Bocah-Bocah Jauh dari Ortu di Shaanxi, Tiongkok Dijadikan Kelinci Percobaan oleh Pengembang Vaksin Baru

 oleh Zhao Fenghua, Li Shanshan dan Liu Fang

Baru-baru ini, terungkap secara online bahwa banyak sekolah TK Kota Weinan, Linwei, Provinsi Shaanxi, memanfaatkan murid-murid yang berstatus jauh dari orangtua (anak ditinggal orang tua yang bekerja di luar kota/provinsi) untuk menjalani uji klinis dengan mengatasnamakan “menerima vaksinasi”. Masing-masing murid tersebut diberi uang RMB. 150,- katanya untuk biaya transportasi setiap kali selesai diambil darahnya. Pakar hukum Tiongkok mengatakan bahwa ini adalah kejahatan yang dilakukan oleh otoritas Partai Komunis Tiongkok terhadap anak-anak.

Rekaman video yang diposting online menunjukkan bahwa uji coba pada manusia ini bertujuan untuk memperluas penggunaan vaksinasi untuk mencegah epidemi meningitis serebrospinal yang disebabkan oleh Neisseria meningitidis kelompok ACYW135, dari anak-anak berusia 3 bulan hingga 3 tahun menjadi hingga anak-anak yang berusia 4 hingga 6 tahun. Jadi dicurigai bahwa uji klinis vaksin ini dilakukan dalam beberapa kelompok terhadap 1.000 orang anak-anak yang tertarget.

Ada juga foto yang menunjukkan, seorang nenek dari murid sedang menandatangani “formulir persetujuan”, agar murid bersangkutan dapat berpartisipasi dalam vaksinasi dengan iming-iming berhadiah biaya transport.

“Kakek mau pun nenek bagi anak-anak yang ditinggalkan oleh orang tua yang bekerja di tempat lain, mereka itu bukanlah wali. Jadi tanda tangan mereka tidak mempunyai kekuatan hukum. Sedangkan wali yang sebenarnya adalah orang tua dari anak-anak. Jadi secara hukum tanda tangan kakek-nenek dari anak-anak itu bukan sebagai wali. Lantaran kakek dan nenek tidak mengerti hal ini. Mereka dapat dicurangi. Dalam kenyataannya, anak-anak ini dijadikan sebagai kelinci percobaan oleh produsen untuk eksperimen vaksin mereka tanpa sepengetahuan wali, mereka memaksa kakek-nenek menandatangani apa yang disebut dokumen sebagai wali yang mengetahui masalah dan pernyataan menyetujui anak untuk ikut serta dalam eksperimen secara sukarela. Ini adalah tindakan melanggar hukum, tindakan kriminal,” kata Mr. Xiao, mantan anggota sistem peradilan di Tiongkok.

Menurut laporan, pada 14 Oktober tahun ini, setidaknya ada 12 orang murid di “TK Xintiandi” Distrik Linwei yang berpartisipasi dalam uji coba vaksin, dan 11 orang diantaranya adalah anak berstatus jauh dari ortu. Seorang kakek dari murid TK itu melaporkan, bahwa pada saat itu yang dia kira adalah cucunya akan menerima vaksinasi, karena katanya murid yang menolak vaksinasi tidak diizinkan masuk sekolah.

“Saya pikir tidak heran jika insiden tersebut memicu kemarahan orang. Bagaimana tidak, anak-anak ini sudah patut dikasihani lantaran jauh dari orangtuanya, kehilangan kehangatan keluarga. Sedangkan banyak kakek-nenek yang kurang berpendidikan jadi tidak mengerti dan mudah tertipu. Ini adalah penipuan. Uji klinis pada diri anak juga dapat berdampak besar terhadap kesehatan mereka. Bukankah ini sebuah bentuk menjadikan bocah-bocah tidak berdosa ini sebagai kelinci percobaan ?” kata Mrs. Wang, seorang warga Provinsi Shaanxi.

Setelah insiden tersebut menyebar secara online, informasi dan video asli yang relevan telah dihapus dari platform online oleh pihak berwenang Tiongkok.

“Mereka menghapus postingan tersebut karena takut setelah kakek nenek mengetahui situasi sebenarnya, lalu mereka memberitahu masalah ini kepada orang tua dari anak-anak yang ditinggalkan. Dan orangtua pasti akan memprotes,” kata Mrs. Wang.

Menurut laporan, pada saat itu sudah ada beberapa anggota keluarga yang curiga, apakah anak-anak TK ini sedang menjalani penelitian dengan subjek manusia, namun staf di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Distrik Linwei bersikeras menolak hal itu. Pada 21 Oktober tahun ini, taman kanak-kanak yang disebutkan di atas kembali mengeluarkan pemberitahuan uji coba vaksin, dengan jumlah anak yang ditingkatkan dari 12 menjadi 25 orang. (sin)