Cari “Sobat Pengendali Konsumsi” Sedang Populer di Kalangan Muda-Mudi Tiongkok

oleh Luo Tingting

Dalam situasi perekonomian yang semakin tertekan, tingkat pengangguran melonjak, dan masa depan yang tidak menentu, banyak muda mudi di Tiongkok bergabung dalam kelompok “Sobat Pengendali Konsumsi”, yang bertujuan mencari sahabat untuk saling mengontrol pengeluaran agar bisa menabung uang. Keuntungan dari bergabung dengan kelompok ini adalah dapat saling mengawasi, membatasi konsumsi agar dapat memiliki uang simpanan.

Sejak 2023, otoritas Tiongkok terlihat sulit dalam upaya untuk memulihkan ekonomi yang terus melemah, baik perdagangan luar negeri, pasar real estate, investasi di industri jasa semuanya menurun. Sedangkan pengangguran kaum muda meningkat, membuat masyarakat Tiongkok khawatir terhadap masa depan ekonomi.

Untuk merangsang pertumbuhan ekonomi melalui konsumsi masyarakat, otoritas Partai Komunis Tiongkok terus menurunkan suku bunga deposito bank. Namun demikian, dalam kondisi ekonomi sedang menghadapi depresi, banyak orang justru berusaha mengendalikan konsumsi dan menyimpan uangnya di bank untuk mengatasi potensi risiko.

Demi mengendalikan pengeluaran agar memiliki uang simpanan, sejak beberapa waktu lalu di media sosial Tiongkok muncull sebuah kelompok bernama “Sobat Pengendali Konsumsi”. Dalam kelompok ini bergabung orang-orang yang memiliki minat yang sama dalam bidang tertentu, dan melakukan aktivitas tertentu secara bersama-sama.

Banyak muda mudi Tiongkok bergabung dalam kelompok tersebut untuk mengembangkan kebiasaan mengendalikan konsumsi dan menabung. Para anggota dari kelompok tersebut wajib check-in setiap harinya, saling mengawasi pengeluaran satu sama lain dan berbagi pengalaman dalam mengelola uang, agar kesemuanya berkebiasaan menabung.

Kelompok ini ada di media sosial seperti “Douyin”, “Xiaohongshu”, dan “WeChat”. Tag topik “Sobat Pengendali Konsumsi” yang muncul di media sosial “Xiaohongshu” pada Februari 2023, telah memiliki lebih dari 1,7 juta kali views pada awal bulan Maret tahun ini. Dengan fokus terhadap tagarnya mencapai lebih dari 87%.

Di media sosial Douban, sebuah grup bernama “Kelompok Warga Kumuh Penggila Hemat Uang” didirikan pada Maret 2020. Hingga awal Maret tahun ini, grup tersebut sudah memiliki 28.000 anggota.

Banyak video di Douyin yang menunjukkan bahwa para netizen yang bergabung dengan platform bertujuan untuk menghemat uang ini akan menarik pendapatan / gaji satu bulan mereka secara tunai, kemudian membaginya menjadi bagian yang sama setiap hari dan minggunya. Jadi mereka berusaha mengendalikan pengeluaran maksimal sebatas pendapatan setiap harinya. Sisa dari uang belanja itu dikumpulkan sampai mencapai suatu jumlah tertentu kemudian ditabung / didepositokan di bank untuk menghasilkan bunga atau nisbah.

Selain menabung, kelompok “Sobat Pengendali Konsumsi” ini juga membagikan berbagai tips menghemat uang. Ada peserta yang menghimbau anggota untuk hidup sederhana, mengganti penggunaan barang-barang mewah dengan barang biasa. Ada pula peserta yang menolak menimbun barang yang dijual secara online dalam jumlah besar. Beberapa orang bahkan pandai memanfaatkan platform barang-barang bekas untuk mentransfer barang.

Kelompok “Sobat Pengendali Konsumsi” juga menganjurkan berbelanja dengan uang tunai. Banyak netizen mengatakan bahwa karena pembayaran lewat seluler sekarang sangat populer dan nyaman, sedangkan menggunakan tunai banyak batasan. Jadi manfaatkan hal ini untuk mengendalikan keinginan belanja.

Seorang netizen wanita memposting video di Douyin menyebutkan, bahwa dirinya yang mendapat gaji bulanan sebesar RMB.3.500,- menganggarkan uang belanjanya setiap hari hanya RMB.40,- Dia bertekad mengontrol konsumsi setiap hari, agar bisa memiliki uang simpanan yang kemudian ditukarkan menjadi selembar sertifikat deposito bank.

Wanita tersebut mengatakan, saya hanyalah seorang pekerja migran biasa, dan saya sangat menyukai perasaan dari kemampuan saya untuk mengumpulkan uang sisa belanja baik cuma sepuluh atau dua puluh yuan setiap harinya, dan para sobat dalam kelompok tersebut yang kebanyakan juga pekerja migran, selalu check in untuk saling mengingatkan, dan semua orang berusaha mengendalikan konsumsi.

Banyak netizen yang memamerkan sertifikat depositonya di media sosial dan mengatakan bahwa mereka semakin termotivasi untuk menabung.

Menurut “Wind Information”, dari tahun 2020 hingga awal tahun 2024, simpanan penduduk Tiongkok mencapai sekitar RMB.58 triliun, dengan 82% di antaranya berupa deposito berjangka. Angka tersebut merupakan jumlah total simpanan masyarakat Tiongkok yang tercatat dari tahun 2009 hingga 2019.

Dengan kata lain, besarnya simpanan penduduk Tiongkok selama periode tiga tahun epidemi hampir setara dengan simpanan yang terjadi selama 10 tahun terakhir.

Besarnya jumlah deposito masyarakat merefleksikan kemerosotan ekonomi Tiongkok yang parah, juga situasi ketenagakerjaan yang buruk. 

Lu Xi, seorang asisten profesor di Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew di Universitas Nasional Singapura, mengatakan kepada BBC pada 21 Maret : “Kepercayaan masyarakat terhadap masa depan perekonomian Tiongkok sangat rendah. Deposito adalah upaya masyarakat untuk mengatasi risiko yang dihadapi oleh keluarga, yang antara lain disebabkan oleh ketidakpastian penghasilan mereka di masa mendatang.”

Lu Xi percaya bahwa situasi ekonomi Tiongkok saat ini mirip dengan situasi di Jepang setelah pecahnya gelembung ekonomi tahun 1990-an. “Ibu-ibu rumah tangga Jepang mengubah kumpulan uang sisa belanja menjadi sertifikat deposito tetap adalah cara pengelolaan keuangan yang sangat populer pada saat itu.” (sin)