Bulan Menyusut, Bisa Sebabkan Gempa dan Patahan

Chen Juncun

Sebuah studi yang didanai oleh Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional (NASA) menemukan bahwa ketika bagian dalam Bulan secara bertahap mendingin dan menyusut, kutub selatan Bulan dapat mengalami gelombang. Gempa bumi dan patahan dapat menimbulkan ancaman bagi misi eksplorasi manusia ke Bulan di masa depan.

Universitas Maryland menunjukkan dalam siaran pers yang dikeluarkan pada 25 Januari bahwa Bulan terus menyusut selama beberapa ratus juta tahun terakhir, dan kelilingnya telah berkurang lebih dari 46 meter. Ini mirip dengan cara buah anggur menyusut menjadi kismis. Bulan juga mengalami kerutan saat menyusut.

Namun berbeda dengan elastisitas kulit anggur, permukaan Bulan sangat rapuh, sehingga seiring menyusutnya bulan, bagian kerak pada Bulan juga akan saling mendorong sehingga berpotensi membentuk patahan.

Para ilmuwan telah menemukan bukti bahwa penyusutan Bulan yang terus-menerus telah menyebabkan perubahan signifikan pada permukaan di wilayah kutub selatannya, termasuk wilayah di mana misi Bulan berawak Artemis 3 milik NASA diperkirakan akan mendarat pada 2025.

Karena patahan yang disebabkan oleh penyusutan Bulan sering kali disertai dengan aktivitas seismik seperti gempa, maka zona patahan atau area di sekitarnya mungkin berbahaya bagi eksplorasi manusia di masa depan.

Tim tersebut mengatakan, sekelompok patahan di wilayah kutub selatan Bulan terkait dengan salah satu gempa terkuat yang tercatat di Bulan selama lebih dari 50 tahun terakhir berdasarkan serangkaian seismometer yang digunakan oleh misi Apollo.

Tim peneliti menggunakan model untuk mensimulasikan kestabilan lereng permukaan di kawasan tersebut. Mereka menemukan bahwa beberapa daerah sangat rentan terhadap tanah longsor yang disebabkan oleh gempa.

Thomas R. Watters, ilmuwan senior emeritus di Pusat Studi Bumi dan Planet di National Air and Space Museum, Amerika Serikat, yang juga menjadi penulis utama studi tersebut, menyebutkan dampak yang lebih jauh.

Menurutnya, model simulasi mereka menunjukkan bahwa pergeseran patahan yang ada atau pembentukan patahan dorong baru dapat menyebabkan gempa dangkal di wilayah kutub selatan Bulan, sehingga menghasilkan guncangan tanah yang kuat.

Gempa bulan dangkal terjadi sekitar 100 mil (160 kilometer) di bawah permukaan. Mirip dengan gempa bumi di Bumi, gempa bulan dangkal disebabkan oleh patahan di bagian dalam Bulan dan cukup kuat untuk menghancurkan bangunan, peralatan, dan struktur buatan manusia lainnya. Namun berbeda dengan gempa bumi di Bumi yang hanya berlangsung beberapa detik atau menit, gempa dangkal di Bulan bisa berlangsung berjam- jam atau bahkan sepanjang sore.

Penulis laporan lain, Nicholas Schmerr, profesor geologi di Universitas Maryland, mengatakan hal ini berarti pemukiman manusia yang direncanakan akan dibangun di bulan mungkin akan rusak akibat gempa bulan dangkal.

Schmier menjelaskan, selama ratusan juta tahun terakhir, permukaan Bulan telah dibombardir oleh asteroid dan komet sehingga menyebabkan material permukaannya berubah menjadi kerikil atau bebatuan kecil. Mereka terikat secara longgar dan rentan terhadap guncangan dan tanah longsor.

Schmier mengatakan menjelang misi Artemis 3, penting untuk memastikan keselamatan astronot, peralatan, dan fasilitas di Bulan.

“Perencanaan lokasi dan stabilitas pos-pos permanen di Bulan harus mempertimbangkan distribusi patahan dorong yang baru terbentuk di seluruh bulan, potensi aktivitasnya, dan kontraksi bulan yang terus berlanjut yang memicu patahan dorong baru,” kata Waters. kemungkinan pembentukannya.”

NASA mengatakan penyusutan seluruh Bulan disebabkan oleh kombinasi pendinginan inti bagian dalam dan gaya pasang surut yang dilakukan Bumi. Penelitian ini didukung dan didanai oleh Biro.

Hasil penelitian di atas dipublikasikan di Planetary Science Journal pada 25 Januari. (eko)