untuk membawa anaknya ke rumah sakit menerima infus agar terhindar dari infeksi silang.

“Koridor di unit pediatrik penuh dengan orang. Tidak ada tempat duduk. terpaksa membawa bangku sendiri. Karena tidak ada tempat untuk menggantungkan kantong infus,  maka kantong infus ditempelkan di dinding dengan lakban dan pasien bebas duduk di mana saja untuk menerima infus. Kacau balau tampaknya”, katanya.

Sampai saat ini putra bungsu Guo Ling belum juga sembuh total meskipun sudah menjalani serangkaian perawatan infus. Gejala seperti demam dan pilek masih sering kambuh. Sekarang ia memutuskan untuk beralih ke pengobatan tradisional Tiongkok.

Guo Ling sendiri yang kelelahan merawat anaknya juga mengalami demam dan gejala lainnya. Gejalanya sedikit membaik setelah ia meminum obat sisa anaknya.

Infeksi pneumonia yang berulang membuatnya cemas. Guo Ling mengatakan, bahwa kali ini setelah putranya sembuh dari penyakitnya, ia memutuskan untuk tidak terlalu buru-buru menyekolahkannya, karena takut tertular lagi. Dia dan orang tua lainnya telah meminta pihak sekolah untuk mengadakan kelas online, dan beberapa orang tua telah memberikan tanggapan kepada dinas pendidikan setempat, namun belum ada jawaban.

Biaya pengobatan yang mahal menjadi beban berat bagi orang tua 

Bagi sebagian keluarga biasa, biaya pengobatan yang tinggi menjadi beban berat dalam kehidupan.

Putra Zhao Yufeng (nama samaran) yang berusia dua bulan dari Kota Hohhot, Mongolia Dalam tiba-tiba terserang demam pada 24 Oktober tahun ini. Demam berlangsung selama 4 hari dan tidak kunjung mereda. Dia bertanya ke semua rumah sakit tetapi penuh sesak, akhirnya menghubungi Rumah Sakit Kesehatan Ibu dan Anak Hohhot. Setelah masuk unit perawatan intensif dan menjalani serangkaian pemeriksaan, penyakitnya tidak juga membaik tetapi biaya pengobatannya sudah menelan RMB. 15.000,-.

“Tidak ada tempat pembaringan di bangsa kecuali ruang ICU, dan belum tahu apa penyebabnya. Setelah pada hari kelima semua virus yang terdeteksi dijejerkan baru menemukan bahwa itu adalah infeksi virus campuran”, kata Zhao Yufeng.

Menurut Zhao Yufeng, putranya yang berusia dua bulan sangat menderita di rumah sakit. Dia diperiksa dari ujung kepala sampai ujung kaki, dipasang saluran lambung dan saluran kemih. Tes darah dilakukan setiap dua hari sekali, ia diberi infus, obat-obatan setiap harinya, juga atomisasi.

Kini, anak tersebut masih mengalami demam, batuk, dan pilek yang berselang-seling. Biaya pengobatan terus meningkat. Ia telah 4 kali meminta keluar dari rumah sakit, namun pihak rumah sakit menolak, akhirnya terpaksa meninggalkan rumah sakit setelah menjalani sebelas hari perawatan tanpa hasil dan berencana pindah ke rumah sakit lainnya.

“Sudah 11 hari anak saya diperiksa, tetapi indeks (peradangan) masih tinggi. Saya menangis beberapa kali karena marah. Bayi saya menangis di dalam, dan saya menangis karena saya sakit hati. Rumah sakit memberikan obat protein impor kepada anak saya, katanya untuk meningkatkan kekebalan. Satu 1 ampul saja harganya RMB. 550,-, dan 4 ampul sudah dihabiskan tetapi tidak menunjukkan ada perbaikan”.

“Saya tidak kuat lagi membayar biaya itu setiap hari, sampai akhirnya saya menghentikan pembayarannya. Saya bilang nanti saya lunasi setelah keluar rumah sakit. Saya merasa mereka merawat pasien secara semberono”.

Banyak netizen melalui platform sosial mengeluhkan soal tingginya biaya pengobatan, banyak dari mereka juga mengeluh bahwa perjalanan tahun ini terasa sangat sulit. (sin)