Sinovac Menghentikan Produksi Vaksin dan Pembayaran Bonus Karyawan

oleh Xiong Bin dan Chen Jie

Dilaporkan bahwa produsen vaksin COVID-19 Beijing Sinovac telah menghentikan semua produksi vaksin dan pembayaran bonus karyawan mulai  Januari 2024. Banyak masyarakat Tiongkok mengatakan bahwa vaksin yang diproduksi di dalam negeri selain tidak memiliki efek anti-epidemi, tetapi malah membahayakan kesehatan tubuh manusia, menyebabkan berbagai gejala sisa dan kematian mendadak. Lebih parah lagi karena tidak ada pihak yang mau bertanggung jawab.

Pada 10 Januari, beredar di Internet foto “rencana penghentian pembayaran bonus terhadap proyek COVID-19” dari Beijing Sinovac yang isinya menyebutkan, bahwa sejak 2021, perusahaan telah memberikan bonus terkait kinerja proyek COVID-19 kepada karyawan. Namun pada tahap ini, karena produksi seluruh vaksin COVID-19 telah dihentikan dan tidak ada lagi penjualan vaksin termaksud. Maka perusahaan memutuskan untuk menghentikan pembayaran bonus berbasis kinerja untuk proyek COVID-19 bagi karyawan mulai Januari 2024.

Banyak warga masyarakat Tiongkok yang mengatakan bahwa banyak orang yang menderita berbagai gejala sisa setelah menerima suntikan vaksin COVID-19 produksi dalam negeri seperti Sinovac, bahkan ada kerabat dan teman yang meninggal mendadak setelah disuntik vaksin tersebut. Beberapa netizen mempertanyakan : “Apalah artinya menghentikan produksi ? Siapa yang harus bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita masyarakat dan menyusutnya keuangan negara ?”

“Ada yang sakit lengan setelah disuntik, sampai lengan tidak bisa diangkat. Gara-gara disuntik (vaksin) semua penyakit terpancing keluar, terus siapa yang mesti memberikan ganti rugi ? Ada juga orang yang tiba-tiba meninggal padahal ia tidak memiliki riwayat sakit. Petugas yang berwenang memaksa untuk mengisi formulir sukarela, percuma saja mengajukan keluhan, atau melawan mereka, oleh sebab itu apa pun yang mereka katakan kita tidak percaya,” kata Mrs. Wang, warga Beijing.

Mr. Liao, seorang warga Guangzhou mengatakan : “Setelah 2 kali suntikan (vaksin) saya sudah tidak berani lagi disuntik, apa itu vaksinasi dan tes asam nukleat, itu bohong semua. Petugasnya juga brengsek, akan memberikan kode merah jika warga menolak vaksinasi. Tidak memberikan izin keluar rumah. Tetapi saya pun 2 kali didiagnosis positif terinfeksi meski sudah 2 kali vaksin, terus buat apa vaksinnya ? Kalau disuruh vaksin lagi, pasti kami menolaknya”.

Seorang dokter di Provinsi Shanxi bernama (samaran) Liu Jing mengatakan bahwa ia terpaksa menerima dua suntikan vaksin COVID-19 Sinovac. Namun, kebugaran fisik saya jadi tidak lagi  sebaik sebelumnya, sehingga saya menolak untuk menerima suntikan ketiga. Vaksin ini selain tidak memiliki efek mencegah epidemi tetapi malah membahayakan kesehatan tubuh manusia.

“Dulu kondisi fisik saya baik tetapi dalam 2 tahun setelah divaksinasi, saya jadi ngos-ngosan jika saya berjalan sedikit lebih cepat. Beberapa orang lanjut usia yang meninggal dunia karena paru-paru putih. Beberapa orang rekan saya juga meninggal ada yang mendadak, ada yang terkena infark miokard, semua orang mencurigai ini, tapi tidak ada yang bisa memberikan bukti. Argumentasi butuh bukti. Namun, di balik rantai kepentingan ini ada beberapa tokoh besar dari pemerintah pusat yang terlibat tetapi mereka tidak mau menampakkan diri, kecuali meminta para kerabat untuk melakukannya,” ujar Liu Jing menambahkan.

Para pensiunan dalam sistem PKT mengecam otoritas dengan mengatakan bahwa vaksin “tidak efektif” telah merugikan rakyat Tiongkok. Pelajaran sejarah membuktikan bahwa apa pun yang dimobilisasi oleh PKT bukanlah hal yang baik.

“Teman baik saya meninggal setelah divaksinasi. Banyak orang di sekitar saya yang tidak berhasil melewati bencana yang berlangsung selama 3 tahun terakhir ini, mereka telah meninggal dunia. Saya pun ingin meninggalkan negeri yang pemerintahnya premanisme ini, membuat saya tidak lagi bisa betah tinggal di sini,” ujar Mr. Zhang, pensiunan reporter dari media PKT di Provinsi Shaanxi. (sin)