“Lagi Suntuk, Jangan Masuk Kerja”: Bos di Tiongkok Memberikan Libur Tambahan 10 Hari kepada Stafnya

EtIndonesia. Merasa suntuk? Banyak orang masih berangkat kerja tetapi staf di perusahaan di Tiongkok ini dapat mengambil “cuti yang tidak bahagia”.

Mereka dapat meminta cuti tambahan selama 10 hari, kata Yu Donglai, pendiri dan pimpinan Pang Donglai, raksasa ritel di Henan yang mengelola department store dan supermarket.

“Saya ingin setiap karyawan memiliki kebebasan,” kata Yu di Supermarket China Week 2024 bulan lalu.

“Setiap orang pasti pernah merasa tidak bahagia. Jadi, jika kamu tidak bahagia, jangan datang bekerja.”

Staf harus diperbolehkan menentukan waktu istirahatnya sendiri dan mendapatkan relaksasi yang cukup di luar pekerjaan, jelasnya.

“Cuti ini tidak bisa ditolak oleh manajemen. Penolakan itu merupakan pelanggaran,” tambah Yu.

Taipan ritel ini dikenal karena memperkenalkan tunjangan karyawan yang memprioritaskan keseimbangan kehidupan kerja, media melaporkan.

Beberapa keuntungannya antara lain: hanya bekerja tujuh jam sehari, libur di akhir pekan, mendapat cuti tahunan selama 30 hingga 40 hari.

Tahun lalu, Yu mengecam para bos di Tiongkok yang memaksakan jam kerja panjang.

“Membuat staf bekerja lembur adalah tindakan yang tidak etis dan merupakan perampasan peluang pertumbuhan orang lain,” katanya.

Pang Donglai, didirikan pada tahun 1995, memiliki lebih dari 30 gerai di Henan.

Ketika ditanya tentang masa depan perusahaannya, Yu berkata: “Kami tidak ingin menjadi besar. Kami ingin karyawan kami memiliki kehidupan yang sehat dan santai, sehingga perusahaan juga demikian.”

Kebijakan ketenagakerjaan Yu mendapat banyak pujian dan dukungan di media sosial Tiongkok.

“Bos yang baik dan budaya perusahaan ini harus dipromosikan secara nasional,” tulis salah satu pengguna di Weibo.

Netizen lainnya berkata: “Saya ingin bekerja di Pang Donglai. Saya merasa akan mendapatkan kebahagiaan dan rasa hormat di sana.”

Kebijakan ketenagakerjaan perusahaan juga mendapat persetujuan dari petinggi ritel Tiongkok seperti pendiri Alibaba Jack Ma dan CEO Xiaomi Lei Jun.

“Kebijakan Yu merangsang cara berpikir baru di kalangan pengecer di Tiongkok dan menjadi contoh bagi perusahaan Tiongkok,” kata Ma. (yn)

Sumber: asiaone