Kapal Kargo AS yang Berlayar di Lepas Pantai Yaman Mendapat Serangan Rudal dari Houthi

oleh Zhang Ting

Pada 15 Januari, Komando Pusat Amerika Serikat (United States Central Command) menerbitkan sebuah pernyataan yang menyebutkan bahwa, sebuah rudal balistik anti-kapal bersenjata milik Houthi telah menyerang kapal kargo milik AS yang sedang berlayar.

Pernyataan Pusat Komando AS menyebutkan, M/V Gibraltar Eagle adalah kapal curah berbendera Kepulauan Marshall yang dimiliki dan dioperasikan oleh perusahaan pelayaran Amerika Serikat Eagle Bulk Shipping. Saat ini kapal tersebut sedang melanjutkan pelayarannya.

Eagle Bulk Shipping memberikan konfirmasinya dalam sebuah pernyataan, bahwa Gibraltar Eagle yang membawa produk baja “dihantam benda tak dikenal” sekitar 100 mil lepas pantai dari Pelabuhan Aden, menyebabkan kebakaran di ruang kargo, namun dipastikan tidak ada seorang awak kapal di dalamnya yang terluka.

“Kapal tersebut hanya mengalami kerusakan ringan pada ruang kargonya, namun dalam kondisi stabil dan berlayar menjauh dari daerah tersebut”, sebut dalam pernyataan itu.

Eagle Bulk Shipping juga menyebutkan bahwa pihaknya sedang “melakukan kontak erat dengan semua otoritas terkait”.

Untuk mengancam Israel agar menghentikan operasi militernya untuk memusnahkan Hamas di Gaza, kelompok bersenjata Houthi Yaman terus melakukan serangan terhadap kapal-kapal komersial yang melewati perairan Laut Merah selama beberapa waktu terakhir ini.

Sejak pertengahan November tahun lalu, kelompok bersenjata Houthi telah melancarkan sekitar 30 kali serangan terhadap kapal yang berlayar di rute pelayaran internasional, memaksa banyak perusahaan pelayaran besar di dunia menghindari berlayar melalui Laut Merah dan memilih berlayar di melalui Tanjung Harapan, Afrika. Laut Merah adalah salah satu jalur perairan terpenting di dunia.

Data pelacakan kapal pada hari Senin menunjukkan bahwa setidaknya ada 15 unit kapal tanker minyak telah mengubah arah pelayaran untuk menghindari Laut Merah sebagai respons terhadap meningkatnya konflik.

Pekan lalu, Amerika Serikat dan Inggris bersama-sama melancarkan serangan udara terhadap sejumlah besar sasaran yang dikuasai Houthi sebagai respons atas serangan kelompok bersenjata tersebut terhadap kapal dagang yang melewati Laut Merah. Sasaran serangan tersebut mencakup pusat komando dan kendali Houthi, depot amunisi, sistem peluncuran, fasilitas produksi, dan sistem radar pertahanan udara. Presiden Biden memperingatkan setelah serangan udara bahwa Amerika Serikat akan merespons jika Houthi masih melanjutkan tindakan mereka yang tidak dapat ditoleransi.

Serangan terhadap kapal kargo Amerika Gibraltar Eagle pada hari Senin mungkin memperburuk ketegangan regional, dan banyak perhatian akan diberikan terhadap apa lagi jenis serangan balik yang akan dilakukan Amerika Serikat setelah ini ?

Kelompok Houthi mengancam akan membalas serangan udara AS dan Inggris dengan mengatakan bahwa aset AS atau Inggris akan dijadikan sebagai “target sah” serangan. Militer AS menyatakan bahwa pada Minggu (14 Januari) sekitar pukul 16:45 (waktu Sanaa), sebuah rudal jelajah anti-kapal ditembakkan dari daerah yang dikuasai angkatan bersenjata Houthi di Yaman menuju kapal Angkatan Laut AS USS Laboon (DDG-58) yang sedang berlayar di perairan Laut Merah bagian selatan untuk menjalankan misi. Rudal tersebut akhirnya berhasil ditembak jatuh oleh jet tempur AS.

John Kirby, koordinator komunikasi strategis Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, pada Jumat (12 Januari) mengatakan AS telah bersiap untuk mempertahankan diri dan melindungi pelayaran pada saat yang diperlukan.” (sin)