Setelah Menembus USD.2.300,- Apakah Harga Emas Masih Bisa Naik ?

 oleh Zhang Ting

Harga emas terus mencapai rekor tertinggi tahun ini, bahkan melampaui USD.2.300,- pada 4 April 2024. Seorang pelaku pasar mengatakan bahwa harga emas berpotensi mencapai USD.2.600,- per ounce dalam setahun ini karena pengaruh dari faktor-faktor geopolitik dan struktural perdagangan internasional.

Harga emas di pasar spot sempat melampaui USD.2.300,- pada hari Kamis sebelum kemudian sedikit menurun kembali. Hari Jumat, harga diperdagangkan sekitar USD.2,278,- per ounce.

Apa alasan di balik kenaikan harga emas dan seberapa besar kenaikannya yang mungkin terjadi dalam jangka pendek hingga menengah, merupakan topik hangat yang ramai dibicarakan oleh kalangan investor, terutama situasi ini terjadi pada saat dimana keuntungan pasar saham tetap kuat.

Juerg Kiener, Kepala Investasi “Swiss Asia Capital” dalam sebuah wawancara di program “Street Signs Asia” CNBC mengatakan, bahwa analisisnya terhadap kurva prospek emas “terlihat sangat bagus”.

Analisis kurva harga emas menunjukkan bahwa emas akan mencapai sekitar USD.2.600,- dalam setahun lantaran banyaknya permintaan yang terpendam, tambah Juerg Kiener.

Ia juga mengatakan bahwa jatuhnya persediaan di pasar emas menempatkan “banyak struktur derivatif dalam bahaya”. Hal ini juga dapat menempatkan banyak institusi yang terlibat dalam perdagangan emas di pasar menghadapi risiko, karena investor mungkin tidak dapat menangani posisi short. Jika terjadi short squeeze (tekanan singkat), harga emas akan lebih tinggi dari perkiraan kurva sebesar USD.2.600,-. 

Short Squeeze adalah ketika harga suatu aset naik secara signifikan, dan para investor yang telah mengambil posisi short harus membeli aset tersebut untuk mencegah kerugian lebih lanjut, yang biasanya akan mendorong harga naik lebih tinggi lagi.

Juerg Kiener juga menyebutkan bahwa alasan yang mendorong dirinya untuk optimis terhadap harga emas antara lain adalah masalah geopolitik, transisi ke “dunia multipolar” dan perubahan struktur perdagangan internasional. Alasan lainnya, adalah pemerintah setiap negara sedang mencetak uang secara gila-gilaan.

“Banyak logam mulia yang meninggalkan negara-negara Barat”. Juerg Kiener mengatakan, permintaan logam mulia di Asia dan BRICS yang lebih luas sedang “benar-benar beralih” ke arah pertumbuhan.

Krisis real estat Tiongkok dan kemerosotan ekonomi jangka panjang telah menyebabkan masyarakat Tiongkok beralih investasi ke emas sebagai aset safe-haven. Pada tahun 2023, harga emas naik tajam di Tiongkok. Dalam periode Tahun Baru Imlek tahun ini, terjadi lagi gelombang “pembelian emas” oleh masyarakat Tiongkok. Warga berbondong-bondong ke toko emas sampai membuat pegawai toko kewalahan untuk melayani. Seribu lebih emas batangan berukir zodiak naga yang dijual di salah satu toko emas ludes dibeli orang dalam sehari. Banyak toko emas juga mengalami situasi yang serupa, sejumlah perhiasan emas habis terjual. Penjualan perhiasan emas tahun ini telah meningkat sebanyak 70% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Emas selain dipandang sebagai aset safe-haven, juga sebagai lindung nilai inflasi yang potensial. 

Dalam konteks perang Israel – Hamas, perang Rusia – Ukraina, pemilu AS mendatang, dan kemungkinan resesi di negara-negara besar di dunia, beberapa analis melihat geopolitik sebagai basis bullish jangka menengah untuk emas. Faktor lain yang sering disebutkan adalah kemungkinan Federal Reserve memangkas suku bunganya pada tahun ini. Suku bunga yang lebih rendah cenderung melemahkan dolar AS, sedangkan melemahnya dolar membuat pembeli internasional lebih murah untuk membeli emas, sehingga mendorong kenaikan permintaan terhadap emas. Meningkatnya permintaan akan semakin mendongkrak harga emas. (sin)