Kisah Hipnotis Dolores (2): “Cermin Ajaib” Nostradamus

FU YAO

Prancis pada abad pertengahan, di suatu malam yang sunyi, bahkan bulan pun seakan tertidur lelap. Di tengah kegelapan malam, seberkas sinar menembus lewat celah pintu sebuah gubuk kecil. Gubuk itu adalah ruang pustaka seorang manula. Terlihat manula itu dengan ekspresi khusyuk berdiri di depan sebuah tripod tembaga, ia menyipratkan air pada kaki dan bagian bawah jubahnya, seolah sedang melakukan semacam ritual kuno. Di tengah temaram sinar lampu itu, si manula menatap ruang hampa, dengan pandangan mata terpusat. Tiba-tiba secara tak terkendali, tubuhnya mulai bergetar, dan wajahnya mengungkapkan ekspresi kepanikan. Sebetulnya apa saja yang telah ia lihat?

Manula itu adalah Nostradamus yang dijuluki sebagai peramal terhebat di seluruh Benua Eropa, juga penulis dari buku ramalan yang tersohor, berjudul “Les Prophéties”. Dalam dua bait sajak dalam buku tersebut ia menulis bahwa dirinya telah melihat masa depan, melihat ramalan, melihat “dalam cahaya suci, Tuhan bersamaku”.

Dalam buku “Les Prophéties” telah tercatat 942 bait kuatrain (sajak 4 baris, red.) profetik atau ramalan, hingga saat ini, yang telah dipecahkan hanya sekitar 300 bait, namun kontennya cukup mengejutkan. Revolusi Prancis, Raja Louis XVI dihukum pancung, bangkitnya Napoleon, PD-I dan PD-II, bahkan serangan teroris 911 pun diramalkan secara tepat. Ini membuat buku tersebut selalu dicari-cari oleh banyak orang setelah lebih dari 400 tahun dipublikasi, selalu dicari orang, dicetak berulang kali dan telah diterjemahkan ke dalam banyak macam bahasa.

Dua Ramalan

Pada 14 Desember 1503, Nostradamus dilahirkan di sebuah keluarga Yahudi kaya di Provence, Prancis, kakek buyutnya (dari jalur ibu) adalah seorang dokter terkenal, sangat berpendidikan dan terpandang. Sejak kecil dirinya telah sangat dipengaruhi oleh kakek buyutnya tersebut, di usia dini ia telah menguasai banyak macam bahasa, matematika, juga ilmu astrologi yang misterius. Setelah beranjak dewasa, ia juga mengikuti jejak kakek buyutnya, dan menjadi dokter. Tetapi yang paling disukainya adalah astrologi dan juga ilmu gaib. Dikabarkan, kemampuan meramalnya yang ajaib itu berasal dari sebuah pusaka kuno.

Pada abad ke-16 Eropa dilanda wabah, tak terkecuali Prancis. Setelah menjadi dokter, Nostradamus terus bepergian antar desa dan kota, serta memberikan pertolongan medis. Namun naas, istrinya yang masih muda beserta kedua anaknya meninggal dunia akibat wabah.

Musibah seakan tak mau berhenti, di saat yang sama, entah mengapa dirinya dituduh sebagai seorang sesat, dan ia menjadi buron dari pemerintah setempat. Akibat kedua musibah ini, Nostradamus yang frustrasi itu meninggalkan Prancis, pergi ke Italia, dan di sana ia menghabiskan waktu 6 tahun. Selama kurun waktu itulah, berita tentang Nostradamus yang bisa meramal masa depan pun telah tersebar luas.

Dikabarkan, dirinya pernah bertemu dengan seorang rahib muda, pada saat bertemu, pemuda itu sedang memelihara babi. Tapi Nostradamus malah berlutut di depannya dan berkata dengan lantang, “Oh, Paus yang terhormat!” Rahib muda itu bernama Felice Peretti, yang kemudian juga terpilih sebagai Paus Sixtus PP. V pada 1585.

Selain itu ada satu lagi kisah ramalan yang telah beredar luas yang terjadi pada sebuah keluarga bangsawan Florenpierre. Hari itu sang bangsawan mengundang Nostradamus ke rumahnya untuk makan malam. Kebetulan para pelayan sedang membawa dua ekor babi kecil melewati halaman. Bangsawan itu meminta Nostradamus meramal nasib yang akan menimpa kedua ekor babi kecil itu. Nostradamus berkata, babi hitam itu akan menjadi hidangan di piring Anda, sedangkan babi putih akan disantap oleh seekor serigala kecil.

Sang bangsawan tertawa, lalu memerintahkan pihak dapur agar pada malam harinya menyembelih babi putih itu. Makan malam pun diselenggarakan dengan sangat mewah. Babi panggang yang aromanya semerbak dengan cepat disajikan di atas meja. Bangsawan itu dengan bangganya berkata kepada si tamu, inilah babi putih tadi. Tetapi Nostradamus berkata dengan sangat tenangnya, ini adalah babi hitam tersebut, begini saja, bagaimana kalau kita memanggil dan menanyai si koki?

Bangsawan berkata, baiklah, lalu semua pelayannya dipanggilnya. Alhasil sang peramal itu benar. Ternyata awalnya pihak dapur telah menyiapkan babi putih kecil itu, setelah dibersihkan lalu diletakkan sebelum dimasak. Tapi tak disangka seekor serigala kecil milik seorang pegawai sang bangsawan, diam-diam menyelinap ke dapur, lalu menggondolnya pergi. Para pelayan tak berdaya, dan dengan terpaksa menyembelih babi hitam itu sebagai santapan makan malam.

Kali ini sang bangsawan benar-benar salut pada Nostradamus. Sejak saat itu Nostradamus pun makin terkenal. Kemudian, secara bertahap ia mengalihkan fokus kehidupannya dalam bidang penelitian spiritualisme.

Kematian Raja Membuktikan Ramalannya

Pada 1545, wabah kembali melanda Prancis. Sebagai dokter yang berhati mulia, Nostradamus kembali lagi ke negerinya, dan mulai membasmi pandemi dengan bepergian ke berbagai penjuru Prancis. Ia selalu mengkhotbahkan bahwa Tuhan menyayangi dan mempedulikan manusia yang baik hati. Setelah wabah berlalu, Nostradamus telah diberkati dengan cinta yang manis. Di usia paruh baya ia menikah lagi. Istrinya Anne Ponsarde sangat baik kepadanya. Kehidupannya pasca pernikahan mereka sangat tentram dan damai. Loteng di rumah mereka diubah menjadi laboratoriumnya. Setiap malam, Nostradamus ada di sini dengan ditemani buku-buku tentang ilmu gaib, serta menulis buku nubuat terpenting seumur hidupnya yakni “Les Prophéties”, dan meramalkan era mereka kala itu sampai dengan hari kiamat dunia.

Pada 1555, edisi pertama buku ramalan itu diterbitkan. Walaupun tidak sedikit kalimat dalam sajak itu yang sulit dipahami, urutan waktunya juga sengaja dikacaukan, tetapi karena ketenaran peramal Nostradamus sudah begitu dikenal, buku itu langsung menjadi incaran kaum bangsawan Eropa, khususnya di dalam istana Kerajaan Prancis. Karena ada isu yang mengatakan, salah satu sajak telah meramalkan tentang kematian Raja Henry II di masa itu. Berikut ini adalah sajaknya:

The young lion will overcome the older one,
On the field of combat in a single battle;
He will pierce his eyes through a golden cage,
Two wounds made one, then he dies a cruel death.

Ungkapan dalam sajak ini sangat lugas, yakni raja meninggal dunia setelah mengalami cedera mata akibat tertusuk dalam suatu pertandingan. Lalu bagaimana kenyataaanya?

4 tahun kemudian, pada April 1559, putri sulung Raja Henry II menikah. Pada pesta pernikahan itu, raja menghabiskan sangat banyak minuman beralkohol dan menjadi bersemangat, turunlah sang raja ke arena untuk bertanding tombak melawan bangsawan Montgomery asal Skotlandia. Demi keamanan, ujung besi tombak dihilangkan. Akan tetapi kecelakaan tetap saja terjadi, tombak di tangan bangsawan Montgomery dengan tepat menusuk mata sang raja. Kemudian karena infeksi, yang mengakibatkan sepsis (suatu komplikasi infeksi yang mengancam jiwa. Red.). Para dokter kerajaan tidak berdaya. Cedera pada mata ditambah sepsis, menyebabkan Raja Henry II meninggal dunia 10 hari setelahnya. Tepat sesuai dengan ramalan itu.

Tidak hanya Raja Henry II, tiga dari empat orang anaknya menjadi raja Prancis. Nasib mereka pun tertulis di dalam buku ramalan Nostradamus tersebut.

Putra sulung Henry yakni Raja Francis II lebih dulu naik takhta, tapi baru satu tahun naik takhta ia meninggal dunia karena sakit. Adiknya Charles IX yang berusia 10 tahun meneruskan takhtanya. Istri Francis yakni Ratu Mary dari Skotlandia kembali ke kampung halamannya, dan meneruskan takhta sebagai ratu. Tak disangka sekembalinya Mary selalu terjadi konflik antara dirinya dengan ratu Inggris kala itu yakni Ratu Elizabeth I, akhirnya dia dihukum mati oleh Elizabeth. Padahal semuanya itu, telah dapat ditemukan dalam sajak ramalan Nostradamus:

Sedangkan Charles IX sudah meninggal dunia di usia muda, adiknya meneruskan takhta. Yaitu Raja Henry III. Ada sebuah sajak ramalan Nostradamus yang menjelaskan ada seorang raja yang dibunuh dalam suatu rapat. Orang-orang mencocokkannya dengan kematian Henry III tersebut. 

Saat Henry masih berkuasa, terjadi perang agama yang berkepanjangan di Prancis. Pemimpin dari ketiga pihak yang terlibat perang semuanya bernama depan Henry, sehingga dalam sejarah disebut juga “Perang Tiga Henry”. Tahun 1588, Henry III mengadakan pesta jamuan jebakan, dengan maksud membunuh Henry dari keluarga Wangsa Guise, sebagai dasar untuk memenangkan peperangan, tapi di saat yang sama, kelak juga menjadi bayang-bayang kematian bagi dirinya sendiri.

Karena Wangsa Guise tidak terima. Seorang ksatria mengajukan diri untuk membunuh raja yang tidak beradab itu. Maka Jacques Clément sang ksatria mohon pamit pada ayahnya di kampung halaman, lalu bersembunyi di sebuah biara. Waktu itu perang belum usai, Raja Henry III sering berunding strategi dengan para jenderalnya di biara tersebut.

Dalam suatu rapat di hari itu, Jacques yang berpakaian jubah biarawan itu mengatakan hendak menyampaikan surat rahasia bagi sang raja, Henry memanggilnya mendekat. Melihat korban sudah terpancing, Jacques pun berkata lagi, juga ada pesan rahasia, yang harus disampaikan langsung pada sang raja, dimohon paduka raja memerintahkan para pengawal agar mundur. Henry pun menurutinya. Setelah itu? Sang pembunuh Jacques mendekat ke telinga Henry, lalu mencabut sebilah pisau yang sangat tajam, dan dengan cepat menikamkannya ke tubuh sang raja. 

Anehnya lagi adalah, Henry III telah melihat pemandangan yang sama di dalam mimpinya. Tiga hari sebelum dirinya terbunuh, ia bahkan menceritakan mimpi anehnya itu pada para pejabatnya, dan bertanya siapa yang dapat menafsirkan arti dari mimpinya tersebut. Pasca kejadian, orang-orang kemudian mencocokkan dengan sajak ramalan, dan semua terkejut akan ketepatan ramalan itu. Kejadian ini sangat terkenal pada masa itu, dan puisi tersebut juga menjadi salah satu bukti kuat kemampuan peramalan Nostradamus.

Lalu bagaimana Nostradamus dapat melihat masa depan? Pernyataannya pada pihak luar kala itu adalah dirinya meramalkannya dengan teknik astrologi. Akan tetapi, bertahun-tahun kemudian, ahli hipnotis bernama Dolores Cannon berkata, Nostradamus melihatnya melalui sebuah “cermin ajaib”. Karena dia sendiri pernah berdialog dengan peramal yang hidup 400 tahun silam itu melalui cermin ajaib tersebut.

Pada 1986, saat Dolores membantu kliennya yang bernama Elena untuk melihat kehidupan masa lampaunya, didapati ternyata Elena dulunya adalah salah seorang murid Nostradamus. Suatu kali sewaktu dalam kondisi dihipnotis, Nostradamus sedang berada di sisi muridnya itu, waktu itu ia menyadari kehadiran Dolores yang berasal dari masa depan. Lalu keduanya mulai berbincang dengan tubuh muridnya itu sebagai perantara. Kemudian lewat muridnya yang lebih muda bernama Brenda itu, dilakukan lagi perbincangan yang lebih mendalam dengan sang peramal. Beberapa tahun kemudian, Dolores menuangkan isi percakapan tersebut menjadi tiga buah buku, yang berjudul “Conversations with Nostradamus”.

Menurut penjelasan Brenda, daripada disebut sebidang cermin, lebih tepat jika cermin ajaib itu dikatakan sebagai suatu antarmuka antara dua dimensi yang berbeda. Bentuknya oval, panjang sekitar 40 cm dan lebar 10 cm. Tampak pada dimensi kita berwarna putih susu, terlihat agak keruh. Sedangkan sisi lainnya seolah terhubung dengan dimensi lain, terlihat hitam pekat, sepertinya kosong.

Nostradamus mengatakan cermin itu adalah sebuah semacam instrumen kuno, yang dikendalikan oleh pikiran manusia. Ketika setelah ia memusatkan perhatian pada cermin itu, maka kabut keruh pada permukaan cermin itu perlahan akan sirna. Dari dimensi yang dibersihkan itu, dia dapat melihat seseorang yang berbincang dengannya, misalnya, Brenda yang mewakili Dolores. Atau dapat melihat sebuah jalan yang mengarah ke dimensi lain. Maka rohnya akan menembus cermin itu, dan mengikuti jalan yang dilihatnya itu, lalu ia telah dapat melihat masa depan.

Ia mengatakan, setiap kali ia melihat masa depan, tempat-tempat yang tidak mengalami hal-hal yang penting itu akan terlihat begitu mulus seperti sutra. Sedangkan tempat-tempat yang sedang mengalami peristiwa besar, akan terlihat banyak lipatan seperti kain kusut, berbagai gumpalan benang saling melilit menggumpal, yang menjadi sangat mudah untuk menarik perhatiannya. Lalu ia akan mendekat untuk melihat lebih seksama. Peristiwa yang lebih besar menyebabkan kain akan kusut lebih hebat, sehingga semakin mudah baginya untuk menemukannya. Ia berkata, perang dan hal-hal lain yang memilukan sangat mudah dijumpai dalam penglihatan, dan itu juga salah satu alasan hal-hal semacam itu seringkali muncul dalam ramalannya.

Sampai disini, Dolores semakin penasaran. Jika cermin seperti ini benar ada, maka pasti berasal dari peradaban kuno seperti Atlantis yang mampu menciptakannya. Merupakan suatu pusaka tak ternilai. Dan dari mana Nostradamus mendapatkannya?

Sang peramal berkata, ia tidak menemukannya, orang lain yang memberikannya padanya. Ia sering bermeditasi. Dalam meditasinya itu akan ada guru dari dimensi lain mengajarkannya sesuatu. 

Pada suatu hari di saat bermeditasi datang lagi seorang guru mengajarnya, sebelum pergi guru itu berkata padanya apabila ia bersedia, ia juga bisa berkomunikasi dengan para guru. Hal ini membuat Nostradamus kebingungan, cara apakah yang bisa ia lakukan untuk berkomunikasi? Guru itu berkata, kau akan mengetahuinya setelah kembali pada kondisi kesadaran normal. Setelah Nostradamus membuka matanya kembali, cermin itu sudah berada di sisinya. Sesederhana itu.

Apakah Anda merasa cermin itu eksis atau tidak? Mungkinkah kita dapat menembus dimensi berkomunikasi dengan orang-orang zaman dahulu? (SUD/WHS)