Tiga Versi Pelaku Riil dalam Serangan Teror Moskow, Putin (Tak Sadar) Mengungkap Fakta

Pengamatan Qin Peng

Fokus kali ini: Siapakah pelaku sebenarnya dalam insiden Gedung Konser Crocus City Hall yang membingungkan di Moskow? Putin terlalu keras menggebrak, dan tak sengaja malah mengungkap fakta. 

Siapakah pelaku sebenarnya dalam insiden Gedung Konser Crocus City Hall? Putin terlalu keras menggebrak malah ungkap fakta

Pada 22 Maret, empat pria bersenjata melakukan serangan brutal terhadap 6.000-an warga sipil di Crocus City Concert Hall di Krasnogorsk, Moskow, Rusia, dan menggunakan bom Molotov untuk membakar tempat tersebut. 

Setidaknya 133 orang tewas sejauh ini (per 26 Maret) dan lebih dari 145 orang terluka. Tragedi mengerikan tersebut telah mengejutkan dunia.

Sejak kejadian itu, tiga versi narasi yang sangat berbeda dan sejumlah besar teori konspirasi telah muncul, yang hingga kini masih membingungkan:

Versi 1: ISIS dalangnya

Empat jam setelah kejadian, ISIS mengaku bertanggung jawab atas insiden tersebut dan mengumumkan bahwa keempat pria bersenjata itu telah kembali ke markas mereka dengan selamat.

Namun keesokan harinya, Presiden Rusia Vladimir Putin berpidato di televisi, dan mengalihkan tanggung jawab ke Ukraina, dengan menyebutkan bahwa empat pelaku serangan teroris telah ditangkap dan mereka mencoba melarikan diri ke arah Ukraina. Ia juga mengatakan bahwa pihak Ukraina telah menyiapkan perbatasan yang terbuka untuk mereka.

Pejabat Rusia juga merilis video tersangka yang mengaku setelah ditangkap, mereka mengaku melakukannya demi uang, dan harganya 500.000 rubel (85,2 juta rupiah, kurs per 26/03), siapa pihak lainnya? Tidak tahu, kontak lewat telegram, tidak ada nama, tidak ada apa-apanya. Dari mana senjata-senjata itu berasal? Dikatakan juga bahwa itu disediakan oleh pihak lain.

Hal ini membuat ISIS sangat marah, yang kemudian merilis video pelaku (orang pertama) yang berdurasi sekitar satu setengah menit, yang menunjukkan tiga pria bersenjata dengan wajah dan suara dibuat kabur, serta bersenjatakan senapan dan pisau terhunus, tengah melakukan pembantaian di ruang konser. Mereka melepaskan tembakan ke arah massa dan banyak orang berjatuhan dalam genangan darah, ketika salah satu korban setelah terjatuh ke lantai, tenggorokannya digorok berkali-kali oleh salah seorang penyerang yang kemudian berteriak. Ada api yang menyala di kejauhan. ISIS juga kembali mengklaim bahwa ke empat pria bersenjata tersebut telah kembali ke markas mereka.

Bukti tambahan keterlibatan ISIS datang dari Amerika Serikat. Sebelumnya pada awal Maret, Amerika Serikat mengumpulkan informasi intelijen bahwa “Cabang ISIS di Provinsi Khorasan (ISIS-K) tengah merencanakan serangan terhadap Moskow. 

Pada 7 Maret, Kedutaan Besar AS di Moskow memperingatkan warga AS bahwa para ekstremis sedang berencana menyerang pertemuan berskala besar di Moskow, termasuk konser.

Versi kedua: Ukraina dan Amerika Serikat yang melakukannya

Di pihak Rusia, setelah kejadian itu, lantas menargetkan tudingannya terhadap Ukraina dan Amerika Serikat. 

Pada 23 Maret, Putin mengisyaratkan keterlibatan Ukraina. Pada 24 Maret, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Zakharova juga menuduh bahwa banyak faktor yang secara langsung atau tidak langsung menunjukkan bahwa Amerika Serikat mendanai aksi terorisme di Ukraina.

Ia menuding : “Arsitek politik Amerika telah menyudutkan diri mereka sendiri dengan cerita bahwa serangan terhadap gedung konser Balai Kota Krasnogorsk dilakukan oleh ISIS.”

 “Oleh sebab itu, Washington setiap hari membantu Kyiv melepaskan diri dari tuduhan dan mencoba menggantikan mereka dengan boneka dari ISIS guna menutupi kejahatan dari dirinya sendiri dan dari rezim Zelensky yang ia ciptakan.”

Akan tetapi, yang menarik ialah, pada Senin malam (25 Maret) waktu setempat, Putin tiba-tiba berubah pikiran! “Kami tahu kejahatan ini dilakukan oleh kelompok Islam radikal,” katanya di televisi.

Namun, ia terus mengkritik Amerika Serikat. “Kami juga tahu bahwa Amerika Serikat, melalui berbagai saluran, berusaha meyakinkan negara-negara satelitnya dan negara-negara lain bahwa, menurut intelijen mereka, dugaan serangan teroris di Moskow tidak memiliki jejak di Kiev dan hanya dilakukan oleh anggota kelompok ISIS.”

“Kami tahu tangan siapa yang melakukan kekejaman semacam ini terhadap Rusia dan rakyatnya. Kami tertarik pada mereka yang memerintahkannya.” Ia kemudian mengisyaratkan bahwa serangan balasan Ukraina yang gagal dalam perang tahun lalu dengan Rusia, mereka dapat “memperoleh manfaat” dalam “perilaku intimidasi” terhadap Rusia.

Versi ketiga: Putin sebagai aktor sekaligus sutradara 

Mengenai tuduhan dari pihak Rusia, pihak Ukraina pun balas mengkritik dengan keras. Jubir dari Biro Pusat Intelijen, Andrey Yusov, menyatakan: “Ini adalah provokasi yang disengaja dari rezim Putin”, Presiden Ukraina Zelensky malah berkata dengan gamblang, semuanya ini diperankan sendiri sekaligus disutradarai sendiri oleh Rusia, adalah “operasi kambing hitam” dari Putin.

Mantan pegawai gedung konser Moskow juga tampil menuduh Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB)-lah yang berada di balik serangan itu, karena Putin perlu merekrut pasukan baru untuk menduduki Ukraina. ia mengatakan bahwa Rusia telah menginvestasikan banyak uang di gedung konser dan gedung tambahannya serta memiliki sistem keamanan dan pemadam kebakaran terbaik. Tidak mungkin tidak berfungsi. Terlebih lagi, markas besar SWAT Moskow berada tepat di seberang jalan, jadi mengapa perlu waktu 1 jam 22 menit untuk sampai ke TKP (tempat kejadian perkara)? Secara khusus, video resmi ISIS menunjukkan bahwa setelah membantai 140 orang, para penyerang tersebut secara perlahan keluar dari gedung konser. Mengapa mereka tidak bergegas?

Manakah dari ketiga pernyataan berikut yang lebih masuk akal?

Jadi, manakah di antara ketiga pernyataan ini yang lebih masuk akal? Berdasarkan rangkuman informasi yang ada saat ini, saya yakin bahwa insiden tersebut dilakukan oleh ISIS, namun pada tahap awal Putin membiarkan insiden tersebut terjadi dan menggunakannya untuk mengkambing-hitamkan pihak lain pada tahapan selanjutnya, kemungkinan ini lebih besar. Saya sampai pada kesimpulan ini karena tiga alasan utama:

Pertama, pernyataan saksi yang diberikan oleh Rusia tidak dapat dipercaya. Salah satu tersangka menyebutkan bahwa mereka adalah pemain amatir yang direkrut dadakan, namun dilihat dari video di TKP, beberapa tersangka itu memiliki kemampuan tempur setingkat tentara bayaran, dan mereka bekerja sama dengan sangat baik, jelas sekali mereka telah menerima pelatihan profesional jangka panjang.

Selain itu, tersangka mengatakan jumlah uang yang diterima hanya 500.000 rubel (85,2 juta rupiah), yang lainnya mengatakan 1 juta rubel (170,5 juta rupiah), setengahnya dibayar sebelumnya dan setengahnya lagi setelahnya. Harganya ini terlalu murah jika dibandingkan dengan melakukan hal berbahaya seperti itu, betul-betul terlalu rendah. Selain itu, tersangka menyebutkan bahwa dalam perjalanan menghindari penangkapan, ia membuang semua bawaannya, termasuk kartu banknya, karena mengira hal itu akan menghalangi pihak kepolisian Rusia tak dapat menemukan bukti fisik, akan tetapi hal ini saling bertentangan dengan pernyataan pembunuhan demi uang dan terkesan tidak masuk akal.

Kedua, metode Putin dalam mengalihkan kesalahan juga terlalu rendahan, hal itu malah membuatnya tampak seperti sedang merencanakan sesuatu yang tersembunyi. Amerika Serikat telah memperingatkan Rusia pada awal Maret, namun Putin tidak menanggapinya dengan serius saat itu dan bahkan menganggap peringatan tersebut sebagai sebuah provokasi, kini, tujuan pertama serangan baliknya adalah untuk membuat dirinya terlihat tidak terlalu plonga-plongo.

Selain itu, juga sangat jarang pemerintah Rusia secara terburu-buru menghadirkan tahanan dan segera mengadili mereka. Sebelumnya salah satu tersangka begitu ditangkap ibaratnya seperti menuangkan kacang kedelai dari tabung bambu, telah mengakui semuanya, namun kemudian video dan gambar dari pengadilan menunjukkan bahwa keempat orang tersebut jelas-jelas telah disiksa. Itulah sebabnya ada beberapa netizen yang mengejek pihak berwenang Rusia, dikatakan bahwa selama proses penangkapan salah satu dari mereka secara sembrono bola matanya terjatuh dari rongga matanya, dan yang lainnya memejamkan matanya, tampak terpasang kateter di perutnya, apakah yang terjadi selama proses penangkapan? Selain itu, satu tersangka dipotong telinganya, dan satu lagi seluruh giginya telah tercabut. Ada dua orang terlihat setengah sadar di ruang pengadilan itu. Tentunya, hal ini sangat aneh dibandingkan dengan yang baru ditangkap langsung mengakui secara jujur, terlihat sangat aneh, saya kira kesimpulan yang masuk akal adalah mereka dipaksa oleh pejabat Rusia untuk mengakui hal-hal yang tidak ingin mereka akui, sehingga mereka disiksa.

Situasi ini mengingatkan penulis pada lelucon terkenal mantan Negara Uni Soviet, di mana tiga staf CIA, FBI dan KGB diminta menyelinap ke dalam hutan untuk mencari dan menangkap seekor kelinci. Alhasil, orang CIA mengatakan 24 jam kemudian bahwa kami telah mewawancarai banyak informan dan menyelidiki tanaman serta mineral di sini, dan setelah pencarian yang cermat, kami memastikan bahwa tidak ada kelinci di sini. 

FBI mengatakan dua jam kemudian bahwa kelinci itu telah ditahan dan dieksekusi. Penggerak tercepat adalah KGB, setelah 20 menit, ia membawa seekor beruang yang dipenuhi dengan memar di seluruh tubuhnya, dan mengakui sendiri perbuatannya, “Saya adalah kelinci, orang tua saya juga kelinci, dan seluruh keluarga saya kelinci!”

Lalu, mengapa Putin kemudian mengubah teorinya bahwa ISIS-lah yang melakukan kejahatan tersebut? Temuan itu bukan keluar dari nuraninya, melainkan dikarenakan ia khawatir ISIS akan mengeluarkan lebih banyak bukti dan menjadikan dirinya dalam posisi lebih pasif.

Selain itu, Markas Besar Polisi Khusus Moskow terletak di seberang gedung konser, dan membutuhkan waktu 1 jam 22 menit untuk sampai ke TKP, hal ini menunjukkan bahwa para pejabat Rusia bukannya tidak sepenuhnya tidak mengetahui kejadian tersebut sebelumnya, atau pasca kejadian mereka takut mati, yang lebih memungkinkan adalah mereka sengaja mengulur waktu, dengan sengaja menciptakan tragedi untuk memfasilitasi propaganda dalam negeri.

Dengan cara ini, Putin dapat mengalihkan keraguan dalam negeri mengenai pemilihan presiden yang baru saja dilaksanakan, dan kecaman korban jiwa yang begitu besar disebabkan oleh perang di Ukraina, demi menjamin stabilitas rezim otoriternya. Pada saat yang sama, hal ini digunakan untuk memicu sentimen nasionalisme dan kebencian terhadap Ukraina, sehingga membuka jalan bagi mobilisasi perang yang lebih besar di kemudian hari.

Ketiga, jika dilakukan oleh Amerika Serikat, tidak mungkin ada peringatan yang dilakukan oleh mereka sebelumnya, dan dalam prosesnya dipenuhi dengan celah, sehingga keempat pria bersenjata tersebut tertangkap semua.

Terlebih lagi, ISIS tidak hanya melakukan serangan teroris terhadap Amerika Serikat seperti yang dikatakan Putin, sehingga serangan terhadap Rusia saat ini diperintahkan oleh Amerika Serikat. Logika ini tidak masuk akal.

Pasalnya, sejak 2010-an, ISIS juga telah melancarkan serangan besar-besaran terhadap tempat-tempat musik di berbagai tempat di seluruh Eropa, seperti serangan serupa saat konser rock di Teater Bataclan di Paris pada November 2015, dan pada Mei 2017 saat serangan bom di penghujung tahun. pertunjukan musik pop di Manchester Arena di Inggris. 

Pada 2022, organisasi tersebut juga melancarkan serangan bom bunuh diri di Kedutaan Besar Rusia di Kabul. Pada Januari tahun ini, mereka juga melakukan dua pengeboman pada upacara peringatan mantan jenderal senior Iran Qassem Suleimani, menewaskan puluhan orang dan melukai ratusan lainnya.

Dalam dua tahun terakhir, ISIS-K juga selalu mengincar Rusia, sering mengkritik Putin dalam propaganda politiknya dan menuduh Kremlin bertanggung jawab atas pertumpahan darah umat Islam. Hal ini dikarenakan Moskow melancarkan perang melawan Afghanistan pada 1980-an, membantai Muslim Chechnya setelah 1999, dan setelah 2017, saat melawan oposisi dengan kediktatoran Suriah Ashad, Putin juga memberikan pukulan telak terhadap kekuatan ISIS.

Faktanya, Rusia telah menghadapi banyak serangan dari ISIS dalam setahun terakhir ini. Awal bulan ini, Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) menyatakan pihaknya telah menggagalkan rencana serangan terhadap sebuah sinagoga di Moskow dan “memusnahkan” militan dalam serangan di distrik Kaluga di barat daya ibu kota.

ISIS menyatakan hendak balas dendam, Prancis mengaktifkan kewaspadaan tertinggi

Dengan kata lain, ISIS-K tidak hanya melancarkan serangan terhadap negara-negara bebas, karena tujuan yang lebih luas dari mereka adalah untuk melawan apa yang mereka klaim sebagai “kafir” dan “sesat”. Oleh karena itu, mereka telah menggerakkan aksi terorismenya ke Kenya, India. Eropa dan Rusia saat ini.

Oleh karena itu, operasi kali ini membuat dunia sangat was-was, dikhawatirkan jika kali ini mereka berhasil, ISIS-K akan menggunakannya sebagai iklan serangan teroris berikutnya dan dengan segera melancarkan serangan di Eropa.

Beberapa hari yang baru lalu, pihak berwenang Jerman telah menangkap dua simpatisan ISIS dari Afghanistan yang menurut mereka berencana menyerang parlemen Swedia.

Jenderal Michael. E. Kurilla, Komandan, Komando Pusat Pasukan AS, mengatakan kepada komite DPR pada Kamis lalu (21 Maret) bahwa ISIS-K “Telah mempertahankan kemampuan dan kemauan untuk menyerang kepentingan AS dan Barat di luar negeri hanya dalam tempo enam bulan, nyaris tanpa peringatan apapun.”

Saat ini, bagi Rusia, ISIS kembali mengeluarkan peringatan, akan kembali melakukan serangan. Ini mungkin juga berarti bahwa beberapa orang yang ditangkap itu, mungkin disewa dengan harga murah sebagai umpan untuk mengelabui pelolosan teroris yang sebenarnya. Alhasil, mereka ditangkap oleh Rusia dan agar dianggap sebagai pelaku teror sesungguhnya untuk mengelabui dan menipu dunia.

Prancis sangat gugup setelah kejadian ini. Karena, hal ini mengingatkan mereka pada penyerangan ISIS di Paris pada 2015 lalu, dan Olimpiade Musim Panas ke-33 yang akan digelar di Paris, Prancis pada 26 Juli hingga 11 Agustus 2024.

Oleh karena itu, pada  Senin (25 Maret), setelah Perdana Menteri Prancis Attal dan Presiden Macron mengadakan pertemuan dengan pejabat senior keamanan dan pertahanan, mereka menyatakan di media sosial X bahwa “Mengingat ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan Moskow dan ancaman yang ditimbulkannya terhadap negara kita, maka kewaspadaan telah ditingkatkan ke level tertinggi.”

Salah satu operasi penting yang disebut “L’ Opération Sentinelle”), yang melibatkan pengaturan pasukan jangka panjang atau pasukan polisi di tempat-tempat umum seperti stasiun kereta api, bandara dan gereja untuk mencegah serangan.

Jadi, bagaimana nasib Putin selanjutnya, dan masalah apa yang akan ditimbulkan ISIS? Mari kita tunggu dan lihat kelanjutannya. (Wid)