Burung Setengah Jantan dan Setengah Betina Langka yang Tertangkap Kamera, Penemuan Kedua dalam 100 Tahun

EtIndonesia. Ciri langka ini kemungkinan besar disebabkan oleh kelainan genetik pada awal perkembangan burung, di mana sel-selnya berdiferensiasi menjadi ciri jantan dan betina.

Sebuah tim peneliti telah berhasil membuat penemuan yang belum pernah terjadi selama hampir 100 tahun – seekor burung langka yang berjenis setengah betina dan setengah jantan.

Profesor Hamish Spencer, ahli zoologi Universitas Otago, Selandia Baru, menemukan spesies burung yang sangat langka ini selama liburan di Kolombia ketika ahli burung amatir, John Murillo, menunjukkan seekor Green Honeycreeper liar.

Burung itu memiliki bulu jantan yang setengah hijau, atau betina, dan setengah biru, dan yang membuat penemuan ini menonjol adalah bahwa ia tertangkap kamera saat keduanya menangkap gambar burung langka tersebut.

Secara ilmiah dikenal sebagai gynandromorphic bilateral, burung ini menunjukkan ciri-ciri jantan dan betina pada sisi tubuhnya yang berlawanan. Pada burung tersebut, satu sisi tubuhnya tampak berfenotip jantan, dengan bulu dan organ reproduksi jantan, sedangkan sisi lainnya tampak berfenotip betina, dengan bulu dan organ reproduksi betina.

Ciri langka ini kemungkinan besar disebabkan oleh kelainan genetik pada awal perkembangan burung, di mana sel-selnya berdiferensiasi menjadi ciri jantan dan betina.

“Banyak pengamat burung yang seumur hidupnya tidak melihat gynandromorph bilateral pada spesies burung mana pun. Fenomena ini sangat jarang terjadi pada burung, saya tidak mengetahui satu pun contoh di Selandia Baru. Ini sangat mengejutkan, saya merasa sangat terhormat melihatnya,” kata Profesor Spencer.

Rincian temuan ini telah dipublikasikan dalam Journal of Field Ornithology, yang mencantumkan penemuan tersebut sebagai contoh gynandromorphism kedua yang tercatat pada spesies tersebut dalam lebih dari 100 tahun.

“Contoh khusus gynandromorphy bilateral – jantan di satu sisi dan betina di sisi lain – menunjukkan bahwa, seperti pada beberapa spesies lainnya, salah satu sisi burung bisa jantan atau betina. Fenomena tersebut muncul akibat kesalahan pembelahan sel betina untuk menghasilkan sel telur yang diikuti dengan pembuahan ganda oleh dua sperma,” jelas Spencer.

Peneliti menjelaskan bahwa gynandromorph – hewan dengan karakteristik jantan dan betina dalam suatu spesies yang biasanya memiliki jenis kelamin berbeda – penting untuk pemahaman kita tentang penentuan jenis kelamin dan perilaku seksual pada burung.

Gynandromorphism berbeda dengan hermafroditisme, dimana individu memiliki organ reproduksi jantan dan betina secara bersamaan. (yn)

Sumber: indiatoday