Barat Harus Definisikan PKT Sebagai Rezim Jahat

oleh Wang He

Pada 21 Maret lalu, Inggris dan Australia telah menandatangani perjanjian kerjasama pertahanan yang baru dan perjanjian kerjasama keamanan di Canberra. Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps berkata, “Kebutuhan untuk bertindak bersama tidak pernah dirasa mendesak seperti sekarang”, karena dunia telah beralih dari era pasca perang menjadi era sebelum perang. Kepada penyiar umum nasional Australia (ABC) Menlu Inggris mengatakan, “Lampu indikator pada panel di seluruh dunia telah menyala merah, oleh sebab itu ini adalah sebuah dunia yang lebih berbahaya, lebih sulit, dan penuh ketidak-pastian, dan kami menilai hari ini tindakan PKT adalah suatu tantangan di era pembentukan zaman.”

Agar mampu menghadapi ancaman PKT dari segi strategis, Inggris, Australia, dan AS telah menjalin kerjasama trilateral yang disebut AUKUS (Australia, United Kingdom, United States). 

“Pilar pertama” AUKUS adalah Inggris dan AS akan membantu Australia membuat kapal selam energi nuklir; “pilar kedua” mengizinkan ketiga negara mengembangkan teknologi militer canggih di bidang AI, rudal hipersonik, dan teknologi kuantum. Setiap pihak terus berupaya memperluas “pilar kedua” kepada sebanyak mungkin sekutu AS. Baru-baru ini, seorang pejabat diplomatik senior mengungkapkan kepada situs berita politik Politico mengatakan, ada harapan Jepang dan juga Canada akan bergabung dalam “pilar kedua” AUKUS di akhir tahun 2024 atau awal 2025. Hal ini menunjukkan pemahaman negara Barat terhadap PKT semakin jelas, dan merasa semakin mendesak, tindakan antisipasinya pun semakin aktif.

Yang paling jelas adalah AS. Tanggal 20 Maret lalu, Komandan US Indo-Pacific Command yakni Laksamana John Aquilino dalam forum dengar pendapat di hadapan Komisi Militer DPR AS mengatakan: walaupun PKT sedang menghadapi tantangan ekonomi, tapi anggaran pertahanan PKT telah bertumbuh 16% beberapa tahun belakangan ini, dan telah melebihi 223 miliar dolar AS; selama 3 tahun masa jabatannya, angkatan bersenjata PKT telah menambah lebih dari 400 unit pesawat tempur dan lebih dari 20 unit kapal perang ukuran besar; sejak tahun 2020 rudal balistik dan persediaan misil jelajah PKT juga telah meningkat satu kali lipat. Bisa disimpulkan, PKT sedang membangun kekuatan militer dan persediaan nuklirnya dengan skala yang belum pernah ada sejak PDII, segala tanda-tanda itu menunjukkan, PKT telah mempersiapkan diri menginvasi Taiwan di  2027.

Aquilino juga memperingatkan, “poros kejahatan” yang dipimpin oleh PKT sedang mencuat ke permukaan. Para pejabat Pentagon dulunya berupaya menggambarkan PKT dan Rusia sebagai rezim yang sama sekali berbeda, dan menilai niat Beijing mengembangkan kekuatan militer serta menggunakan kekuatan militernya itu sebagai semacam tantangan, aksi Rusia bersamanya terlebih adalah semacam ancaman. Dan Aquilino mendeskripsikan hubungan PKT, Rusia, Korut, dan Iran sebagai “poros kejahatan” yang berada dalam fase baru lahir.

Aquilino tidak sendirian. Pada 20 Januari 2024, VOA telah menyiarkan wawancara khusus dengan mantan Sekjen NATO yakni Anders Fogh Rasmussen. Rasmussen pernah menjabat sebagai PM Denmark selama 8 tahun, setelah itu antara 2009 hingga 2014 menjabat sebagai Sekjen NATO. Ia mendesak Barat mendukung Ukraina, memperingatkan Barat agar mewaspadai “poros kejahatan” yang dikepalai PKT: Jika Putin berhasil menang di Ukraina, maka akan merugikan kepentingan keamanan nasional AS; ini akan semakin mendorong pemerintahan Xi untuk menguasai Taiwan. Ini akan memperkuat poros otokratis pimpinan PKT beranggotakan Rusia, Korut, dan Iran. Iran dan Korut sedang mendukung Rusia dengan rudal, drone, dan metode lain. Kita telah melihat bagaimana Iran, dan para wakil Iran menciptakan ketidakstabilan di Timur Tengah. Kita melihat bagaimana kelompok militan Hamas, Hizbullah, dan Houthi telah mengancam pelayaran bebas di Laut Merah. Semua itu telah mewakili poros otokratis. Sebenarnya Biden juga telah berkali-kali menjelaskan, kompetisi dan duel antara kubu demokrasi dengan kubu otoriter akan berlangsung sepanjang abad ke-21, dan PKT adalah pesaing strategis terbesar bagi AS.

Hasil survey tahunan hubungan internasional yang dilakukan Gallup mulai tanggal 1 hingga 20 Februari telah menunjukkan, 41% warga AS memandang PKT sebagai musuh utama, sudah 4 tahun berturut-turut di mata warga AS PKT dipandang sebagai musuh utama. Rusia dan Iran masing-masing 26% dan 9% menduduki posisi kedua dan ketiga. Korut merupakan negara yang paling tidak disukai oleh responden, rasio negatifnya mencapai 87%; menyusul Rusia dan Taliban yang menguasai Afghanistan dengan rasio masing-masing 86% dan 82%.

Hasil survey di atas menunjukkan, pemahaman masyarakat AS serta sejumlah kalangan militer dan politik Barat terhadap sifat asli rezim PKT semakin mendalam. Faktanya pemerintahan AS terdahulu di bawah kepemimpinan Trump pernah secara terbuka menyebut PKT sebagai “rezim mafia”, di Twitter Trump mengkritik PKT sebagai “bisnis busuk”, bahkan secara jelas menyebut BUMN dan Huawei berikut raksasa teknologi Tiongkok lainnya sebagai alat bagi PKT, mempermainkan “hukum”, dan militer PKT “bekerja bagi partai”. (baca artikel berjudul: “Bagaimana Pemerintah Trump Kritik PKT ‘Rezim Mafia’ sebelumnya”)

Dalam sejarah, terhadap negara musuhnya, pemerintah AS pernah mengggunakan istilah “poros kejahatan”, “negara mafia”, dan lain-lain. Presiden Reagen bahkan pernah menyebut Uni Soviet sebagai “kekaisaran jahat”. Sekarang ancaman PKT jauh melampaui Uni Soviet. (20 Agustus 2020, Menlu Pompeo dalam pidatonya di hadapan dewan senat Ceko mengatakan: “Yang terjadi sekarang bukan perang dingin versi 2.0. Dalam hal tertentu, menahan ancaman dan tantangan PKT jauh lebih sulit dari sebelumnya. PKT menggunakan cara yang belum pernah dilakukan Uni Soviet, telah menyusup ke dalam perekonomian, politik, dan masyarakat kita.”)

Jika AS dan Barat hendak menang melawan rezim sosialis PKT yang kejam itu, dan tidak sampai ditelan oleh PKT, mutlak harus menyerap pengalaman Presiden Reagen yang berharga itu. Dulu pernyataan Reagen yang keras sempat mengundang kekhawatiran para kritikus, Reagen menjawab, “Selama bertahun-tahun, pemimpin kita tidak bisa menjelaskan Uni Soviet sesuai kenyataan… sistem pemerintahan Uni Soviet selama ini selalu dengan sengaja membunuh, dan menyiksa rakyatnya sendiri. Jutaan orang telah dibunuhnya”. Ia balik bertanya, “Mengapa kita tidak boleh mengatakan demikian?” (maksudnya menggunakan kata “jahat” untuk menjelaskan Uni Soviet)

PKT bahkan lebih berbahaya dan lebih jahat daripada Uni Soviet, jadi sekarang harus didefinisikan sebagai “rezim jahat”. Tanggal 8 Maret 1983, Presiden Reagen berpidato di rapat tahunan federasi nasional Evangelika, mengatakan: “Hari ini, bahaya sesungguhnya yang sedang kita hadapi adalah dari segi spiritual; secara fundamental, ini adalah cobaan bagi keteguhan moral dan kepercayaan.” 

Memang demikian halnya. Satu-satunya jalan mengatasi bahaya dan menghadapi cobaan ini adalah dengan secepatnya mengakhiri keberadaan paham komunis yang tragis dan aneh dalam sejarah manusia. (sud)