Tokoh Pengenalan Wajah PKT Tang Xiao’Ou Meninggal Dunia Secara Mendadak

Character Truth Unmasked

Pendiri perusahaan teknologi AI SenseTime sekaligus tokoh pemimpin di bidang teknologi pengenalan wajah yakni Tang Xiao’ou dilaporkan meninggal dunia mendadak. Ini adalah kasus terbaru seorang ahli teknologi kecerdasan buatan (AI) Tiongkok meninggal secara misterius. 

Selama ini PKT telah memanfaatkan AI untuk mengawasi rakyatnya sendiri, serta menangkapi para tokoh suku minoritas dan tokoh agama. Sejumlah pakar teknologi AI Tiongkok telah menjadi antek PKT dalam memperbudak rakyat Tiongkok.

Pada 16 Desember lalu, pihak perusahaan SenseTime mengeluarkan kabar duka yang menyatakan bahwa sang pendiri SenseTime yang juga merupakan pakar teknologi AI terkenal yakni Tang Xiao’ou telah meninggal dunia, ia meninggal pada usia 55 tahun. 

Selaku seorang ahli dalam bidang AI dan pendiri perusahaan dengan aset bernilai ratusan miliar RMB, kematian mendadak Tang Xiao’ou tanpa sebab yang jelas itu telah menggemparkan kalangan politik dan bisnis di Tiongkok. Banyak pihak menduga penyebab kematiannya tidak wajar. 

Ada rumor beredar yang mengatakan Tang bunuh diri dengan melompat dari gedung tinggi, ada juga yang menyimpulkan Tang terseret dalam sengketa kepentingan Shanghai atau mengambil terlalu banyak keuntungan sehingga membuat petinggi PKT berang kemudian melenyapkannya.

Pendiri organisasi nirlaba “Humanitarian China” yakni Zhou Fengsuo dalam artikelnya di platform X menyatakan, misteri kematian Tang Xiao’ou semestinya bukan kasus kematian yang wajar. Sebagai seorang perintis teknologi pengenalan wajah PKT yang terkemuka di dunia, SenseTime dikenakan sanksi oleh AS karena melanggar HAM suku Uighur, belum lama ini juga beredar rumor bahwa SenseTime membuat laporan palsu pendapatan perusahaan yang menyebabkan harga sahamnya anjlok, dari harga tertingginya sejak IPO hingga kini telah anjlok sebesar 80%.

Tang Xiao’ou dilahirkan di Kota Prefektur Anshan Provinsi Liaoning pada 1968, pernah berprofesi sebagai dosen di jurusan Teknik Informatika di Chinese University of Hong Kong

Tang Xiao’ou lulus dari University of Science and Technology of China; pada 1991 meraih gelar master di University of Rochester, AS; pada 1996 ia meraih gelar doktor di Massachusetts Institute of Technology (MIT); pada 2001 ia mendirikan Laboratorium Multimedia di Chinese University of Hong Kong; antara 2005 hingga 2007 menjabat sebagai Direktur Computer Vision di Microsoft Research Asia; pada 2008 Tang menjabat sebagai peneliti sekaligus Direktur Laboratorium Riset Teknologi Terpadu Multimedia di Shenzhen Institute of Advance Technology.

Tang Xiao’ou merupakan orang yang memimpin di bidang Computer Vision. Pada Maret 2014 lalu, tim riset Tang Xiao’ou merilis program algoritma pengenalan wajah yang disebut GaussianFace, saat diuji di basis data LFW (Labled Faces in the Wild) akurasi pengenalannya mencapai 98,52% dan ini adalah algoritma komputer pertama di dunia yang mampu melampaui kemampuan identifikasi mata manusia. Pada Juni tahun yang sama, laboratorium Tang Xiao’ou mulai meluncurkan serial algoritma DeepID, yang mampu meningkatkan rasio akurasi pengenalan wajah hingga mencapai 99,55%.

Berkat teknologi canggih di bidang pengenalan wajah ini, laboratorium multimedia yang didirikan oleh Tang Xiao’ou di Chinese University of Hong Kong terpilih sebagai nominasi sepuluh besar laboratorium perintis AI di dunia pada 2016, dan menjadikannya sebagai satu-satunya tim yang mewakili kawasan Asia, majalah Forbes menyebut mereka “wajah di balik teknologi pengenalan wajah Tiongkok”.

Kecocokan SenseTime dengan Program Pengawasan PKT

Teknologi pengenalan wajah adalah yang paling dibutuhkan Partai Komunis Tiongkok (PKT). Beberapa tahun terakhir ini PKT memanfaatkan teknologi informasi dan pengenalan wajah yang berkembang pesat, untuk mengawasi gerak gerik setiap warga Tiongkok, demi angan-angan menciptakan kekuasaan diktator yang tak tergoyahkan.

Pada 2005, pemerintahan Tiongkok telah membangun suatu sistem pengawasan berskala besar yang diberi nama “Jaring Langit” (Skynet, red.). Hingga 2013 jaringan tersebut telah mencakup lebih dari 20 juta unit kamera pengawas. Di setiap jalan, di setiap mesjid di Xinjiang, di setiap kuil di Tibet, bahkan di depan pintu rumah tokoh oposisi pun dipasang kamera pengawas.

Pada Oktober 2014, Tang Xiao’ou resmi mendirikan SenseTime yang merekrut banyak dosen, doktor, dan mahasiswa pasca doctoral untuk ikut bergabung, yang dengan cepat membangun sebuah tim terpadu dengan Tang Xiao’ou sendiri sebagai intinya. Saat SenseTime go public di bursa efek Hong Kong, di dalam dokumen penawaran IPO tertulis sebagai berikut: “tim riset teknologi SenseTime terdiri dari 40 orang dosen, 250 orang doktor dan pasca-doktoral, serta 3.593 orang ilmuwan dan programmer”, bisa dibilang penuh dengan orang berbakat.

Kemunculan SenseTime membuat PKT seolah mendapat harta karun. Pada November 2017, SenseTime bekerjasama dengan perusahaan rekanan pihak kepolisian Tiongkok yakni Leon Technology telah mendirikan perusahaan yang diberi nama Tangli Technology, yang khusus menganalisa data pengawasan terhadap warga Xinjiang.

Walaupun SenseTime telah menjual 51% saham kepemilikannya terhadap Tangli Technology kepada Leon Technology, namun Leon yang telah menguasai teknologi krusial pengenalan wajah milik SenseTime itu terus mengembangkan bisnis pengawasan warga Xinjing tersebut. 

Lewat teknologi pengenalan wajah inilah PKT telah mengawasi setiap warga Xinjiang, dan berhasil menjebloskan “oknum mencurigakan” ke dalam sebuah kamp tahanan yang sangat besar, yang di dalamnya telah menahan sekitar 1,5 juta orang suku Uyghur.

SenseTime menggunakan teknologi mereka untuk membantu Partai Komunis Tiongkok menganiaya warga Uighur, yang menyebabkan perusahaan tersebut dimasukkan ke dalam daftar hitam AS. 

Pada Desember 2021 lalu, Kemenkeu AS telah memasukkan SenseTime ke dalam daftar perusahaan Chinese Military-Industrial Company (CMIC). Pernyataan AS menyebutkan, SenseTime telah mengembangkan program pengenalan wajah yang dapat memastikan ras yang ditargetkan, khususnya dalam pengenalan wajah suku Uyghur. Saat SenseTime mengajukan permohonan hak ciptanya, telah ditekankan program tersebut dapat mengenali wajah suku Uyghur yang berjanggut, mengenakan kacamata hitam, dan memakai masker.

PKT Gunakan Teknologi Pengenalan Wajah Untuk Mengawasi Warganya

Teknologi pengenalan wajah itu tidak hanya digunakan untuk mengawasi suku Uyghur, juga digunakan oleh PKT untuk mengejar praktisi Falun Gong. Falun Gong merupakan metode kultivasi aliran Buddha berprinsip “Sejati, Baik, Sabar” yang didirikan oleh Master Li Hongzhi pada Mei 1992, namun pada Juli 1999 mengalami penganiayaan oleh PKT. 

Tahun 2004 laporan PBB menunjukkan, ratusan ribu praktisi Falun Gong telah ditahan tanpa melalui prosedur hukum yang sah. Mereka yang ditangkap mengalami penyiksaan, penganiayaan, bahkan telah dirampas organ tubuhnya dalam keadaan hidup-hidup.

Penulis buku “Surveillance State: Inside China’s Quest to Launch a New Era of Social Control” yakni Josh Chin dan Liza Lin dalam suatu wawancara di CBS pada Januari 2023 lalu menyatakan, niat PKT memata-matai warga sudah ada sejak PKT mendirikan pemerintahan (pada 1949). 

Di era Mao Zedong, PKT mengerahkan ratusan ribu orang mata-mata untuk mengawasi warga. Sedangkan sekarang, mereka memanfaatkan lebih dari 400 juta unit kamera pengawas, lebih dari 1 milyar unit ponsel milik warga, dan teknologi “Deep Learning” untuk mengawasi warga.

Para analis memperkirakan, dari hampir 1 milyar unit kamera pengawas yang ada di seluruh dunia, lebih dari setengahnya berada di Tiongkok. 

Pihak kepolisian Fujian memprediksi, setiap saat terdapat 2,5 miliar foto wajah warga dapat terekam. Pada suatu Konferensi Kerja Keamanan Publik Nasional PKT pada 2019, pemimpin PKT Xi Jinping menyebutkan, “Harus menjadikan Big Data sebagai mesin utama pengembangan baru pekerjaan keamanan publik, dan membina kemampuan tempur untuk menghasilkan peningkatan baru.”

Pengenalan Wajah adalah Bagian dari Sistem Pengawasan Raksasa PKT

Sistem pengenalan wajah ini hanya sebagian dari sistem pengawasan PKT yang begitu besar. Pemerintah Tiongkok  berupaya merancang suatu sistem yang mampu menguasai status setiap orang, berikut semua aktivitas dan relasi sosialnya, untuk menstabilkan kekuasaannya. Sistem pengawasan ini meliputi pengumpulan data sidik suara (voiceprints, red.), iris mata, dan juga data DNA setiap orang.

Di kota Zhongshan Provinsi Guangdong, dalam suatu dokumen tender pihak keamanan publik menyebutkan, pihaknya mewajibkan dalam radius 100 meter dari setiap unit kamera pengawas harus dipasangkan alat pickup suara (mirip mikrofon, red.). Setelah rekaman suara didapatkan, dapat dianalisa sidik suaranya dengan peranti lunak. Pihak keamanan publik menyebutkan dengan menggabungkan analisa sidik suara dan wajah, akan membantu mereka mengunci sasaran yang dilacaknya dengan lebih cepat.

Sekitar tahun 2017, basis data berupa iris mata regional yang pertama berskala 30 juta orang telah terbentuk di Xinjiang. Perusahaan kontraktor yang sama yakni Beijing Super Red Company kemudian memperoleh kontrak dari pemerintah berbagai daerah, untuk membangun gudang data iris mata berskala besar.

Keamanan publik PKT juga mengumpulkan DNA warga pria secara luas. Karena kromosom Y sangat jarang mengalami mutasi pada saat diwariskan, setelah pihak keamanan publik menguasai data DNA dari kromosom Y seorang pria maka sama saja data seluruh keluarga di pihak ayahnya sampai beberapa generasi bisa didapatkan. Dari 31 provinsi dan wilayah di seluruh Tiongkok, setidaknya sudah ada 25 wilayah telah membangun data ini.

Selain mengumpulkan data warga, PKT juga berupaya mendapatkan semacam peranti lunak, yang mampu mengarsipkan seluruh data dalam jumlah tersebut menjadi “satu dokumen untuk satu orang”. Dari Beijing yang berpenduduk padat, sampai Provinsi Gansu yang berpenduduk jarang, seantero negeri telah melakukan tender untuk 50 proyek sejenis ini. Untuk memenuhi kebutuhan PKT memata-matai warganya, sebanyak 22 perusahaan teknologi di Tiongkok telah mengembangkan peranti lunak semacam ini, termasuk SenseTime, Huawei, Megvii, CloudWalk Technology, Dahua Technology, dan Baidu Cloud.

Empat perusahaan besar AI Tiongkok yakni Megvii, SenseTime, CloudWalk, dan Yitu Tech oleh PKT disebut sebagai “empat naga kecil AI”. Akan tetapi keempatnya dimasukkan AS ke dalam daftar hitam karena terlibat dalam penindasan, penangkapan dan pengawasan terhadap warga Uyghur, juga ambil bagian dalam militerisasi Laut Tiongkok Selatan. Di antaranya SenseTime, Megvii, dan Yitu telah masuk dalam daftar entitas tersebut sejak Oktober 2019. Sementara CloudWalk baru masuk dalam daftar entitas AS sejak Mei 2020.

Desember 2021 lalu Kemenkeu AS mengeluarkan kebijakan: “Iptek adalah alat yang krusial bagi dunia untuk mendorong kebebasan berpendapat dan melindungi HAM. Akan tetapi, negara otoriter menyalahgunakan teknolgi tersebut justru untuk melakukan penindasan dan pelanggaran HAM…”

Misteri Kematian Pakar Teknologi AI Tiongkok

Selama dua tahun terakhir ini, banyak beredar khabar kematian misterius yang menimpa para ilmuwan yang membantu PKT mengembangkan teknologi AI. 

Pada 14 Juni 2022, Megvii Technology mengeluarkan berita duka bahwa kepala ilmuwan sekaligus Direktur Megvii Research yakni Sun Jian mendadak sakit namun tak tertolong saat berupaya diselamatkan, tutup usia 45 tahun. 

Nara sumber dari Megvii mengungkapkan, pada 13 malam hari Sun Jin keluar untuk berolahraga jogging, “Saat kembali ke rumah mendadak ambruk, lalu dilarikan ke rumah sakit, tapi nyawanya tidak tertolong.”

Sun Jian dilahirkan pada 1977 di Kota Xi’an Provinsi Shaanxi, selain bekerja di Megvii, ia juga menjabat sebagai Dekan Akademi Kecerdasan Buatan di Xi’an Jiaotong University

Pada 1993 Sun Jian diterima kuliah di Xi’an Jiaotong University, hingga lulus sarjana, magister, dan doktor. Setelah meraih gelar doktor, Sun Jian bekerja di Microsoft Research Asia, menjabat sebagai kepala ilmuwan, bidang risetnya adalah fotografi komputasional (computational photography, red.), pengenalan wajah (face recognition, red.), dan pemahaman komputer terhadap citra (image understanding, red.) berbasis Deep Learning.

Pada 1 Juli 2023 lalu pukul 02.00 dini hari bertepatan dengan hari ulang tahun PKT, Feng Yanghe yang oleh pihak militer PKT dijuluki sebagai “ilmuwan berbakat” dan “orang nomor satu AI militer”, usai menghadiri sebuah rapat di Beijing, mobil khusus yang ditumpanginya mengalami kecelakaan lalu lintas dengan sebuah truk pengangkut semen, Feng Yanghe meninggal dunia di lokasi kejadian, tutup usia 38 tahun.

Feng Yanghe adalah orang berbakat usia pertengahan yang dibina secara cermat oleh PKT, pada 2011 hingga 2013 dikirim untuk menempuh studi di Harvard University dan University of Iowa. Bidang yang ditekuninya adalah AI, yang meliputi duel kecerdasan, perencanaan kecerdasan, Deep Learning, dan lain sebagainya, ia juga merancang sistem catur perang komputer yang diberi nama “Zhan Lu”, yang merupakan proyek inovatif terhadap sistem yang ada sebelumnya, kemampuannya jauh melampaui sistem catur perang lainnya, dan menjadi sistem simulasi perang yang paling canggih bagi pihak militer PKT. (sud/whs)