Trump Mengungguli Biden dalam Jajak Pendapat, 5 Faktor Utama Berpotensi Menjadi Penentu Persaingan Nanti

 oleh Li Xin

Presiden AS Biden dan mantan Presiden Donald Trump berpotensi untuk saling mengalahkan dalam pemilihan Presiden AS tahun 2024 mendatang. Jajak pendapat terbaru menunjukkan bahwa sementara ini peringkat dukungan terhadap Trump adalah 6 poin persentase lebih tinggi dibandingkan dengan Joe Biden. Namun, hasil persaingan mereka nanti sepertinya akan tergantung pada bagaimana peran dari 5 faktor yang cukup menentukan ini.

Jajak pendapat terbaru yang dilakukan oleh Reuters/Ipsos menunjukkan bahwa ada 40% responden yang memilih Trump dan hanya 34% yang mendukung Biden. Sisa responden menyatakan belum yakin atau belum siap menentukan pilihan.

Jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters/Ipsos ini diikuti oleh 1.250 orang dewasa warga Amerika Serikat di berbagai negara bagian dan memiliki margin error plus atau minus 3 poin persentase.

Hasil jajak pendapat tersebut dirilis pada Selasa (23 Januari) usai pemilihan pendahuluan di New Hampshire. Dalam pemilihan pendahuluan pertama di AS ini, Biden memenangkan nominasi calon presiden dari Partai Demokrat, sementara Trump, seperti yang diperkirakan secara luas, mengalahkan satu-satunya saingan dalam partainya, yaitu mantan duta besar AS untuk PBB Nikki Haley dengan selisih lebih dari 10 poin persentase.

Sebelum pemilihan pendahuluan ini, sebagaimana tradisi Partai Republik mengadakan kaukus Iowa pada 15 Januari, yang memimpin dalam pemilihan nominasi presiden Partai Republik tingkat negara bagian pertama pada 2024. Trump telah memenangkan pemilihan dengan selisih yang cukup besar.

Baik Trump maupun Biden sama-sama memenangkan pertarungan pertama mereka di pemilihan pendahuluan. Momentum ini menunjukkan bahwa pasca persaingan pada tahun 2020, kedua rival lama ini kemungkinan besar akan kembali berhadapan pada pemilihan umum bulan November tahun ini. Adapun bagaimana hasilnya nanti, sepertinya akan tergantung pada 5 faktor utama berikut :

1. Isu ekonomi

Permasalahan ekonomi masih menjadi faktor utama pemilih dalam menentukan pilihan mereka.

Mengenai kinerja ekonomi Biden sejak ia menjabat, tim kampanye dan sekutunya memfokuskan propaganda mereka pada pertumbuhan lapangan kerja. Sejauh ini, pemerintahan Joe Biden telah menciptakan sekitar 14 juta lapangan kerja. Tingkat pengangguran juga turun secara signifikan dan saat ini berada di kisaran 3,7%.

Selain itu, saham-saham berada pada level tertinggi karena Federal Reserve kembali percaya pada kebijakan soft landing terhadap perekonomian.

Namun masalah besar yang dihadapi Joe Biden adalah kondisi ekonomi yang baik menurutnya tetapi tidak dirasakan oleh warga Amerika Serikat.

Jajak pendapat Gallup yang dirilis bulan lalu menunjukkan, bahwa hanya 22% warga Amerika Serikat yang menganggap situasi ekonomi “baik” bahkan “sangat baik”, sementara 33% menganggap situasi ekonomi “sedang-sedang saja”, dan 45% orang menganggap situasi ekonomi “buruk”.

Jajak pendapat Pew Research Center pada akhir tahun 2023 menemukan bahwa hanya 36% warga Amerika Serikat yang percaya pada kemampuan Biden untuk membuat keputusan ekonomi yang baik, sementara 64% tidak percaya.

Sebaliknya, masyarakat Amerika Serikat umumnya lebih positif dalam mengakui kinerja ekonomi Trump selama masa jabatannya.

2. Kasus hukum Trump dan masalah usia Biden

Trump saat ini menghadapi empat tuntutan pidana, termasuk kasus campur tangan pemilu federal tahun 2020 di Washington, D.C., dan kasus campur tangan pemilu negara bagian AS tahun 2020 di Georgia.

Selain itu, lawan-lawan Trump telah mengajukan tuntutan hukum di banyak negara bagian, menuntut agar pencalonan Trump didiskualifikasi berdasarkan ketentuan “larangan pembangkangan” sesuai Pasal Tiga Amandemen Keempat Belas Konstitusi AS. Mahkamah Agung Colorado telah memutuskan untuk mengizinkan negara bagian tersebut mencoret Trump dari pemilu. Namun terdapat kontroversi besar mengenai penafsiran hukum terhadap ketentuan ini. Tuntutan hukum semacam ini telah menimbulkan tantangan keras dari Partai Republik. Mahkamah Agung AS telah menjadwalkan pengadaan dengar pendapat pada 8 Februari untuk mendengarkan argumen lisan mengenai keputusan Colorado ini. Hasil dari keputusan ini akan secara langsung mempengaruhi prospek politik Trump.

Salah satu kelemahan yang dihadapi Biden adalah usianya yang berusia 81 tahun, yang telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemilih dan banyak anggota Partai Demokrat.

Jajak pendapat gabungan yang dilakukan oleh CNN dan perusahaan riset pasar SSRS pada  November tahun lalu menunjukkan, hanya 25% pemilih terdaftar yang percaya bahwa Biden memiliki “stamina dan kecerdasan untuk menjabat secara efektif sebagai presiden pada masa datang”.

Selain itu, Biden menghadapi penyelidikan pemakzulan yang dilakukan oleh Partai Republik di Dewan Perwakilan Rakyat AS. Namun tidak jelas sejauh mana hal ini akan berdampak pada kampanyenya.

3. Isu aborsi

Partai Republik memiliki keuntungan yang jelas dalam banyak isu penting, termasuk imigrasi, kejahatan dan ekonomi.

Namun, masalah aborsi merupakan kerugian elektoral utama bagi Partai Republik, yang berasal dari pembatalan Mahkamah Agung AS pada Juni 2022 atas keputusan Roe v. Wade tahun 1973, yang melegalkan aborsi di Amerika Serikat.

Kemenangan besar di bidang hukum yang dimenangkan oleh kelompok konservatif ini tidak disambut gembira oleh kalangan pemilih berhaluan tengah, terutama kaum wanita. Sehingga langsung berdampak terhadap naiknya dukungan kepada kandidat Partai Republik pada pemilu paruh waktu tahun 2022. Sebaliknya, persoalan ini justru menjadi alasan Partai Demokrat meraih hasil pemilu paruh waktu 2022 yang lebih baik dari perkiraan mereka sebelumnya.

Masalah ini mungkin saja akan mempengaruhi Trump dalam kampanye presiden 2024.

4. Perang Israel – Hamas

Perang Israel – Hamas di Gaza mampu mempengaruhi pemilihan presiden AS karena konflik tersebut menimbulkan kontroversi besar di dalam Partai Demokrat, bahkan sampai batas tertentu telah memecah belah Partai Demokrat.

Dukungan terhadap Israel tetap kuat di kalangan politisi Demokrat yang berusia lebih tua dan berhaluan tengah.

Namun lain ceritanya di kalangan generasi muda Demokrat radikal, mereka lebih cenderung bersimpati dengan Palestina dan Hamas.

Secara keseluruhan, sejak perang di Gaza mulai Biden telah menjadi pendukung setia Israel. Meskipun baru-baru ini ia melunakkan retorikanya, namun hal itu tidak banyak membantu meredam perlawanan kelompok sayap kiri radikal terhadap dirinya.

Masalah politik yang lebih besar bagi Biden adalah bahwa konflik tersebut dapat mengurangi simpati pendukungnya termasuk pemilih muda, pemilih Afrika-Amerika, dan pemilih Arab-Amerika.

Dukungan terhadap Biden menurun di beberapa negara bagian mengambang (swing state) di AS, terutama Michigan, yang merupakan rumah bagi lebih dari 200.000 warga Arab-Amerika.

Namun, pernyataan ini kemungkinan cuma menjadi alasan bagi Biden untuk membenarkan rendahnya tingkat dukungan terhadap dirinya, karena sebagai perbandingan, tampaknya Partai Republik lebih mendukung Israel.

5. Kandidat pihak ketiga

Kandidat pihak ketiga menjadi salah satu ketidakpastian terbesar dalam pemilihan presiden AS tahun 2024.

Banyak hal bergantung pada kemampuan mereka untuk berpartisipasi dalam pemilu. Selain itu, pertanyaan mengenai kandidat utama mana yang akan mereka bantu naik atau turunkan juga tidaklah sederhana perkiraan.

Misalnya, beberapa jajak pendapat menunjukkan bahwa Robert F. Kennedy Jr., keponakan mendiang Presiden AS John F. Kennedy, lebih mampu merebut suara dukungan yang diberikan kepada Trump ketimbang Biden.

Hal yang sama berlaku untuk beberapa kandidat pihak ketiga lainnya yang telah mengumumkan pencalonannya, sehingga mungkin saja ia akan mengambil sebagian suara dari Biden dan Trump, meskipun kemampuan mereka untuk mendapatkan suara masih dipertanyakan.

(Artikel ini metujuk pada laporan “Capitol Hill”)