Menghisap Rokok Elektrik Menyebabkan Paru-Paru Pria Berusia 25 Tahun Berlubang

oleh Li Zhaoxi

Vaping atau menghisap rokok elektrik rasa buah sangat populer di kalangan remaja Eropa dan Amerika Serikat. Meskipun pemerintah AS terus menindak rokok elektrik selama bertahun-tahun, tetapi kaum muda masih dapat dengan mudah membeli rokok elektrik yang sebenarnya berbahaya bagi kesehatan. Baru-baru ini, seorang pemuda pengguna vaping di Negara Bagian Nevada menghimbau generasi muda lainnya untuk berhenti menggunakan e-rokok setelah paru-parunya terdeteksi dokter berlubang.

Pada awal 2020, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) memutuskan untuk melarang penjualan rokok elektrik dengan rasa seperti buah dan permen yang populer di kalangan remaja, namun pemerintah masih belum dapat secara efektif untuk mengendalikan pasar rokok elektrik.

Joseph Lawrence, pemuda berusia 25 tahun yang tinggal di Las Vegas, telah merokok rokok elektrik rasa buah setiap hari selama bertahun-tahun. Awal bulan ini, Lawrence tiba-tiba mengalami kesulitan bernapas, sehingga terpaksa dilarikan ke rumah sakit.

Seorang pria menghembuskan uap dari rokok elektrik di San Francisco Selatan, California, pada 23 Januari 2018. (Justin Sullivan/Getty Images)

Hasil pemindaian rumah sakit menunjukkan, bahwa Joseph Lawrence menderita pneumotoraks (paru-paru kolaps), yaitu akibat dari paru-parunya berlubang, jadi gas yang bocor terperangkap di antara paru-paru dengan tulang rusuk. Ketika jumlah gas di ruang itu meningkat, tekanan terhadap paru-paru secara bertahap juga meningkat, sehingga terjadi kolapsnya paru-paru. Saat menarik napas, paru-paru tidak mengembang dengan baik, oleh karena itu orang yang bersangkutan akan kesulitan bernapas dan merasakan nyeri dada.

“Jika Anda merokok e-rokok, mohon pertimbangkan untuk berhenti”, tulis Lawrence di platform “X”. “Beberapa hari yang lalu, paru-paru saya berlubang dan harus dilarikan ke ruang gawat darurat karena saya tidak bisa bernapas.”

“Syukurlah saya baik-baik saja sekarang, buruntung ini bukan krisis total”, katanya, seraya menambahkan bahwa tolong jaga diri Anda dan pertimbangkan untuk berhenti menggunakan e-rokok.

Joseph Lawrence hanyalah salah satu pemuda Amerika yang menjadi korban e-rokok. The New York Post melaporkan tahun lalu bahwa seorang pria West Virginia berusia 19 tahun telah 4 kali mengalami paru-paru kolaps akibat vaping.

Draven Hatfield mengatakan, bahwa dirinya mulai menggunakan vaping ketika berusia 13 tahun dan menganggapnya sebagai “tren baru”, akhirnya menjadi kebiasaan sehingga merokok e-rokok dua hingga tiga kali seminggu.

Pekerja merakit suku cadang untuk rokok elektrik di jalur produksi di KangerTech, salah satu produsen produk vaping terkemuka Tiongkok di Shenzhen, Tiongkok, pada 24 September 2019. (Kevin Frayer / Getty Images)

Pada Oktober 2021, Hatfield mengalami nyeri dada parah dan kram di salah satu sisi tubuhnya hingga dilarikan ke rumah sakit. Dia diberitahu dokter bahwa penyakit yang diderita adalah pneumotoraks spontan, paru-parunya kolaps. Dokter mengatakan kepadanya bahwa kerusakan paru-paru yang ia alami setara dengan orang yang telah merokok tiga bungkus sehari selama lebih dari 30 tahun.

Setelah minggu sakit, Draven Hatfield kembali bekerja dan mulai melakukan vaping lagi. Dia tidak mengaitkan paru-parunya yang rusak dengan kebiasaan buruknya itu. Seminggu kemudian pneumotoraks kembali menyerang.

Setelah 3 kali paru-paru kolaps, ia mulai menghubungi spesialis, saat itu dia memutuskan untuk berhenti menggunakan vaping. Pembedahan terpaksa dilakukan terhadap Hatfield ketika kolaps paru-paru terjadi yang keempat kalinya.

Meskipun remaja tersebut telah pulih dari operasi paru-paru, dia mengakui bahwa hal tersebut berdampak jangka panjang pada dirinya karena dia terus-menerus merasakan sakit, masih merasakan nyeri di dada bagian paru-parunya yang kolaps, dan sering mengalami masalah di punggung bagian bawah.

“Kadang-kadang terasa sakit sekali dan saya takut. Saya merasa paru-paru saya akan kolaps lagi, tapi kemudian saya sadar itu hanya rasa sakit”, ujarnya.

Hatfield mengungkapkan dia telah berhenti menggunakan vaping untuk selamanya dan mendidik masyarakat tentang bahaya vaping.

“Saya tidak akan pernah menyentuh rokok elektrik atau rokok lagi”, katanya, “Saya sangat yakin bahwa rokok elektrik dapat merusak kesehatan, dan dokter spesialis paru saya telah mengonfirmasi hal tersebut”.

Dalam beberapa tahun terakhir, seiring dengan upaya FDA untuk mengawasi peredaran rokok elektronik di pasar, banyak rokok elektronik buatan Tiongkok beredar tanpa izin di Amerika Serikat. Hampir semua rokok elektrik yang beredar di Amerika Serikat dibuat di Tiongkok, namun peraturannya buruk.

Patricia Kovacevic, seorang pengacara yang berspesialisasi dalam regulasi tembakau, mengatakan : “Secara teoritis, FDA memiliki wewenang untuk memeriksa fasilitas produksi asing. Namun kenyataannya, program inspeksi FDA hanya diterapkan di Amerika Serikat.” (Sin)