Media PKT CGTN Menggunakan AI untuk Menyebarkan Retorika Anti-Amerika Serikat

NTD

Voice of America pada Jumat (22 Maret) mengungkapkan bahwa, pada  Minggu (17 Maret) bahwa media resmi Partai Komunis Tiongkok (PKT) “China Global Television Network” (CGTN) telah menyiarkan sebuah film animasi baru yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) yang diberi judul “A Fractured America” (Amerika yang terpecah-belah) dalam acara TV-nya. Ini adalah pertama kalinya media resmi Partai Komunis Tiongkok menggunakan teknologi animasi AI untuk secara terbuka menyebarkan retorika anti-Amerika Serikat.

Episode pertama berjudul “American Workers in Tumult” (Pekerja Amerika Serikat dalam Gejolak), yang menggambarkan : Seakan-akan pemogokan buruh terus berlangsung di AS, tapi apakah benar-benar membuahkan hasil ? Episode yang berfokus pada kejadian seolah pemogokan buruh berskup besar terus terjadi di Amerika Serikat tetapi tanpa solusi untuk mengatasinya. Maka film tersebut menekankan, bahwa itulah perlunya (pemerintah AS) mengeksplorasi penyebab mendalam dari ketidakseimbangan struktural politik dan ekonomi yang berada di baliknya.

Dalam episode tersebut disebutkan : “Lebih dari 453.000 orang pekerja dari berbagai industri dengan membawa poster di tangan melakukan mogok kerja, mereka muncul di jalan-jalan kota yang bising sampai pada lobi hotel yang sepi untuk berunjuk rasa. Semua ini mencerminkan adanya peningkatan ketimpangan pendapatan dan perselisihan antara pekerja dan pemberi kerja di Amerika Serikat”.

Namun yang menggelikan adalah, tidak ada aksi mogok yang dilakukan oleh 453.000 orang pekerja di Amerika baru-baru ini.

Episode kedua berjudul “Unmasking the real threat : America’s military-industrial complex” (Menguak kedok ancaman nyata : kompleks industri militer Amerika Serikat”, yang mengkritik Kementerian Pertahanan AS dan perusahaan mitranya karena menghasilkan keuntungan melalui perang besar di seluruh dunia.

Episode ketiga berjudul “American Dream of American Mirage” (Impian Amerika tentang Fatamorgana Amerika). Film ini mengkritik isu-isu sosial seperti inflasi yang tinggi, konflik rasial, dan kesenjangan antara kaya dan miskin di Amerika Serikat.

Lindsey Gorman, Kepala Tim Teknologi dan Geopolitik dari “German Marshall Foundation” mengatakan kepada VOA, bahwa film animasi “A Fractured America” ​​​​sekali lagi membuktikan begitu mudahnya orang yang tidak bertanggung jawab menyebarkan rasa takut dan kekhawatiran melalui tekologi kecerdasan buatan (AI).

Allie Funk, Direktur Penelitian “Freedom House” juga mengatakan bahwa negara-negara otoriter menggunakan penyebaran informasi palsu untuk mengendalikan masyarakat.

Faktanya, media corong Partai Komunis Tiongkok sudah mulai menggunakan AI sejak beberapa tahun lalu.

Pada 2018, Kantor Berita Xinhua telah melakukan kerja sama dengan perusahaan mesin pencari “Sogou”, meluncurkan 2 orang pembawa acara sintetis AI untuk meniru pembawa acara asli dalam menyiarkan berita TV.

Pemilu Taiwan tahun lalu juga mengalami akibat dari serangan perang informasi yang tidak terbatas dari negara asing. Organisasi non-pemerintah “Laboratorium Demokrasi Taiwan” pernah memperingatkan, bahwa media resmi Partai Komunis Tiongkok memiliki tingkat partisipasi yang rendah, tetapi menggunakan AI untuk menghasilkan sejumlah besar akun palsu yang dipakai untuk menyerang.

Mr. Wang, seorang pakar yang 20 tahun berkecimpung dalam informasi teknologi industri di Jepang pernah memberitahu reporter “Epoch Times” : Masalah terbesar dengan kecerdasan buatan adalah ia tidak memiliki etika, moral, apalagi keyakinan. AI hanya memiliki pedoman yang dimasukkan terlebih dahulu oleh pabrikan. Jadi, jika kecerdasan buatan semacam ini berada di tangan orang yang berjiwa iblis, maka akan sangat mengerikan bagi manusia.

Shi Shan, seorang awak media senior juga mengatakan bahwa teknologi ini tersedia baik di Jepang mau pun Korea Selatan. Namun, PKT adalah rezim yang perbuatan jahatnya tidak memiliki batas bawah, sehingga menggunakan teknologi AI sebagai jangkarnya. Ke depan, PKT akan terus menciptakan lebih banyak karakter palsu AI sesuai kebutuhan, termasuk para pemimpin nasional. Bukankah hal itu sudah dilakukan PKT saat ini ? Jadi kita perlu lebih berhati-hati. (sin)